Lembar Terakhir Buku Pertama

1654 Words
2 November 2018 Kepalaku pusing, aku masih belum bisa sepenuhnya memercayai apa yang aku dengar dari Indah kemarin. Aku tidak menyangka jika sesuatu yang aku cari ternyata ada di sekitarku sendiri. Pagi ini, aku kembali menatap cermin di samping tempat tidurku dengan tatapan kosong. Sangat kosong sehingga aku dapat melihat ruang hampa yang berada di dalam kelopak mataku. Aku menghubungi kak Nova, aku mengatakan kepada kak Nova bahwa aku ingin mendatangi penjara di mana Nugraha ditahan saat ini. Penjara khusus dengan keamanan super ketat yang sangat sulit untuk ditembus. Tujuanku mendatangi Nugraha adalah, aku ingin memastikan sesuatu yang aku dengar dari Indah kemarin. Lagi, aku mengendarai mobilku untuk bisa sampai ke penjara tersebut. Aku ingin mengasah kemampuan mengemudiku serta membiasakan diri dengan fitur yang ada sehingga ketika aku diharuskan menggunakan mobil ini dalam misi, aku tidak gagap lagi pada fitur yang tersedia. Kak Nova juga mengendari mobil miliknya sendiri, aku dan kak Nova sengaja tidak berangkat bersama dan bertemu di penjara karena sepulang dari penjara aku ingin mengelilingi kota menggunakan mobilku untuk mengenal kota secara lebihi baik. Sepanjang perjalanan, aku mencoba untuk mengembalikan suasana hatiku yang hancur. Aku tidak ingin terus larut dalam kegundahan sementara masih ada hal-hal yang harus dikerjakan di luar sana. Aku tiba terlebih dahulu di gedung parkir penjara sebelum kak Nova. Dari GPS yang terpasang pada mobilku, aku bisa melihat jika kak Nova akan tiba sekitar satu atau dua menit dari sekarang. Aku sengaja keluar dan berdiri di samping pintu mobilku agar terkesan seperti seorang mata-mata super. Tidak lama kemudian kak Nova juga tiba di sini. Kak Nova tertawa geli ketika melihatku berdiri di samping pintu mobilku. Aku yakin, sesuatu yang membuat kak Nova tertawa geli adalah pakaianku serta pose aneh di mana aku merasa seperti berada di dalam film. Aku mengenakan celana pendek sepaha berwarna hitam, jaket hoodie berwarna merah jambu, sepatu sneakers berwarna putih dan menggunakan kacamata hitam khusus milik The Barista. Sebuah gaya berpakaian yang jauh dari kata sopan untuk ukuran seorang agen. Agen mata-mata rahasia yang identik dengan pakaian panjang serba hitam dengan setelan rapi, tapi aku justru datang menggunakan pakaian seperti remaja kota pada umumnya. Kak Nova juga tidak ingin kalah denganku, dia menggunakan setelan celana cargo berwarna hitam yang dipadukan dengan basic t-shirt berwarna berwarna putih, sepatu sneakers berwarna putih dan mengenakan kacamata khusus dari The Barista. Aku rasa dua orang agen yang bertugas hari ini sama sekali tidak memiliki selera berpakaian seperti agen kebanyakan. Tidak salah memang jika penjara ini dianggap sebagai penjara yang paling aman di seluruh negeri. Banyak pos pemeriksaan yang harus dilalui agar bisa benar-benar masuk ke dalamnya. Mulai dari memeriksa barang bawaan, memeriksa suhu tubuh, harus melalui pemeriksaan sinar x dan juga tidak diperbolehkan membawa ponsel di dalam penjara. Bahkan seorang agen khusus sepertiku dan kak Nova tidak bisa menggunakan alat perekam yang biasa digunakan dalam penyelidikan. Kacamata dan earphone yang biasa aku gunakan juga harus dititipkan pada petugas keamanan, sehingga tidak ada cara lain untuk membuktikan kebenaran informasi yang dibawa oleh agen kecuali dengan rasa percaya. Sekitara 15 menit aku dan kak Nova menunggu, akhirnya seorang petugas keamanan membawa Nugraha ke hadapan kami. Kami bertiga saling menatap dalam diam, seakan ada sebuah dendam yang belum tersalurkan di antara aku, kak Nova dan Nugraha. "Hei, kau ingat siapa aku, Nugraha?" Kak Nova membuka obrolan keada Nugraha. "Sebuah reuni dari agen dan mantan agen yang mengharukan." Batinku. "Kau... Siapa? Apakah aku pernah mengenalmu? Wajahmu tampak tidak asing, tetapi aku tidak mengenalmu. Apakah kau kekasih dari Rin?" Nugraha menjawab dengan tatapan intimidasi kepada kak Nova. "Ah, Rin. Kenapa kau memilih pria seperti ini setelah lepas dariku, Rin? kau seharusnya memilih seorang pria yang lebih kuat dariku, bukan seseorang yang terlihat lemah dan anti sosial seperti orang di sebelahmu ini, hahaha." Nugraha beralih menatapku dengan tatapan psikopat yang menjijikkan. Kak Nova hanya menepuk kepalanya sendiri, sedikit melirikku dan tertawa seperti memberi isyarat bahu dan mengatakan secara tersirat jika Nugraha memang sudah tidak waras. "Sir Nugraha sayang, mohon maaf aku tidak bisa menyentuhmu saat ini. Kita sedang berada di depan umum, banyak petugas dan pengawas, aku tidak suka tempat seperti ini." Keluhku kepada Nugraha dengan manja. "Kau tidak perlu berpura-pura, Rin. Aku sudah tahu jika kau bekerja sama dengan pihak kepolisian saat ini. Jangan bilang kau sejak awal bergabung dengan Underground Free Fighting memiliki tujuan untuk menangkapku, Rin." Tatapan Nugraha berubah secara drastis menjadi tatapan dingin dan menusuk tajam. Aku merasa perubahan tatapan ini cukup mirip dengan kak Nova, namun berada dalam taraf yang lebih parah. Beruntungnya, aku merasa sudah terbiasa menghadapi mereka berdua sehingga aku tidak terkejut dengan segala perubahan sikap yang ada di depanku saat ini. "Wah, selamat, Sir. Ternyata kau sudah tahu. tapi, kenapa kau baru tahu sekarang? Kenapa kau tidak mengetahui jika aku bekerja sama dengan pihak kepolisian ketika kau masih bersamaku di Arena?" Jawabku dengan wajah polos. "Ah, mungkin aku hanya bodoh dan meremehkanmu. Aku kira kau masih seorang gadis polos seperti dua tahun yang lalu, hahahaha." Nugraha kembali menunjukkan tawa gilanya di depanku. "Sir, aku ingin menyampaikan sebuah salam kepadamu. Salam dari seseorang yang sangat dekat denganmu." Aku memberikan senyum yang sangat teduh kepada Nugraha. "Siapa? Poison Ivy? Robin? Siapa? Apakah mereka baik-baik saja? Bagaimana keadaan Arena setelah aku pergi? Apakah semua masih berjalan sebagaimana mestinya? Beritahu aku keadaan di dalam arena! Beritahu aku, Rin!" Tanya Nugraha. "Arena dalam keadaan baik-baik saja, Sir. Robin dan Poison Ivy berhasil menenangkan semua anggota Arena dan kembali menjalankan aktivitas seperti sedia kala. Tapi aku ingin mengatakan bahwa salam yang kau dapatkan bukan berasal dari Arena, melainkan dari seseorang yang bekerja dalam sebuah perusahaan konstruksi dan penyewaan alat berat terkemuka di pusat kota. Sebuah salam dari seorang direktur utama perusahaan tersebut." Nugraha mendadak pucat ketika aku mengatakan hal itu. Dia tidak bisa menipuku, matanya terbelalak mendengar aku mengucapkan kata itu. "Sebuah salam dari Okta, yang sekarang menjabat seabgai direktur utama perusahaan keluargaku, Airconst. Aku tidak menyangka, Sir. Ternyata di belakang Poison Ivy kau bekerja sama dengan Okta untuk menyingkirkan keluargaku." Aku mengatakan itu dengan wajah yang sangat tenang seakan aku bukan seorang korban di sini. Nugraha semakin pucat ketika mendengar ucapanku. "Siapa? Okta? Aku tidak mengenal orang itu. Kau pasti salah, Rin. Aku tidak mengenal seseorang bernama Okta dalam hidupku." Nugraha berkelit di hadapanku. "Benarkah? Tapi Okta berkata kepadaku agar menyampaikan hal ini kepadamu. Dia ingin aku meminta maaf kepadamu. Meminta maaf karena kau sekarang sudah tidak lagi berguna. Okta harus membuangmu dan dia tidak akan mengeluarkanmu dari penjara, seumur hidupmu." Aku berlagak menirukan nada bicara dari Okta. "Hah! Kau pikir aku akan memercayai trik murahan seperti itu, Rin. Maaf, tapi aku tidak akan jatuh pada cara licik murahan seperti itu." Nugraha menatapku dengan tatapan yang dingin dan tajam serta senyum yang sangat mengerikan. "Mohon maaf, Sir. Tapi kita memiliki saksi di sini. Okta mendatangiku secara langsung dan menemuiku bersama dengan Indah. Apa kau mengenal siapa itu Indah? Aku yakin kau tidak mengenal siapa itu Indah. Padahal Indah setiap hari berada di sampingmu, Sir Nugraha." Aku memberikan tatapan yang tidak kalah mengerikan kepada Nugraha. Kak Nova hanya bisa diam di sampingku. "Indah? Siapa itu Indah? Aku sama sekali tidak mengenalnya. Kau terdengar hanya mengarang cerita di sini, Rin. Hahahaha." Nugraha terlihat yakin dengan ucapannya. Namun keyakinan Nugraha seketika luntur ketika aku menyebutkan kalimat ini, "Ya, Indah. Indah adalah permaisurimu selama ini. Seseorang yang menemani tidurmu hampir di setiap malam. Seorang tangan kanan darimu dan Okta. Dialah Indah. Atau mungkin kita lebih mengenalnya sebagai, POISON IVY." "Tunggu! Bagaimana kau mengetahui semua ini? Bagaimana kau mengetahui tentang Okta? Bahkan seharusnya Poison Ivy tiddak mengetahui sama sekali tentang apa yang direncanakan Oleh Okta. Tunggu dulu, Rin! Seharusnya yang mengetahui tentang rencana pembunuhan keluargamu hanya aku dan Okta. Seharusnya Poison Ivy tidak mengetahui hal itu. Okta, Okta mengatakan kepadaku jika aku berada dalam bahaya, maka aku harus menggunakan nama Poison Ivy. Jika aku menggunakan Poison Ivy maka aku bisa bebas tidak lama setelahnya! Tunggu, Okta tidak berkata jika aku tidak berguna! Rin! Kau berbohong Rin! Kau berbohong!" Nugraha terlihat meronta di depanku dengan sangat liar. Wajahnya telihat sangat panik dan pucat. "Mohon maaf, Sir Nugraha. Atau aku harus memanggilmu dengan sebutan, NUGRAHA! Kau memang tidak berguna. Kau sama sekali tidak berguna, Sir. Kau hanyalah sebuah bidak catur yang bisa digantikan kapanpun, dan Okta ingin membuangmu saat ini. Selamat tinggal, Nugrahaku sayang." Ucapku sebagai salam perpisahan kepada Nugraha. Nugraha semakin meronta ketika melihatku dan Kak Nova berdiri dari tempat dudukku dan pergi meniggalkannya di dalam penjara tersebut. Aku tersimpuh di samping pintu mobilku. Rasanya kepalaku sangat panas ketika berada di dalam penjara. Otakku rasanya ingin/meledak menghadapi Nugraha yang bersikap di luar nalar seperti itu. Kak Nova hanya berdiri di sampingku tidak berkomentar apapun dan tidak membantuku sama sekali. "Hei, Rin. Apa semua yang kau katakan tadi benar?" Tanya kak Nova. "Bagian mana yang kau maksud, Kak." "Bagian di mana kau mengatakan jika Okta membuang Nugraha." Sahut kak Nova. "Ah, bagian itu. Sama sekali tidak, Hahahaha. Aku hanya berbohong kepada Nugraha dan membuatnya harus memercayai hal itu." Sahutku dengan sedikit tersenyum kepada kak Nova. "Kau benar-benar mengerikan, Rin." Jawabnya. "Tapi aku masih tidak menyangka, Kak. Kasus ini akan berputar menuju perusahaan milik keluargaku. Bahkan target operasi kita selanjutnya adalah Okta, direktur utama perusahaan keluargaku. Jika semua informasi yang diberikan Indah benar, maka kita harus sedikit berhati-hati karena Okta merupakan sosok yang mengerikan." Dear diary, memang benar jika Okta kemungkinan besar adalah dalang dari pembunuhan keluargaku, serta dalang dari peredaran obat terlarang seperti keterangan Nugraha dan Indah. Tapi aku masih harus mengumpulkan bukti lebih lanjut untuk bisa menangkapnya. Dengan berakhirnya kasus yang melibatnya Nugraha, maka buku harian yang aku buat untuk penyelidikan kasus ini akan aku tutup sampai di sini. Aku akan membuat buku harian baru demi mengungkap target operasi selanjutnya. Aku berharap, semoga target operasi selanjutnya tidak mengalamu hambatan yang berarti, seperti penyelidikanku terhadap Nugraha. Aku tutup buku harianku dan aku segel supaya berkas yang ada di dalam buku harian ini tidak jatuh ke tangan yang salah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD