Red Coffee

1520 Words
28 Juni 2018 Hari ini adalah hari kepindahanku kembali ke pusat kota. ada perasaan bahagia sekaligus berdebar karena sudah dua tahun aku tidak menginjakkan kaki di sana. Kalian tahu? Ada sedikit drama yang menghiasi kepindahanku ke pusat kota. Drama ini berasal dari paman Juli. Beliau tidak mengetahui jika aku mendapat beasiswa ke pusat kota. Sepulang beliau bekerja, aku memberitahu tentang beasiswa itu kepadanya. Paman Juli sempat marah dan tidak berbicara kepadaku selama dua hari karena tidak rela keponakan tersayangnya akan meninggalkan rumahnya untuk melanjutkan pedidikan di pusat kota. Akhirnya aku bersama bibi Ambar berusaha membujuk paman Juli. Setelah perdebatan panjang, akhirnya paman Juli mengizinkanku karena aku yang bersikeras untuk melanjutkan pendidikan ke pusat kota. Alasannya, karena aku mendapatkan beasiswa. Selain itu, perguruan tinggi tujuanku memiliki reputasi yang cukup bagus sehingga paman Juli semakin berat untuk menolak permintaanku. Hari ini akhirnya aku berangkat menuju pusat kota menggunakan kereta. Dulu, ketika aku meninggalkan pusat kota menuju ke pinggir kota di rumah paman Juli, aku diantar menggunakan mobil. Tetapi kali ini aku menolak diantar menggunakan mobil karena aku ingin merasakan hidup mandiri. Setibanya di kota, aku disambut oleh Daniel di stasiun karena sebelum berangkat aku telah menghubungi Daniel bahwa aku berangkat ke pusat kota hari ini. Ada perasaan gembira dari Daniel yang aku tangkap dari nada suaranya saat di telepon. Aku rasa, mungkin karena dia akan bertemu lagi dengan sahabat lamanya yang telah lama tidak berjumpa. Aku memiliki cerita yang cukup menggelitik bagiku ketika baru tiba di kota. Kalian tahu? Aku benar-benar seperti gadis desa yang baru pertama kali menginjakkan kaki di kota besar. Setibanya di pusat kota, saat aku baru melangkah keluar kereta, aku mengidarkan pandanganku ke sekeliling, mengagumi stasiun kota yang terlihat semakin megah dibanding terakhir kali aku mendatangi tempat ini. Dulu, aku sempat satu kali bepergian menggunakan kereta api ketika aku masih kecil. Keluargaku memiliki mobil pribadi, namun aku merengek kepada ibuku agar aku bisa naik kereta api ke kota seberang. Aku tetap mengidarkan pandanganku sambil menapak selangkah demi selangkah. Sejenak aku lupa jika aku ditunggu oleh seseorang. Aku terlalu asyik mengagumi sekitarku hingga aku tidak sadar jika ada seseorang yang mengikutiku dari belakang selama beberapa waktu. Saat aku menyadari jika ada yang mengikutiku, aku spontan membalikkan badanku, dan melihat ada seorang laki-laki yang berdiri tepat di belakangku. Senyum simpul terpancar dari wajah seorang pria yang entah kenapa aku melihat dia seakan lebih tampan dari terakhir kali aku bertemu dengannya dua tahun lalu. Senyum tipis disertai dengan wajah keheranan terpancar ketika melihat tingkahku seperti gadis yang pertama kali datang ke kota besar. "Apa aku mengenalmu, Tuan?" Ucapku kepada pria itu. "Entahlah, Nona. Sepertinya aku salah mengenali seseorang. Aku sedang menunggu teman lamaku di sini. Tetapi entah dari mana datangnya, ada seorang gadis desa lugu yang cukup menarik perhatianku kali ini." Ucap pria itu. "Ah kau, kau pikir aku seudik itu kah?" Tanyaku mengejar. "Kau tahu? Aku sedari tadi menahan rasa ingin tertawa karena melihat tingkahmu yang seperti anak kecil itu, Rin" Ledek pria itu. "DANIIEEEEELLL!!!!!" Bletak! Kepalan tanganku berhasil mendarat di kepala pria itu. Ada rasa rindu bercampur dengan rasa gemas karena setelah dua tahun tidak bertemu, tetapi kalimat pertama yang diucapkan Daniel adalah kalimat ledekan. Daniel sedikit meringis menahan sakit sambil sesekali mengusap kepalanya. "Rasakan itu!" Ucapku gemas. "Kau jahat, Rin. Kita baru bertemu setelah dua tahun dan kau langsung mendaratkan pukulanmu tepat di kepalaku." Protes Daniel, namun setelah itu kita saling tertawa terbahak-bahak satu sama lain. Aku tidak menyangka, Daniel yang dulunya memiliki fisik yang biasa saja, sekarang tumbuh menjadi pria yang cukup tampan setelah tidak bertemu selama dua tahun. Wajah khas dari asia tenggara dengan kumis dan jenggot tipis tanda Daniel sudah mulai memasuki masa dewasanya membuat jantungku berdegup cukup kencang ketika aku berada di dekatnya. Aku dan Daniel berjalan beriringan berdua hingga ke tempat parkir. Aku semakin merasakan kedewasaan Daniel ketika dia dengan sigap mengambil ransel yang aku bawa, dan membawakannya untukku selama kita berjalan sepanjang lorong stasiun. Aku menatap Daniel dengan tatapan sedikit geli bercampur kagum ketika tiba di dekat kendaraan yang Daniel bawa untuk menjemputku. Sebuah motor sekuter eropa keluaran terbaru terparkir di hadapanku. Daniel berkata bahwa selama satu tahun ini dia bersekolah sambil menjadi pekerja lepas yang memiliki penghasilan lumayan sehingga dia bisa membeli motor tersebut. Aku semakin merasa kagum karena Daniel mengalami perkembangan yang cukup pesat baik secara fisik maupun finansial. Saat di tengah perjalanan menuju kediaman orang tua Daniel, dia menawariku untuk mampir ke salah satu kedai kopi favoritnya yang berada di salah satu sudut kota. Sebenarnya aku cukup lelah dan ingin segera merebahkan diri, namun entah kenapa aku tidak bisa menolak tawaran yang diberikan kepadaku. Setelah melewati beberapa blok, aku dan Daniel tiba di salah satu kedai kopi kecil yang memiliki pemandangan dan desain yang menurutku cukup bagus. Sebuah kedai kopi bernuansa modern klasik khas eropa dengan sebuah bar kecil yang berada di bagian paling ujung belakang kedai kopi tersebut. Di bagian tempat duduk pelanggan, terdapat beberapa set sofa kecil warna merah yang terlihat sangat nyaman. Di depan bar juga terdapat dua buah kursi tinggi untuk pelanggan yang ingin mengobrol dengan barista langsung di depan bar. Bunyi lonceng yang khas terdengar cukup nyaring ketika aku membuka pintu kedai. Sebuah senyum lebar nan ramah aku terima dari seorang lelaki di belakang bar ketika aku memasuki kedai kopi tersebut. Seorang lelaki yang aku taksir berusia antara awal hingga pertengahan dua puluh tahun. "Wah, kau membawa seorang perempuan, Daniel. Apakah dia kekasihmu?" Sapa ramah pria di belakang bar tersebut. "Ah, bukan. Dia adalah temanku dari pinggir kota. Dia baru datang hari ini, Kak Nov." Jawab Daniel kepada orang yang ia panggil dengan sebutan Kak Nov. "Oh, maafkan aku, Daniel." Ucap pria itu sambil tetap memperlihatkan senyum ramahnya. "Perkenalkan Nona, aku Nova Adrian, panggil saja Nova. Selamat datang di Red Coffee, Nona." Sapa pria dengan kaos santai berwarna hitam polos dan menggunakan apron coklat itu kepadaku. "Hai Kak Nova, aku Rin Abriana Lee, panggil saja Rin." Sahutku. "Kau terlihat lelah, Rin. Apa yang bisa aku bantu untuk menyegarkan dirimu?" Tatapan kak Nova benar-benar lembut dan hangat kepadaku. "Eumm, entahlah Kak. Ada yang spesial dari kakak?" Tanyaku bingung. "Baiklah. Aku akan memberikan sesuatu yang spesial untukmu, Rin." Ucap kak Nova dengan senyum simpulnya. "Dan kau, Daniel. Apa yang kau butuhkan hari ini?" Lanjut kak Nova. "Seperti biasa, Kak." Jawab Daniel. Sekitar lima belas menit aku menunggu pesanan sambil duduk melepas lelah di salah satu sofa dalam cafe ini. Kebetulan jika sudah menjelang malam seperti ini cafe memang sedikit sepi. Aku sempat sedikit bingung karena di pinggir kota, justru kedai kopi seperti ini akan ramai jika malam hari tiba. Tetapi Daniel bercerita jika di pusat kota, masyarakat lebih suka minum kopi di pagi hingga sore hari. Jika malam hari tiba, diskotik dan bar akan lebih ramai dibanding kedai kopi. Namun justru karena hal itulah, Daniel lebih rajin datang ke tempat ini pada sore hari karena dia dapat mengobrol santai dengan kak Nova. "Silakan Rin, ini untukmu." Ucap kak Nova sambil menyodorkan satu gelas minuman dingin kepadaku. "Apa ini Kak? Warnanya mirip dengan es teh." Ucapku yang bingung dengan minuman dingin di depanku ini. "Oh, ini Iced Japanese Lemon Coffee. Dengan rasa kopi yang lembut dan ringan, sangat cocok untuk menyegarkan badan setelah perjalanan yang melelahkan." Terang kak Nova. "Dan, ini untuk pelanggan setiaku." Ucap kak Nova sambil menyodorkan satu gelas minuman dingin kepada Daniel. "Terima kasih, Kak." Sahut Daniel. "Hei curang. Minuman milikku terlihat sangat polos jika dibandingkan dengan minuman milikmu, Daniel. Minumanmu terlihat sangat manis." Ucapku sebal dengan sedikit mengerucutkan alisku. "Oh, ini Caramel Macchiato dengan topping eskrim dan ekstra sirup karamel. Daniel memang sangat suka dengan minuman manis seperti ini. Tetapi jika Rin yang memesan ini, rasa penat di badanmu tidak akan hilang dengan segera, karena minuman mengandung s**u seperti ini tidak terlalu menyegarkan." Terang kak Nova. "Begitukah? Sepertinya aku harus belajar tentang hal ini ya, Kak. Karena saat di pinggir kota, aku hanya membeli kopi untuk paman saat paman harus lembur malam hari di rumah." Jelasku. "Begitukah? Jika aku boleh tahu, apa minuman favorit pamanmu, Rin?" Tanya kak Nova penasaran. "Eummm" Aku berpikir sejenak. "Sebuah minuman panas yang namanya seperti sebuah negara. Aku sedikit lupa." Ucapku sedikit gugup dan meringis polos. "Maksudmu Americano?" Kak Nova mengejarku dengan pertanyaan. "Ah benar! Americano! Hehehehe. Dan aku selalu membeli roti bagel sebagai upah karena sudah membelikan kopi untuk paman." Jawabku sambil sedikit tersenyum kecil kepada kak Nova. "Hei, kalian baru bertemu tetapi sudah terlihat sangat akrab ya, Rin?" Daniel yang merasa teracuhkan menyela obrolanku dengan kak Nova. "Ah, apakah kau cemburu, Daniel" Kejar kak Nova. "Hei, mana mungkin! Aku tidak akan jatuh ke dalam pelukan ular berbisa seperti Rin, Kak Nova. Hahahaha." Ejek Daniel. "HEI!!!" Dear diary, hari ini aku bertemu dengan orang-orang yang sangat menyenangkan. Tetapi aku tidak akan lupa dengan tujuanku. Hari ini, mungkin memang aku melepas penat dalam pikiranku dengan bercanda bersama orang-orang ini, namun entah kenapa, dalam hatiku merasakan sakit yang teramat sangat. Seakan ada sebuah luka lama yang kembali terbuka. Semoga hari ini, awal yang baru ini, akan menjadi awal untukku menyelesaikan apa yang terjadi dua tahun lalu. Aku tutup buku harianku dengan doa, supaya hatiku tidak terbakar oleh rasa dendam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD