Aifa mengemudikan Ferrarinya dengan tenang meskipun kejadian rumah yang nyaris terbakar menghantui isi pikirannya. Tapi Aifa menepisnya. Saat ini ia mulai fokus dengan rutinitasnya.
Dibelakang Aifa ada salah satu bodyguard atau bisa di bilang pengawal pribadi Aifa yang mengikutinya kemanapun ia pergi bahkan memastikan Princess Hamilton itu sampai ditempat tujuan dengan selamat.
Seorang bodyguard yang menjadi kepercayaan Fandi bernama Laurent. Wanita berusia 30 tahun lebih muda dari Aifa dan berkebangsaan Inggris. Laurent memutuskan mengabdi pada keluarga besar Hamilton setelah bertemu Ayesha beberapa tahun silam di kota London dan mengikutinya hingga ke Indonesia.
Mobil sport berwarna ungu itu memasuki bassement F'A group. Sebuah perusahaan ternama di bidang otomotif, alat berat serta agribisnis yang menjadi tempat Aifa bekerja selama 5 tahun ini.
"Kak Laurent. Katakan pada Daddy, Aifa sudah sampai di kantor ya. Aifa masuk dulu."
"Baik Nona muda." Aifa meninggalkan Laurent yang ia anggap kakak sejak dulu meskipun usianya lebih muda darinya. Aifa mengecek jam di pergelangan tangannya. Masih ada waktu 8 menit untuk segera absen masuk kerja di lantai atas.
Aifa memasuki lift hingga beberapa pekerja pria dan wanita menyapanya dengan ramah bila bertemu dengan Aifa, sosok wanita yang merupakan putri mantan presdir ternama di HM Corporation dimasalalu bernama Fandi Hamilton.
"Selamat pagi Mbak Aifa."
"Pagi."
"Apa kabar Mbak?"
Aifa tersenyum manis. "Alhamdulillah Aifa baik. Kalian sehat kan?"
"Sehat Mbak."
"Alhamdulillah sehat."
"Apakah kalian ada mendengar kabar Tuan Rex pulang ke Indonesia?" tanya Aifa santai. Raut wajah ceria dan senyum yang diperlihatkan oleh beberapa pekerja pria dan wanita tadi seketika meredup secara perlahan. Aifa masih memasang raut manis. Ia tidak memperdulikan ketika saat ini suasana mendadak canggung.
"Aifa tahu kok ini pertanyaaan Aifa yang sudah tak terhitung lagi sejak dulu. Tapi Aifa cuma ingin tahu saja. Siapa tahu kalian ada yang mengetahui kabar Tuan Rex."
Salah satu pekerja wanita yang memaklumi betapa cintanya Aifa pada Rex pun tersenyum sopan.
"Maaf Mbak. Saya ataupun lainnya tidak ada mendapat kabar apapun dari Tuan Rex."
"Iya Mbak betul."
"Betul itu Mbak."
"Coba sabar Mbak. Atau Mbak bisa tanyakan hal ini sama adik tirinya."
"Aifa sudah tanya kok." lontar Aifa lagi. "Tapi dia juga tidak tahu."
Ting! Pintu lift terbuka. Satu per satu para pekerja yang tidak berkomunikasi dengan Aifa pun akhirnya keluar dari kotak besi itu lalu mulai memasuki ruangan kerja dan kubikel masing-masing sesuai posisi mereka.
"Mbak Aifa yang sabar ya. Ada saatnya kok Mbak akan ketemu Tuan Rex."
"Begitu ya? Aamiin. Semoga saja." Aifa kembali ceria. "Kalau begitu Aifa masuk ruangan dulu ya. Jangan lupa siang ini kita ada rapat! Asalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Wa'alaikumussalam Mbak." Sepeninggalan Aifa, dua orang pekerja pria dan wanita itu hanya menggelengkan kepalanya. Mereka memaklumi seorang Aifa yang begitu menanti dan mencintai Rex sejak dulu dibalik sabar dan cerianya.
"Saya salut sama Aifa Pak."
"Iya Mbak. Sama saya juga. Cintanya hanya untuk Rex. Padahal setiap hari banyak OB yang mengantarkan bingkisan dari para pria yang ngefans sama dia ya."
"Ya begitulah Pak. Kalau sudah cinta ya susah. Tidak akan berpaling.
Aifa menatap layar laptopnya. Pikirannya tiba-tiba tidak fokus ketika saat ini ia merindukan Rex. Pekerjaannya sebagai administrasi keuangan F'A Group membuat Aifa begitu menyukai hal-hal yang berhubungan dengan hitung menghitung uang.
Aifa menatap beberapa buket bunga mawar di samping meja kerjanya. Aifa menatap beberapa buket bunga dari para pria yang mengejarnya selama 4 tahun. Ntah itu dari si A, si B, si C atau lainnya. Aifa tidak pernah mencari tahu. Selama ini Aifa memilih mencari tahu tentang Rex nya. Bukan pria lain.
"Untuk Aifa. Semoga harimu menyenangkan."
*Aku persembahkan bunga mawar cantik ini untuk seorang wanita yang kecantikannya mengalahkan bunga mawar. Miss you*
*Miss You Nona Aifa Sayang.*
*Semoga suka. Aku akan sabar menunggu cintamu.*
Aifa hanya menghela napas membaca isi kartu dari buket-buket mawar kesukaannya. Berharap diantaranya ada yang berasal dari Rex. Deringan telepon kantor yang berada diruangannya membuat Aifa tersentak ke kedunia nyata lalu segera menerima panggilan tersebut.
"Halo?"
"Mbak Aifa. Saya minta tolong ya laporan keuangan perusahaan. Pak Fayezza ingin melihatnya." Suara panggilan yang berasal dari sekretaris pribadi Fay terdengar. Aifa tahu itu adalah sebuah perintah yang penting.
"Oke. Aifa kesana sekarang."
"Baik saya tunggu." Aifa menutup panggilan teleponnya lalu segera menuju lantai teratas gedung perusahaan F'A Group. Sesampainya disana, Aifa tidak melihat adanya sosok sekertaris ditempatnya.
Aifa ingin meletakan laporan tersebut diatas meja tapi hatinya meragu. Ini adalah laporan penting. Aifa tidak ingin teledor. Aifa pun berinisiatif mengatarkannya langsung keruangan Fay. Aifa sudah memegang kenop pintu ketika samar-samar suara Fay terdengar.
"Jadi kamu tidak berniat ke Indonesia lagi?"
"Dia terus menanyakanmu."
"Ntahlah."
"Aku tidak yakin. Tapi kamulah yang benar-benar di tunggunya Rex."
Aifa terkejut. Ia syok. Apakah saat ini atasannya sedang berbicara bersama Rex? Harusnkah ia menerobos masuk lalu merampas ponsel atasannya? Ah tentu saja itu tidak sopan!
Tubuh Aifa gemetar. Ia gelisah. Keinginan untuk menyerahkan laporan keuangannya itu gagal dan kini tergantikan dengan menajamkan pendengarannya di balik celah pintu yang sedikit terbuka tanpa Fay sadari karena pria itu memilih memunggungi pintu masuknya.
"Jadi apa yang ingin kamu lakukan saat ini Rex?"
"Iya aku tahu."
"Aku akan mengabari Aulia untuk ke Jerman mendatangimu. Tentunya bersamaku."
"Aku akan mengusahakannya."
"Ah baik-baik. Setelah semua pekerjaan disini selesai. Aku akan menemani istriku bertemu dengan dirimu sebagai kakak sepupu yang di rindukannya."
"Mbak Aifa?" Aifa terkejut. Ia berbalik dan mendapati sekertaris pribadi Fay bernama Pak Alvin berdiri dibelakangnya.
"I-iya. Em ah ini.. " Aifa menyerahkan laporan keuangannya. "Sejak tadi Aifa menunggu Pak Alvin. Aifa cariin tidak ada. Niatnya mau kasih laporan ini sama Pak Fay. Berhubung Pak Alvin sudah ada, saya kasih laporan ini ke Bapak saja ya!"
Ntah apa lagi yang harus Aifa pikiran, saat ini juga Aifa berbasa-basi lalu menyembunyikan raut wajahnya yang masih syok ketika mengetahui bahwa pria pujaannya berada di Jerman.
Setelah itu, Aifa memilih meninggalkan lokasi. Berjalan cepat menuju lift dan merencanakannya niatnya yaitu merengek pada sang Daddy. Tentu saja rengekan itu tanpa bisa di bantah. Aifa ingin ke negara Jerman dalam waktu dekat ini. Menemui sang kupu-kupu tercinta dengan berbagai macam alasan yang harus ia persiapkan untuk Daddynya agar di izinkan.
Nah loh, apakah Aifa berhasil ketika niatnya ingin ke Jerman setelah ini? Kita doakan saja. Karena Aifa sedang mengejar sang hilal yang ia cinta sejak dulu
Makasih sudah baca. Makasih masih setia mengikuti semua cerita fiksi yang author torehkan.
Sehat selalu buat kalian.
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii