Kompromi

924 Words
Luna Menatap sahabatnya itu dengan gamang. Arya balik mengawasinya. Ekspresi pria itu memang selalu datar. Luna tak bisa menebak apa yang ada dipikirkannya. "Kamu ngomong apa sih? Nikah itu bukan mainan!" "Emang kamu pikir aku lagi main-main? Aku ini serius. Ayo kita nikah." Netra Luna terbelalak. "Kamu kelamaan jomblo jadi sinting ya?" ejeknya. "Anggap saja begitu," ucapnya enteng sembari mengangkat bahu. "Aku cuman capek sama omelan ibuku. Kayaknya kalau aku nikah, dia enggak bakal komentar lagi. Aku bisa bebas, hidup sesukaku," kata lelaki itu sembari menyuapkan kuah soto ke dalam mulutnya. "Setelah nikah nanti, kita bisa keluar dari rumah. Orang tua kita nggak bakal tahu. Anggap aja kita cuman temen yang tinggal satu kontrakan. Kamu bisa bebas begadang dan bangun siang. Aku bisa main game seharian tanpa gangguan. Gimana? Apa kamu nggak tertarik?" Luna berpikir sejenak. Tawaran Arya itu sepertinya menarik juga. Dia bisa menyenangkan hati mamanya yang cemas sejak dia terlalu lama menjomblo. Dia juga tidak perlu pusing memikirkan gosip dari tetangga yang menganggapnya perawan tua. "Kenapa aku?" tanya Luna. "Kenapa kamu nggak nikah beneran aja? Kenapa malah ngajakin aku nikah bohongan? Dan kenapa harus aku?" "Cewek yang ada di sekitarku cuman kamu sih," akunya. "Dan cuman kamu yang peluangnya 80% bakal setuju." Luna melirik sahabatnya itu dengan geram. Entah kenapa dia jadi agak kesal. "Jadi cuman gara-gara aku ini cewek? Terus apa maksudmu aku 80% bakal setuju!" "Ya kalau kamu cowok, masak aku ngajakin kamu nikah. Ibuku bisa pingsan nanti," ucap Arya santai. Dia mengambil segelas air dan meneguknya. "Sebenarnya aku juga pengen nikah beneran, tapi sampai umur segini juga belum ketemu yang pas, sementara aku sudah bosen dengar omongan ibuku. Jadi kupikir kenapa aku nggak pura-pura aja dulu, sambil nunggu jodohku yang beneran datang." Cowok itu menoleh pada Luna dan memandangnya dengan intens. "Jadi gimana? Kamu mau nggak?" Luna termenung. Nikah itu memang sepertinya solusi yang paling tepat untuk meloloskan diri dari orang tuanya. Namun dia tak pernah berpikir akan berpura-pura saja. Akan tetapi, tawaran Arya terdengar cukup menarik. Seenggaknya dia bisa menghindari omelan mamanya untuk sementara waktu. "Aku pikir-pikir dulu," lirih Luna akhirnya. "Jangan kelamaan mikirnya," kata Arya. "Aku tunggu sampai besok, kalau nggak mau, aku bisa segera cari yang lain." "Besok?" Luna membelalak kaget. "Emangnya kamu mau nikah kapan?" "Secepatnya, kalau bisa bulan depan." "Bulan depan?!" Arya tak menjawab hanya meneguk air mineral sampai habis lalu bangkit. "Ayo kita keliling lagi, sudah diundang ke sini mubazir kalau nggak makan sepuasnya," ucap cowok oportunis itu. "Kamu juga tadi belum salaman sama Lala dan suaminya, kan?" Luna mendesah. Dia mengikuti berdiri dan mengikuti Arya meletakkan piring kotor dan gelas pada tempatnya. Mereka menuju stan makanan lainnya. Kini yang mereka incar stan bakso. "Eh, lihat arah jam dua belas deh." Terdengar suara bisikan seorang cewek tepat di belakang Luna. Dia melirik dua wanita dengan dress cantik dengan bahu terbuka itu. "Yang pakai kacamata itu ya? Lumayan juga," angguk cewek di sebelahnya. Luna memandang punggung Arya yang berdiri di depannya. Luna sepakat dengan dua cewek itu. Arya memang good looking. Prestasi kerjanya juga bagus. Sebagai pacar terlebih suami, dia patut untuk disombongkan. Dengan wajah dan penghasilan segitu bukannya mudah bagi dia buat mencari calon istri? Kenapa dia malah mau menikah pura-pura dengan dirinya yang notabene pengangguran ini? Entah mengapa tindakan Arya ini rasanya mencurigakan. Namun di sisi lain Luna cukup tertarik. Mereka sudah saling kenal sejak kecil dan hampir nggak pernah bertengkar. Mungkin mereka bisa hidup bersama tanpa saling mengusik. "Anggap aja kita cuman temen yang tinggal satu kontrakan." Itu gagasan yang bagus. Dia bisa menonton anime sepuasnya. Dia bisa begadang demi pekerjaannya dan bangun siang tanpa perlu mendengar omelan dari sang mama. Dia bisa bebas! Dan dia tak perlu mendengar lagi bisik-bisik tetangga dan juga pertanyaan laknat kapan nikah. Setelah menghabiskan dua puluh lima tusuk sate, Luna dan Arya menyantap batagor dan somay, lalu rujak cingur, bakso dan terakhir kudapan es krim. Duo itu memang selalu kompak dalam urusan makan. Dengan perut yang penuh, Luna menunjuk pelaminan. "Kita salaman dulu sama mantennya yuk sebelum lanjut ronde dua," ucap Luna. Dia tidak enak hati karena sudah menghabiskan hidangan tapi malah belum mengucapkan selamat pada sang pengantin. Arya mengangguk saja. Mereka lalu mengantri bersama undangan lain untuk bisa bersalaman dengan mempelai. Antrian yang begitu panjang inilah yang membuat mereka memutuskan untuk makan lebih dulu. Sedikit demi sedikit akhirnya mereka sampai juga di depan Lala dan suaminya. Luna ternganga melihat suami Lala yang masih begitu muda dan tampan. Mirip banget sama artis Korea kesukaan Lala itu, Jungkook. Katanya dia lebih mudah tujuh tahun dari Lala. Mana artis lagi. Lala menang banyak. "La, selamat ya," ucap Luna sembari tersenyum. Lala, sahabatnya semasa kampus itu menyunggingkan senyuman ketika melihat Luna dan Arya. "Kalian datang juga, makasih ya, semoga segera menyusul." Luna tergelak. "Kamu ngomong apa sih, aku sama Arya tuh cuma temen," terangnya. Sementara Arya hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Pengantin dengan gaun putih itu tersenyum manis. "Persahabatan antara cowok dan cewek itu nggak ada," kekehnya. "Pokoknya aku doakan kalian berdua segera menyusul." Luna bisa berkomentar apa-apa lagi. Terlebih undangan di belakang mereka sudah mengusir, jadi dia tak bisa mengobrol dengan Lala lebih lama. Ketika mereka turun. Dari pelaminan, Luna melihat pasangan suami istri yang sempat dihindarinya tadi berdiri di sana. Audy dan Dika. Dua orang itu tersenyum manis ketika melihatnya. Secara refleks, Luna menggandeng tangan Arya. Arya tertegun. Dia melirik Luna serta pasangan suami-istri itu bergantian. "Gandeng tanganku kayak gini, apa artinya kamu mau nikah sama aku?" tegur cowok bermata empat itu. "Aku masih mikir." Luna menolak untuk menjawab. Maka Arya tak bertanya lagi. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD