10- Apa Maumu

1602 Words
Selamat Membaca "Sayang, ap apa maksudmu?" Leo terbata, wajahnya sedikit memucat. "Apa aku akan ketahuan hari ini?" Leo berteriak gusar dalam hatinya. "Mas tunggu lah aku di depan, aku ingin bicara sesuatu." Ucap Fira dengan menahan sesak dan kecewanya. Tanpa menjawab, Leo berjalan ke ruang keluarga. Dia duduk di kursi, menunggu Fira dengan wajah gelisahnya. Tidak lama kemudian, Fira menata nasi goreng untuk sarapan di meja makan. Setelah itu, dia menghampiri suaminya di ruang keluarga. "Sayang!" Leo memanggilnya dengan lembut. Matanya menatap Fira dengan berkaca-kaca. "Mas, mas jujurlah padaku ada apa sebenarnya." Fira menghela nafasnya gusar. Tampak kesedihan dari raut wajahnya. Leo hanya diam termangu dengan gelisah. "Apa kamu selingkuh dariku?" Fira pura-pura tidak tahu. "Ma maafkan aku sayang." Mendengar ucapan Leo, Fira tertawa getir. "Akhirnya, dia mengakui juga perbuatannya." "Aku khilaf, aku bersalah padamu." Leo menggenggam tangan Fira erat. "Lalu, apa maumu selanjutnya?" Fira bertanya tanpa menatap wajah suaminya. "Aku, aku tak ingin hubungan rumah tangga kita retak." Leo merengkuh tubuh Fira. "..." Fira hanya diam. "Maapkan mas, sayang." Leo mengecup kening isteri nya penuh rasa penyesalan. "Heheh, gampang ya. Udah ngelakuin penghianatan langsung minta maaf." Fira tertawa getir. Tak ada air mata yang menetes, dia berusaha setegar mungkin. Meski, dia sudah tau kenyataan ini jauh - jauh hari, tetap saja pedih rasanya mendengar pengakuan dari suaminya itu. Ditambah lagi dengan banyaknya jejak percintaan antara suami nya dengan selingkuhannya itu. "Maaf." Perkataan itu kembali terucap dari mulut suaminya. "Tapi aku tak yakin dengan penyesalan mu." Fira berkata tanpa menatap Leo sama sekali. "Apa yang harus kulakukan?" Leo menatap lembut Fira. Tangan nya menangkup wajah cantik Isterinya itu, membalikan nya agar menatapnya. Mata mereka bertemu. Tampak beribu penyesalan dari manik mata Leo. Sedangkan dari manik mata Fira terlihat jelas kekecewaan dan kemarahan. "Pilih aku atau selingkuhan mu itu?" Fira berkata dengan tegas. Leo mengesah, menarik nafasnya dalam. Sebenarnya, dia memang sudah mengambil keputusan untuk melepaskan Salma. Tapi, ancaman Salma membuatnya lah tak berdaya. "..." Leo terdiam memikirkan harus bagaimana. "Kamu tak bisa memilih mas? Heh, itu artinya kamu sangat mencintai dia." Fira memalingkan wajahnya, marah. Tapi, dia berusaha tetap tenang. Dia tak mau salah langkah, yang hanya akan menimbulkan masalah baru. "Bukan begitu. Aku memang mencintai dia, tapi aku lebih mencintaimu." Menatap Fira dengan dalam. "Hahah, kamu memang gila mas! Kamu mengatakan cinta untuk selingkuhan mu itu di depan isteri mu sendiri!" Fira berdiri dengan tawa sinis nya. "Dasar suami tak punya hati!" "Bukan begitu maksud ku!" Leo ikut berdiri dan memeluk Fira dari belakang. Fira memang sudah membalikkan badannya hendak melangkah ke kamar Tiara. "Putuskan! Aku atau dia!" Fira menepis tangan suaminya dengan kasar. "Huuuhh." Leo menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya kasar. "Aku akan meninggalkan dia! Aku memilihmu!" Suara Leo terdengar setengah berteriak. "Aku akan percaya jika kamu mengatakan itu padanya langsung dihadapan ku, mas!" Fira membalikkan badannya, menatap suaminya tajam dengan senyuman sinis nya. "Ba baik! Tentu aku akan melakukannya." Leo meyakinkan. "Kapan?" Fira masih dengan posisi yang sama. "...." Leo kembali diam memikirkan waktu yang tepat. "Aku mau sekarang juga!" Suara tegas Fira menginterupsi. "Baiklah, terserah padamu." Leo berkata lirih. "Habislah aku!" Ada rasa cemas mempertemukan Fira dengan Salma. Leo takut mereka bertengkar! Dan menimbulkan keributan. "Aku bersiap dulu, sebaiknya kamu juga begitu! Karena setelah itu kita akan menemui PELAKOR itu!" Fira menegaskan. Leo hanya mengangguk pasrah, dia bergegas masuk ke kamar mandi mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Berharap kejadian ini cuma mimpi belaka. "Ah sial ini nyata bukan nya mimpi!" Tiara bangun dari tidurnya, dengan cepat Fira memandikannya dan segera menyuapi nya sarapan. Leo terlihat kurang selera saat makan, begitu pula dengan Fira. "Mas, antar Tiara kerumah mama dulu." Terdengar suara Fira yang ketus. "Hem" Jawaban Leo dengan wajah yang gusar. "Tia, sayang. Kamu main dulu di rumah nenek ya. Mama ada perlu sama ayah. Hanya sebentar kok." Fira mengelus kepala puterinya itu sebentar. "Iya, tapi jangan lama ya ma!" Suara Tiara terdengar sedih, karena dia tak di ajak. "Iya, gak lama kok." Fira membujuk Tiara, lembut. Beres sarapan, Leo membawa Tiara untuk dititipkan kepada ibunya selama ia dan Fira pergi kerumah Salma. * Rumah ibu Leo "Emangnya isterimu mau kemana?" Ibu Leo penasaran, setahunya Fira tidak bekerja. Dan andaikan bepergian, pasti membawa Tiara. "Hem, itu ada keperluan sebentar dengan teman nya menyangkut pekerjaan, sepertinya Fira mau mulai mencari kerja. Bohong Leo. "Lalu nanti Tiara sama siapa kalau Fira kerja?" Ibu Leo sepertinya sedikit kurang suka jika Fira bekerja. "Ya sama ibu lah, sama siapa lagi. Heheh," canda Leo dengan cengengesan. "Ck, bukan nya ibu gak mau. Tapi, kamu tau sendiri ibu sibuk bikin kue untuk jualan," ujar ibu Leo dengan nada kurang suka. "Tapi andaikan Fira mau bekerja, seharusnya cari kerjaan yang bisa sambil urus anak. Buka toko online misalnya." saran ibu kepada Leo. Leo manggut-manggut. Sementara itu Tiara sedang asik main boneka yang di bawanya dari rumah, di atas kursi. "Kalau begitu Leo pamit dulu bu, kasihan Fira udah nungguin di rumah." Leo mencium punggung lengan ibunya, lalu mencium pipi Tiara. "Dah Tiara, baik-baik sama nenek ya dan jangan rewel," seraya mengelus kepala Tiara lembut. "Iya, dah ayah!" suara Tiara terdengar memekik. Leo terkekeh, lalu segera pergi mengendarai motornya. * * Rumah Leo Leo sudah sampai di depan pagar rumah nya, tampak Fira sedang berdiri di teras dengan muka masamnya. Melihat kedatangan Leo, Fira langsung menatapnya tajam dengan cemberut. Marah, dan kecewa nya sudah menyatu saat ini. Dia tak bisa lagi menyembunyikan kemarahannya kepada suaminya. "Huuuh." Leo menghela napasnya dalam dan menghembuskan nya dengan kasar. Dia semakin gelisah, apalagi memikirkan harus menemui Salma dan memutuskannya. Meski sudah berniat menjauh dari Salma, tapi jika dengan cara memutuskan di depan Fira langsung bukan kah itu akan membuat rasa kecewa Salma makin berlipat-lipat. Itulah yang di khawatir kan oleh Leo. Apalagi, Salma pernah mengancamnya akan bunuh diri jika Leo berani meninggalkan nya. Fira berjalan menghampiri Leo. Dia kini sudah keluar dari halaman, lalu menutup kembali pintu pagarnya dan segera menaiki motor suaminya itu. "Nunggu apalagi mas!" ketus Fira, tangannya menggeplak bahu Leo cukup keras. "Hemm gak ada," dengan gusar. "Apa kamu berniat tak jadi meninggalkan dia?" Bertanya dengan nada sinis, di iringi senyuman sinis pula. Leo menatap istrinya sekilas dari spion, " ini tak seperti yang kamu pikirkan, Fir." "Memangnya apa yang aku pikirkan?" dengan ketus. "Kamu jangan terlalu buruk sangka pada ku, aku hanya main-main sama dia!" suara Leo sedikit meninggi. Dia merasa kesal dengan sikap sinis Fira yang terus-menerus. "Ck, kalau kamu gak mau putusin dia ya udah! Gak usah banyak berkilah! Tinggalin aja aku!" Fira hendak turun dari motor suaminya. Greppp Tapi dengan cepat Leo menggenggam pergelangan tangannya. "Kita akan pergi!" suara Leo setengah berteriak. Lalu Leo menyerah kan helm kepada Fira. Setelah Fira memakainya, dengan cepat Leo mulai melajukan kendaraan roda duanya itu. Sepanjang perjalanan mereka diam membisu, hingga setelah beberapa waktu akhirnya mereka sampai di depan rumah kontrakan Salma. Salma terlihat sudah rapi dan cantik dengan setelan kantornya. Dia tampak baru keluar dari teras rumah nya. Terlihat juga pengasuh sedang menuntun Elin anaknya. Mendengar suara deru mesin motor Leo, Salma sontak menoleh. Dia sudah hapal suara mesin motor itu. Senyumannya mengembang sempurna, namun tidak berlangsung lama. Karena, setelah melihat Leo membonceng Fira senyuman nya langsung menghilang berganti wajah cemberut. * (Salma Pov) "Mau apa mas Leo membawa wanita itu kesini, menyebalkan sekali." Aku menatap mereka dari teras. Terlihat mas Leo sudah turun dari motornya bersama dengan isterinya itu. Aku langsung cemburu saat melihat mas Leo membukakan helm wanita itu, aku tau dia isteri sah nya. Tapi, seharusnya dia jaga perasaan saat ada aku di hadapannya. Aku sangat marah dan hatiku sakit, apalagi saat mas Leo menatap ku sementara tangan nya menggenggam erat tangan wanita itu. Wanita itu, Fira isterinya mas Leo menatap ku dengan tajam tak ada senyuman dari bibirnya. "Ada apa ini, kenapa Fira kelihatan sangat marah dan membenciku?" Aku bertanya-tanya dalam hati. Ada sedikit perasaan was-was di hati ku. Kini mereka sudah sampai di depan teras ku. Aku memasang wajah ramah, ya hanya pura-pura saja. Sebenarnya, aku tak suka kedatangan isteri dari orang yang sangat aku cintai itu. "Papaaaa!" terdengar suara Elin memekik dengan keras. Sontak aku terkejut, dan wajah mas Leo pun tampak pucat, dia sangat terkejut. "Maaf, maaf mbak Fira anak ku memang begitu." Aku tersenyum canggung. "Saya maklumi, soalnya kalian kan sangat, sangat dekat sekali!" Aku bisa mendengar nada ketus dan raut wajah sinis penuh ketidak sukaan dari wanita bernama Fira itu. "Papaaa!" Lagi - lagi, Elin memanggil papa pada Mas Leo. Dia, bahkan berlari memeluknya. Aku terkejut, dan lebih terkejut lagi saat mas Leo menepis tangan Elin yang mau memeluknya. "Aku bukan papamu nak, panggil aku om saja," suara Mas Leo terdengar ketus dan dingin. Hatiku nyelekit sakit sekali, aku tau Elin memang bukan anaknya. Tapi, selama kami berhubungan beberapa bulan ini, aku selalu mengajari Elin memanggilnya papa dan Mas Leo sama sekali tak keberatan. Mungkin karena ada isterinya, dia jadi begitu. Aku sangat benci wanita itu! Aku ingin segera melihat mas Leo menceraikan wanita itu! Lalu aku dan mas Leo menikah, kami akan hidup bahagia. "Bu, tolong bawa dulu Elin. Saya kedatangan tamu," pintaku pada pengasuh anakku, yang merupakan tetanggaku sendiri. Pengasuhku segera mengangguk dan membujuk anakku agar mau di bawanya. Sambil merengek, elin pun di bawa ke rumah pengasuh ku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku ini. Aku segera mempersilahkan mas Leo dan Fira masuk. Aku bisa melihat Fira yang bergelayut manja di lengan Mas Leo. Hatiku geram karena cemburu! "Lihat saja setelah ini mas Leo pasti akan jadi milik ku sepenuh nya. Dan kamu akan di campakan!" gerutuku dalam hati. Aku tak peduli di cap pelakor sekalipun, aku sangat mencintai mas Leo sepenuh hatiku!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD