"Mau kemana?"
"Mau jalan Daddy. Kan Aifa pengangguran. Pengangguran mah bebas."
Fandi mengerutkan dahinya. Putrinya itu sudah rapi dan cantik. Memakai gamis berwarna dusty pink dan Khimar coklat. Bersiap untuk keluar rumah.
"Sama siapa?"
"Sama Angel Dad."
"Maksud kamu Aulia?"
"Ah iya. Aifa lupa. Aulia."
Fandi menyeruput secangkir teh hangat. Salah satu tangannya memegang Machbook sambil memantau kinerja HM Corporation.
"Kemana?"
"Ngemall Daddy ngemall."
"Yakin sama Aulia? Gak ada pria atau ketemuan sama Pria lain?"
Aifa memutar kedua bola nya dengan jengah. Ia memilih duduk dihadapan daddynya.
"Ya ada lah dad."
Fandi menatap tajam putrinya. "Kalau gitu batalkan saja."
"Tidak mau." Aifa protes. "Tapi emang iya kan dad? Memangnya saat di mall nanti Aifa gak ketemu sama banyak pria? Memangnya seisi mall hanya wanita saja? Memangnya saat Aifa membayar semua belanjaan Aifa gak ketemu sama pria juga? Siapa tahu kasirnya nanti pria? Atau bencong."
Fandi mengusap dagunya. "Iya ya? Bener juga. Yasudah kalau gitu Laurent akan mengikuti kalian."
"Terserah Dad terserah."
Aifa menyenderkan dirinya di sofa. Memejamkan kedua matanya sejenak sambil menunggu Aulia dalam perjalanan menjemputnya. Mengetahui hal itu Fandi kembali menegurnya.
"Lah katanya mau jalan? Kenapa masih disini."
"Aifa lagi menunggu Angel. Katanya Angel yang menjemput Aifa."
"Aulia."
"Oh iya lupa."
"Itu wajah kenapa jadi muram?" tanya Fandi lagi. "Dimana-mana kalau orang mau ngemall biasanya semangat. Emas batangan, ATM dan Uang tunai masih ada kan? Jatah kamu loh itu dalam sebulan."
"Masih Daddy. Masih. Tenang saja. Aifa lagi memikirkan sesuatu."
"Apa?"
"Sekarang Rex lagi apa? Sudah makan? Sudah sholat? Lagi sehat atau gak? Sudah mandi atau belum. Lagi chating sama siapa aja. Lagi telponan sama siapa aja. Lagi ada suka sama wanita lain atau gak."
"Kalau begitu lupakan saja."
Aifa menatap daddynya dengan kesal. Sementara Fandi hanya bersikap santai sejak tadi.
"Ya gak bisa dad. Kapan sih Daddy nikahin Aifa dengan Rex? Aifa takut kalau Rex sold out sama wanita lain."
"Kalau dia serius dia segera datangin daddy dan lamar kamu. Sudah hampir 5 tahun dan dia tidak nampak kesini hanya untuk meminangmu."
"Tapi kan-" Aifa memilih berdiri. Memasang raut wajah sewot. "Kalau gitu Aifa nikah duluan aja."
"Eh kok gitu."
Tiba-tiba suara Ayesha terdengar. Ibu paruh baya yang masih cantik itu kini membawa setoples cemilan lalu duduk di samping suaminya.
"Loh benar kan mom?" Aifa tersenyum santai. "Kalau Aifa menikah saat ini juga, Aifa bisa kok. Meskipun Daddy ayah kandung Aifa. Tapi tetap aja keputusannya cuma seorang wali nikah aja yang bisa menjadi saksi nikah Aifa sama Rex."
"Biar bagaimanapun kamu tetap butuh restu dari Daddy." sela Fandi.
"Tapi kalau nikah Daddy gak bisa jadi walinya kan?" Aifa tersenyum kemenangan. "Kata Om Farhan.. mommy dulu hamil Aifa di luar nikah. Setelah Aifa lahir dan usia beberapa bulan baru Daddy nikahin mommy."
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ ، وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ
"Anak itu dinasabkan kepada suami yang sah sedangkan laki-laki yang berzina itu tidak dapat apa-apa." (HR Bukhari no 6760 dan Muslim no 1457 dari Aisyah).
Fandi dan Ayesha terdiam seribu bahasa. Aifa benar. Semuanya benar. Aifa lahir dari hasil perzinaan dimasalalu ketika sebuah kekhilafan terjadi diantara dirinya dan Ayesha
Aifa tidak di nasabkan kepada dirinya meskipun ia adalah ayah biologisnya. Fandi tidak bisa berkata apapun selain teringat sebuah perkataan Nabi bahwa laki-laki yang berzina tidak memiliki hak apa-apa pun terhadap hak nasab, perwalian dalam nikah, mewarisi, kemahraman ataupun kewajiban memberikan nafkah kepada anak, semuanya tidaklah dimiliki oleh bapak biologis dan tidak diperbolehkan menikahi anak hasil zinanya menurut pendapat mayoritas ulama dan inilah pendapat yang benar.
Ayesha juga terdiam. Ia hanya menyenderkan tubuhnya karena teringat masalalunya dengan Fandi. Fandi memang tidak berhak menikahi anak perempuan hasil zinanya. Bahkan anak perempuan tersebut tidaklah memiliki wali untuk pernikahannya sehingga berlakulah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
فَالسُّلْطَانُ وَلِىُّ مَنْ لاَ وَلِىَّ لَهُ
"Penguasa adalah wali nikah bagi perempuan yang tidak memiliki wali nikah." (HR Abu Daud no 2083 dan dinilai shahih oleh al Albani).
Dasarnya Fandi menutupi rasa gengsi dan bersalahnya. Ia menatap Aifa dengan santai.
"Tetap saja kamu tidak boleh nikah nak. Masak aja belum bisa."
"Aifa akan belajar masak! Sekarang juga mau ke mall dan ketoko buku beli buku resep masakan."
Aifa kembali memasang raut wajah smirknya. "Sudahlah Daddy.. intinya kalau Aifa mau menikah juga tetap bisa kan? Aifa hanya butuh wali nikah sebagai saksi sold outnya masa lajang Aifa dengan Rex."
Fandi menatap tajam putrinya. Fandi hendak melayangkan berbagai macam omelan namun semuanya tertunda begitu Aifa lagi-lagi membuatnya terbungkam bersama sang istri.
"Kenapa dad?" Aifa tertawa geli. "Daddy mau marah?"
"Aifa!-"
"Siapa suruh Daddy nyoblos mommy duluan sebelum hari H. Di Korea lagi."
Sekarang Fandi sama Ayesha nyesel kenapa dulu pernah khilaf dan pacaran sampai kebobolan
Makanya dia begitu overprotektif sama Aifa
Btw
Sebenarnya malam tadi mau udpate. Tapi ketiduran. Maaf ya hhe
Selamat berlibur hari Minggu.
Sehat selalu buat kalian.
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii