2- Sahabat Sejati

1140 Words
"Tapi, jujur aja penampilan mu setelah menikah itu sangat jelek. Lihat saja, daster kamu sudah lusuh, badan kamu bau asap, rambut, kamu ikat satu gak rapi lagi. Iya sih, kaya nenek-nenek," jawab Arman, yang sebenarnya hanya bercanda saja. Tapi, karena saat ini Fira sedang galau, baru menemukan bukti perselingkuhan suaminya. Perkataan Arman terasa menyakitkan. "Hik hik hik." akhirnya terisak-isak. "Eeeh, kok nangis. Aku kan cuma bercanda aja." Arman garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Merasa bersalah. "Maaf, maaf. Kamu cantik ko, pake banget malah." Arman berusaha meredakan tangis Fira. Arman fikir, perkataannya telah menyinggung perasaan Fira. Fira menghentikan tangisannya, lalu berkata. " Ar, boleh aku curhat. Selama ini, kamu satu-satunya sahabat aku. Kadang aku malah ngerasa, kamu tuh jodoh sejati aku." Arman melongo mendengar pernyataan Fira, sahabatnya dari jaman sekolah dulu. "Sampai aku nikah, kamu pun kayak ngikutin aku," wah pede banget sepertinya Fira, ya. "Idiiih, pede. Rumah aku kan emang dari dulu di sini, kamunya aja yang sengaja nikah sama orang sini, biar bisa ngintilin aku kali." Arman memutar bola matanya malas. Emang dari dulu gak ada yang berubah dari Fira, sahabatnya yang hobinya kepedean. "Heheh." Fira terkekeh. "Man, Arman, aku lagi galau. Suamiku selingkuh." berbisik, takut kedengeran tetangga. "What? Jadi ini alasannya kamu tanya-tanya sial penampilan kamu?" bola mata Arman membulat sempurna. Fira mengangguk dengan mata yang berembun. "Tenang saja, sahabat sejatimu ini akan jadi orang nomer satu yang mendukungmu! Kalau perlu kita kebiri suami mu itu! Huuuh!" Arman mengepalkan tangan nya di depan d**a. "Nggak gitu juga kali! Huuh." Fira merasa jengkel dengan kelakuan teman nya, pantes aja masih jomblo. "Heheh." Arman menurunkan tangannya, sambil nyengir. "Man, pantesan kamu masih jomblo. Kamu tuh masih kayak bocah aja suka ngomong seceplosnya, padahal usia sudah tua," gerutu Fira. "Eiith, kalau aku gak laku kan ada kamu. Nanti setelah kamu jadi janda, aku yang bakalan nikahin kamu. Hehehe." Arman cengengesan. Fira mendengus sebal. "Aku jadi penasaran, sejak zaman sekolah dulu, kamu sering bilang suka, cinta dan kutunggu jandamu. Itu beneran apa boong sih sebenernya?" menatap mata Arman dengan penasaran. " Ya iyalah itu beneran. Kamunya aja yang selalu nolak aku." Arman memasang raut wajah sedihnya. "Mana ada yang percaya, cara kamu ngomong aja cengengesan gitu." Fira memonyongkan bibirnya. Arman membuang mukanya sekilas. "Nanti kamu bantuin aku menguntit Mas Leo ya, aku tau dari kecil cita-citamu kan mau jadi detektif. Heheh." Fira nyengir kuda. Arman hanya mendengus kesal. "Euleh - euleh, ini duo sejoli pagi - pagi udah curhat aja," sapa Mak Ani yang suka kepoin urusan Arman sama Fira. Maklum Mak Ani adalah saksi nyata kedekatan dua sobat ini semenjak mereka dari jaman SMU. Waktu jaman sekolah, Fira sering di bonceng Arman ke rumahnya, untuk sekedar mengerjakan tugas sekolah. Hingga, mereka di anggap pasangan sejati. Namun, ternyata tuhan berkata lain. Justru Fira kepincut teman kakaknya Arman yaitu Leo. Hingga, akhirnya mereka menikah. "Eh, ada Mak Ani. Biasa Mak, Fira minta tolong benerin genteng. Itu suaminya lagi keluar," sahut Arman malu -malu. "Ya, udah makasih ya Man. Aku mau nerusin jemur pakaian. Mak, marii," ucap Fira, sambil tersenyum kepada Mak Ani. " Iya, iya. Neng Fira." Mak Ani balas tersenyum. "Nak Arman, jangan suka deket-deket sama Neng Fira, dia kan sudah jadi isteri orang. Cari yang lain aja, kan banyak yang masih gadis." Mak Ani mengingatkan. Berkata dengan serius. "Iya, Mak. Lagian temenan apa salahnya. Saya pulang dulu ya." Arman nyengir lalu pergi. "Oalaaah, anak jaman sekarang memang susah di ingatkan. Mak Ani pun pergi. Di perjalanan pulang Arman joging dengan pikiran yang kemana-mana. "Andai kamu tau, kata - kataku itu semuanya jujur sejak dulu. Mungkin, karena mulut ini gak bisa diem maunya ketawa cengengesan mulu, jadi kamu gak percaya aku beneran suka kamu. Fira my best friend forever and my love forever. Itulah yang ada dalam pikiran Arman saat ini. Mengingat kata menguntit, Arman ketawa sendiri. Merasa lucu dengan permintaan sahabatnya itu. Tapi, mengingat perbuatan Leo yang menduakan Fira, dadanya panas menggebu-gebu. Fira Saat ini Fira sedang menjemur pakaian di halaman belakang rumah. Mengingat isi chat itu hatinya kembali sakit. Setegar apapun, dia tetap wanita. Yang akan menumpahkan segalanya lewat air mata. Masuk ke dalam kamarnya, melihat kembali ponsel suaminya. Membaca isi chat mereka kembali. Di screen shotnya gambar itu, lalu di kirimkan ke nomornya sendiri. Setelah itu, dia hapus riwayat kirim pesan ke ponselnya itu. Dia sengaja melakukan hal ini, supaya bisa di jadikan bukti suatu saat nanti, jika Leo mengelak. Berdiri di depan kaca. " Aku memang berubah, pipi ku cabi, perut ku gendutan. Ah, suamiku kenapa hanya karena penampilanku berubah, kamu jadikan alasan selingkuh sih," kesal juga kepada diri sendiri. "Oke, mulai sekarang aku akan mempercantik diriku lagi seperti dulu. Jangan salahkan aku, kalau ada cowok yang naksir aku! Huuuhn" gumamnya berapi -api. Setelah selesai semua urusan rumah, Fira pergi ke rumah mertuanya. Mau ngambil Tiara. Niat sebentar, akhirnya dia main disana hingga sore. Tiara merengek untuk menginap di rumah neneknya. Mau tidak mau, akhirnya Fira mengizinkan. *** Di tempat lainnya, Leo sedang asyik jalan-jalan di mall dengan selingkuhannya. Namanya, Salma. Salma terus saja bergelayut manja di lengan Leo, dengan tidak tau malunya. Leo sendiri malah senang, terlihat dari senyumannya yang mengembang. Menghamburkan uang untuk kebutuhan kosmetik Salma, lalu makan siang bersama. Diakhiri mengunjungi rumah kontrakan Salma. Salma sendiri bekerja sebagai salah satu staf di kantor yang sama dengan Arman. Jadi, mereka teman seprofesi. Salma adalah bawahan Leo di kantornya. Jangan tanyakan semesra apa mereka di rumah kontrakan. Mata mereka saling menatap penuh gairah, menyatukan bibir mereka dengan mesra. Tangan nakal Leo mulai menjelajah, hingga mereka meleburkan diri dalam kubangan dosa. Jam delapan Malam. Leo akhirnya ingat pulang juga, wajahnya cerah berseri. Karena, sudah dapat suplai energi dari hubungan yang tidak halal. Fira membuka pintu. "Baru pulang?" tanyanya ketus. "Iya, acaranya lama." Leo memeluk isterinya dengan lembut. Untuk menyembunyikan kebusukannya. Padahal, Fira sudah tau. Fira menggeliat, mengurai pelukan dari suaminya. Dia enggan di sentuh bekas pelakor. "Kenapa, marah." Leo tersenyum lembut, akting. Chup. Leo mengecup pipi Fira dengan cepat. Biasanya, kalau sedang marah. Fira akan luluh jika di lembut-lembutin. Tapi sekarang tidak. "Enak saja, kamu enak-enakan udah pacaran. Sekarang mau nyentuh aku, nggak layau!" Fira bertekad dalam hatinya untuk tak mau di sentuh selama satu bulan. "Huuuh, mau makan?" ujar Fira masih ketus. Walau semarah apa pun, dia tetap melayani suaminya dengan baik. Takut dosa! " Masih kenyang, tadi udah makan di sana," jawab Leo diiringi senyuman hangat yang sialnya membuat wajahnya semakin tampan saja. "Kenyang makan di rumah pelakor kali!" dalam hati Fira. Malas rasanya Fira melihat wajah ganteng penuh senyum itu. "Oh, ya udah. Kalau begitu, aku tidur dulu ya Mas." Fira berkata dingin dengan tanpa senyuman, langsung ngeloyor masuk kamar saja. Leo tak peduli dengan perubahan sikap isterinya itu. Dia segera mengikutinya ke dalam kamar, dan mengambil ponselnya. Melihat Fira sepertinya sudah terlelap, dia segera membuka aplikasi chating dan mulai berbalas pesan sambil tersenyum-senyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD