Buku Kedua : Permulaan

1979 Words
1 Desember 2018 Satu bulan berlalu sejak Nugraha ditangkap dan dipenjara. Sejak satu bulan itu juga keadaan Arena menjadi sedikit kacau namun Robin dan Indah saling bahu membahu untuk memperbaiki keadaan Arena dan mengembalikan tatanan Arena serta Underground Free Fighting. Saat ini, keadaan Arena telah kembali pulih hampir 100% meskipun tanpa kehadiran Nugraha. Seluruh anggota Arena juga telah mengetahui jika Nugraha telah ditangkap, dan semua orang juga menyadari jika mereka tidak bisa berbuat apapun karena Nugraha masuk ke dalam penjara dengan tingkat keamanan sangat tinggi. Suasana pusat kota belakangan ini terasa sangat dingin. Meski tidak ada hujan yang turun tapi setiap pagi udara serasa menusuk hingga ke tulang. Hal itu membuatku tidak bisa mengenakan celana pendek favoritku dan aku harus mengenakan pakaian tebal ke manapun aku pergi. Padahal pusat kota adalah kawasan tropis, tapi setiap mendekati pergantian tahun udara selalu terasa sangat dingin. Sekarang aku juga semakin akrab dengan Indah dan Robin. Terkadang aku juga merasa berdosa kepada mereka karena aku memata-matai mereka dari dalam. Sebagai permulaan di buku keduaku, aku ingin bercerita sesuatu. Terdapat sebuah kesenjangan ekonomi yang sangat besar di pusat kota. Mungkin aku sudah sering menulis 'Dunia Atas' dan 'Bawah Tanah' pada buku harianku, tapi aku belum pernah menjelaskan hal tersebut secara rinci. Dunia atas adalah kawasan di pusat kota untuk para warga yang memiliki kehidupan yang layak, pekerjaan yang bagus, serta memiliki kondisi yang cukup damai tanpa adanya tindak kriminal yang berarti. Kawasan dunia atas meliputi kawasan industri mikro, kawasan hiburan, kawasan pendidikan serta kompleks perkantoran yang selalu padat akan lalu lalang pegawainya setiap pagi dan sore hari. Sedangkan kawasan bawah tanah adalah sebuah kawasan kota yang memiliki kondisi berbanding terbalik jika dibandingkan dengan dunia atas. Kondisi kawasan bawah tanah cukup memprihatinkan. Banyak warga yang memiliki kondisi ekonomi di bawah rata-rata. Tingkat pendidikan di kawasan ini juga rendah. Keadaan ekonomi dan pendidikan yang rendah, membuat tingkat kriminal pada kawasan ini menjadi cukup tinggi dan juga banyak mafia yang tinggal di kawasan ini. Sebanarnya kawasan bawah tanah sudah dilokalisasi di sebuah kawasan perumahan padat penduduk untuk menekan angka kriminal agar tidak melebar dan menjangkiti dunia atas. Namun Nugraha bersama dengan Arena sedikit melakukan perluasan wilayah dengan mengambil alih kawasan saluran air bawah kota. Sehingga sekarang wilayah bawah tanah juga memiliki luas wilayah yang tidak kalah jika dibandingkan dengan dunia atas. Daniel adalah teman baikku yang sebenarnya berasal dari kawasan bawah tanah. Daniel lahir di salah satu distrik di kawasan padat penduduk. Orang tua Daniel bekerja sebagai buruh kasar di pabrik. Namun sejak kecil Daniel memang terkenal memiliki otak yang di atas rata-rata sehingga dia sering mendapatkan beasiswa dan akhirnya dia bisa mengangkat derajat keluarganya. Bahkan sejak Daniel masih bersekolah di SMA, dia telah bekerja menjadi tenaga lepas hingga mampu mengajak orang tuanya untuk tinggal di salah satu kawasan dunia atas. Rasanya, aku sudah sangat lama tidak bertemu dengan Daniel karena kesibukan masing-masing. Terkadang, aku merasa rindu akan tingkah konyol dan tidak tahu malu yang dilakukan Daniel di depanku. Satu bulan terakhir aku juga mulai kembali bekerja di Red Coffee sambil tetap menjalankan tugas penyusupan di bawah tanah. Aku memiliki kabar tentang perkembangan penyelidikan kasus obat terlarang yang aku dan The Barista selidiki. Sebenarnya memang sejak awal kita telah mengetahui jika dalang dari bisnis obat terlarang ini adalah Okta, namun jika aku tidak memiliki bukti kuat, maka aku tidak bisa sembarangan melakukan penangkapan terhadap Okta, belum lagi Okta memiliki menduduki posisi direktur utama di Airconst, perusahan konstruksi dan persewaan alat berat milik keluargaku. Agen Silva berhasil mendapatkan sampel untuk obat terlarang yang dijual di bawah tanah. Untuk kemampuan penyamaran dan penyusupan, agen Silva memang sudah tidak dapat diragukan lagi kepiawaiannya. Dia mampu memainkan banyak peran dalam satu misi. Suatu hari, agen Silva menyamar menjadi orang asing dan berhasil melakukan transaksi obat terlarang dengan seseorang di Arena. Kemudian obat tersebut dibawa ke adam untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan menunjukkan jika obat tersebut mengandung senyawa yang dapat membuat pemakainya merasa gelisah karena obat tersebut merupakan obat dengan dosis sangat tinggi yang dapat meningkatkan adrenalin penggunanya secara drastis. Biasanya, obat ini digunakan oleh para petarung kelas tinggi di Underground Free Fighting karena harganya yang cukup mahal. Selain untuk meningkatkan adrenalin dan mengurangi rasa sakit ketika bertarung, pemakaian obat ini di atas ring juga bertujuan untuk memberikan hiburan yang menegangkan kepada para penonton sehingga Underground Free Fighting semakin diminati oleh warga bawah tanah. Efek jangka panjang dari obat ini adalah matinya syaraf nyeri secara permanen sehingga penggunanya tidak bisa merasakan rasa sakit. Hal itulah yang terjadi kepada Nugraha. Dia tidak dapat merasakan apapun ketika disiksa oleh agen The Barista dalam proses interogasi. Warga bawah tanah biasa menyebut obat itu dengan sebutan 'Spirit'. Sore ini, selepas pulang kerja di Red Coffee, Aku berniat untuk berjalan berkeliling kawasan padat penduduk di bawah tanah. Jalanan di wilayah ini terlihat sangat berbeda jika dibandingkan dengan dunia atas. Terdapat banyak lubang di jalan raya atau jalan utama wilayah ini, pertokoan pinggir jalan di daerah ini juga terlihat sangat kumuh. Tapi ada satu hal yang membuatku tertarik, yaitu sebuah kedai kopi kecil pinggir jalan yang terlihat cukup ramai dari luar. Aku mencoba untuk masuk berniat ingin sedikit lebih menikmati sensasi meminum kopi di bawah tanah. Aku sempat membelalakkan mata ketika melihat daftar menu. Terdapat sebuah menu kopi tradisional yang memiliki harga 100 dolar per cangkir. Aku sempat bertanya kepada barista di kedai tersebut, dan ia memberikan jawaban jika kopi tersebut biasa diminum oleh pekerja keras yang membutuhkan tambahan tenaga. "Waw, bahkan harga kopi di kawasan ini sepuluh kali lipat lebih mahal dari harga kopi di Red Coffee yang berkisar 7 hingga 10 dolar." Batinku. Sesuai dugaanku, kopi yang dihidangkan kepadaku adalah kopi tradisional dengan metode seduh tubruk yang berasal dari salah satu negara di asia tenggara. Sekilas tidak ada yang aneh dari penampilan kopi tersebut, tapi aku masih bertanya-tanya tentang hal yang spesial dari kopi ini sehingga membuatnya mahal. Tapi semua pertanyaanku terjawab ketika aku mencicipi kopi tersebut. Mungkin bagi orang biasa, tidak ada yang aneh dari kopi yang aku minum. Tapi sebagai barista yang diharuskan memiliki lidah sensitif, terutama jika berurusan dengan minuman atau kopi, aku bisa menyadari jika terdapat campuran aneh di dalam kopi ini. Ketika kopi yang aku minum mengalir di tenggorokan, terdapat sensasi aftertaste pahit yang bukan berasal dari kopi, melainkan terasa seperti rasa pahit yang berasal dari obat. Ya, aku yakin jika terdapat senyawa kimia yang dicampurkan ke dalam kopi ini. Karena aku sedang berada di kawasan bawah tanah, pikiranku langsung melayang jauh. Aku berpikir bahwa kopi ini tercampur dengan obat terlarang. Aku segera mengambil pipet yang aku bawa di dalam tas kecilku, kemudian mengambil sampel kopi tersebut dan aku sembunyikan pipet itu di dalam tas kecil yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi. Aku segera berkemas dan tidak melanjutkan meminum kopi yang telah aku pesan karena perasaanku mulai tidak nyaman berada di tempat itu. Ketika aku akan meninggalkan kedai kopi tersebut, seseorang menghalangi pintu keluar sehingga aku tidak dapat keluar dari kedai tersebut. Saat aku akan menerobos keluar, orang itu berkata jika aku tidak bisa meninggalkan tempat tersebut. "Kenapa aku tidak bisa pergi dari sini? Ayolah, aku hanya ingin bergegas karena aku ingin pergi ke Arena." Aku beralasan kepada orang tersebut. Seorang pria paruh baya dengan badan tinggi besar dengan cerutu di tangan kirinya. Aku berharap membawa nama Arena akan memberikan kemudahan kepadaku ketika ingin meninggalkan tempat seperti ini. "Maaf, Nona Kecil. Tapi jika kau ingin pergi dari sini, tolong tinggalkan sesuatu yang kau bawa di dalam tas milikmu." Pria itu menatapku sinis. "Sesuatu? Kau ingin merampokku, Pak Tua?" Kilahku kepada pria itu. "Tidak perlu berkelit, Anak Kecil. Sejak awal aku sudah curiga terhadapmu. Aku melihat kau membawa sesuatu dari kedai ini yang tidak seharusnya kau bawa. Kau tidak bisa menipu orang dewasa, Nona!" Sahut pria itu. Semua lelaki di kedai itu segera berdiri dan menatapku tajam. Aku lihat tatapan marah dari sekitar lima orang pengunjung kedai. Tatapan yang seakan berkata bahwa mereka ingin membunuhku. "Ah, sial!. Aku tidak akan bisa lolos dari sini kecuali menggunakan cara itu!" Pikirku. Aku mundur beberapa langkah, yang semula aku berada di pintu keluar, sekarang aku berada di tengah kedai. Beberapa orang yang menatapku mulai berjalan menuju ke arahku perlahan. Salah seorang di antara mereka berusaha merebut tas milikku, tapi aku segera menyingkirkan tangan mereka dari jangkauanku. "Wah, kau ingin bermain dengan cara kasar, Anak Kecil?" Sahut salah seorang di kedai itu. Dua orang yang berada di kanan dan kiriku segera memegang tanganku. Aku tidak bisa bergerak, si penjaga keamanan yang sedari tadi membuat suasana di kedai menjadi panas juga mendekat ke arahku dan akan mengambil tas kecil milikku. "Haaaah, aku mohon, aku mohon, aku mohon, keluarlah kabut putih!" Aku berharap agar aku segera memasuki kondisi itu. Aku berusaha meronta, aku bergerak ke sana kemari berusaha melepaskan diri dari cengkraman beberapa orang pada badanku. Penjaga keamanan di depanku berhasil merebut tas kecil milikku dan terlihat akan membukanya. Sedetik kemudian, kabut putih terlihat menyelimuti sebagian pengelihatanku. Aku tetap berusaha mempertahankan kesadaranku, aku tidak peduli jika hal itu akan membahayakan tubuhku karena jika aku kehilangan kesadaran di sini, tidak akan ada orang yang akan menolongku ketika aku keluar dari kondisi tersebut. "Haaahh, baiklah, kalian ingin bersenang-senang bukan? KENAPA TIDAK KALIAN MULAI MEMUKULKU! HAHAHAHAHA" Teriakku yang tengah berada dalam kondisi setengah sadar. Penjaga keamanan di depanku terlihat termakan oleh ucapanku. Dia melatakkan tas milikku di aats meja dan terlihat membatalkan niatnya membuka tasku. Pria itu mendekatkan wajahnya kepadaku, kemudian dia memegang rahangku dengan salah satu tangannya seraya berkata, "Jaga mulutmu, Anak Kecil!" Dari belakang, aku merasa ada seseorang yang sedang berusaha memukul kepala bagian belakangku. Dengan posisi kepala penjaga berada tepat di depanku, harusnya aku sudah tidak bisa menghindari pukulan itu. Tapi reflekku berkata lain. Aku berusaha membenturkan kepalaku kepada penjaga di depanku. Dia sontak menjauhkan tangan dan wajahnya dari hadapanku karena menghindari benturan dari kepalaku. Kesempatan itu aku gunakan untuk menghindari pukulan di kepala belakangku dengan menundukkan badanku. Dua orang yang memegang tanganku terlihat terkejut dengan apa yang aku lakukan karena aku bisa menghindari pukulan yang sepersekian detik akan menghantam kepalaku. Penjaga di depanku mendekatiku lagi dan terlihat ingin memukulku. Aku menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri. Aku menendang penjaga itu dengan cepat tepat pada bagian perut demi membuat momentum agar aku bisa mendorong diri kebelakang dan melepaskan diri dari cengkraman dua orang yang memegangiku. Dalam kesempatan yang sama, orang di belakangku juga terlihat melangkah mendekatiku dan ingin menyerangku. Momentum tendangan ke depanku berhasil membuatku lepas dari cengkrarman dua orang dan menabrak orang di belakangku sehingga membuat aku dan orang itu terdorong hingga terjatuh. Aku mencium kesempatan melarikan diri di sini. Dengan cepat aku berdiri, berlari ke arah pintu dan berusaha mengambil tas kecil milikku. Dua orang yang tadi memegangiku terlihat berusaha kembali menangkapku, tapi aku berhasil menghindarinya. Aku segera mengambil tas kecil milikku, melompati penjaga yang masih tersungkur di depanku dan berlari keluar dari sana. Setelah kondisi aku rasa aman, aku segera bersembunyi di antara padatnya pemukiman di bawah tanah. Kabut putih yang menutupi sebagian pengelihatanku perlahan memudar dan menghilang. Sedetik kemudian aku terjatuh, kakiku terasa lemas, kepala dan dadaku terasa sangat sakit. Aku segera mengatur nafas agar badanku segera pulih. Setelah sekitar beberapa menit aku mengatur nafas, badanku terasa mulai bisa aku gerakkan perlahan. Aku segera meninggalkan tempat itu dan berjalan tertatih menuju apartemenku untuk merebahkan punggungku karena aku merasa sangat lelah. Dear diary, akhirnya aku membuka buku harian baru. Aku menulis buku ini karena aku mulai mendapatkan sesuatu yang menarik dari kawasan bawah tanah yang berkaitan dengan jual beli obat terlarang. Barrang yang aku temukan kali ini sedikit menguatkan dugaanku bahwa obat terlarang di dalam Arena telah menyebar luas hingga ke luar arena. Tapi aku masih berharap jika kandungan di dalam kopi tadi bukan obat yang sama seperti milik Arena sehingga nantinya misi penyelidikan untuk obat itu tidak menjadi tanggung jawabku, dan penelusuran atas obat itu akan dilimpahkan ke agen The Barista lain karena aku bukan tipe orang yang bisa fokus melakukan banyak hal sekaligus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD