“Serem banget ya?” kata Kemala.
“Iya aneh-aneh saja ya cerita kita di sini ini," jawab Kayshilla mereka sedang istirahat berdua di ruangannya Kemala.
“Eh aku belum terima kasih sama kamu. Waktu itu sudah nahan bayinya Keenan,” ucap Kayshilla tulus.
“Nggak perlu kamu minta tahan, memang dia harus ditahan sih. Memang kan paru-parunya belum siap, jadi memang bukan karena kamu kok. Memang beneran belum siap dan kalau nggak salah ada klep jantung yang aku lapor kurang beres. Surat test DNA yang kamu minta sudah keluar duluan, baru itu bayi siap. Jadi bukan karena aku juga kok. Santai saja,” kata Kemala.
“Waktu itu aku tahan soal klep jantung, tapi almarhum mertuamu ngotot, ingin segera pamer cucunya yang lahir dari menantunya yang subur. Tidak seperti menantu resminya. Dia tak malu mengumumkan bahwa Ahilya menantu yang dia pilih, bukan seperti dirimu yang pilihan Keenan.”
“Kalau enggak aku tahan, papi akan ngcak-ngacak keluarga Otto, mendengar aku dihina seperti itu, tapi aku bilang biar aku yang balas dendam. Jadi papi dan mamiku diam. Mereka ada lho saat aqiqah, karena aku bilang akan bongkar di sana.”
“Papi dan mamiku ingin lihat bagaimana pembalasanku,” jelas Kayshilla.
Mereka melepas sneli dan touch up karena akan keluar ruangan.
“Aku cuma kasihan saja sama pamanku itu.”
“Pamanmu yang mana?” tanya Kayshilla.
“Yang barusan itu. Yang istrinya meninggal itu. Sebenarnya aku harus panggil dia PAMAN, dia masih termasuk paman aku jauh. Aku harus memanggil Paman Badai, tapi karena selisih usia kami nggak terlalu jauh, aku dan kakakku memanggil dia ABANG,” jelas Kemala.
“Jadi kamu masih punya hubungan kekerabatan dengan pak Badai tadi itu? Wah dia sih Badai tornado itu mah,” guyon Kayshilla.
“Iya, kasihan dia. Dia itu anak tunggal. Sebenarnya nggak tunggal juga sih, aku bingung, tapi dia tunggal lah. Pokoknya dia anak tunggal, terus mamanya mengharuskan dia terima Pavita yaitu anak sahabat mamanya karena dari SMP Pavita itu naksir Badai. Saat itu Badai menjemput mamanya di rumah Pavita. Sejak itu Pavita bercerita pada siapa pun kalau dia akan jadi istrinya Badai.”
“Akhirnya entah ancamannya apa waktu itu. Aku lupa. Yang aku tahu paman Badai itu diancam agar menikah dengan Pavita, lalu hadiah pernikahan mereka, dia dikasih perusahaan mertuanya untuk paman Badai kelola. Begitu kalau nggak salah.”
“Tapi paman Badai nggak pernah peduli dengan harta istrinya itu. Paman Badai itu nggak pernah peduli sama perusahaan istrinya, dia tetap kuliah di arsitektur dan dia tetap buka usaha untuk dirinya sendiri, yaitu yang di developer.
“Yang ditekuni ya developernya dia itu saja. Kalau perusahaannya sih kayaknya nggak pernah deh. Paling datang kalau diminta datang atau ada rapat misalnya.”
“Wah kalau yang developer aku tahu, karena aku ternyata ketemu dia itu pertama kali di developernya. Pagi itu aku dipanggil Pavita dan diperkenalkan dengan suaminya. Baru aku tahu suami Pavita itu. Begitu awal kenal sama pak Badai. Dia ga gubris istrinya sama sekali walau di depan umum loh.”
“Iya Pavita itu cemburuan. Jadi ke mana pun Badai pergi dia pasti ikut karena dia pikir Badai pasti punya kekasih lain buktinya nggak mau sama dia, nggak peduli sama dia, begitu kalau versinya Pavita.”
“Padahal enggak juga yang aku tahu sih Paman Badai itu belum pernah jatuh cinta pada siapa pun. Sampai dia menikah pun dia belum pernah jatuh cinta. Itu yang aku tahu dari sahabat-sahabatnya.”
“Kebetulan kan salah satu sahabatnya itu mantan aku dulu. Jadi aku tahu banyaklah dari komunitas sahabatnya bagaimana sebenarnya abangku itu.”
“Maksudmu si Gerhana itu? Mantanmu kan cuma dia,” ujar Kayshilla.
“Ya, aku tahu dari Gerhana. Walau sampai menikah Badai itu nggak pernah jatuh cinta pada siapa pun. Bahkan kata Gerhana, Badai sering curhat karena jijik dan marah, Pavita itu sering mancing-mancing sampai naked. Badai nggak peduli, akhirnya karena kesal Pavita lapor sama ibunya, ibunya negor ke orang tua Badai. Itu yang aku dengar ceritanya saja serem bangeeet,” ucap Kemala.
“Kenapa serem?” tanya Kayshilla ingin tahu.
“Pavita diperk0sa sama Badai, abang aku dia benar-benar marah karena dilaporin ke orang tuanya, jadi anak yang baru Pavita lahirkan itu anak hasil perk0saan. Badai benar-benar jijik sama Pavita entah kenapa.”
“Pavita diperk0sa sampai hamil, lalu habis hamil ditinggalin. Nggak pernah disentuh lagi, nah di situ Pavita mulai gila lagi. Ke mana pun Badai pergi selalu diikutin. Walau kerja ya kayak begitu. Dia nggak naik mobilnya Badai, itu mereka bersama tapi nggak satu mobil sama Badai. Dia ngikutin diantar sopirnya,” jelas Kemala.
“Astagfirullaaaaaaaah, itu mah cinta keblinger namanya. Bukan obsesi atau apa ya, itu mah keblinger si Pavita-nya.”
“Ya seperti itulah. Makanya secantik apa pun orang juga jijik kalau kelakuannya kayak begitu. Terlalu mengemis. Kan orang juga jijik.”
“Siapa yang mau begitu loh? Jadi Badainya memang nggak nafsu sama sekali.”
“Makanya tadi kan dia bilang kan nggak mau menentukan apa pun, karena dia bodo amat Pavita mati, mau anaknya mati bukan urusan dia, begitu loh kasarannya. Ya maksud aku dia enggak peduli karena itu. Pavita bukan istrinya sama sekali.”
“Iya sih,” kata Kayshilla. Dia sungguh tak menyangka kehidupan yang sangat beragam. Bahkan orang yang dikejar cintanya sampai sedemikian rupa malah menghindar.
“Terus kalau kamu kenapa sih, aku penasaran loh. Kamu sama Keenan kan bener-bener yang cinta mati. Koq tetiba kamu telepon seperti itu,” Kemala memang belum pernah bicara lagi sejak kelahiran anal Ahilya.
“Keenan itu diancam sama mamanya. Pokoknya mamanya mau bunuh diri kalau Keenan nggak menikah sama Ahilya. Kata Keenan sih waktu itu Ahilya masih virgin.”
“Waktu Ahilya diberi rumah tinggal kecil, dia minta sopirnya tetap ikut di rumah mereka. Keenan ya bodo amat, orang dia nggak pernah menginap kok. Nggak pernah menginap sekali pun. Dia perawanin siang-siang lalu balik ke kantor, dia bilang saat melakukannya dia merem dan ngebayangin aku. entah benar entah tidak kita kan enggak tahu kebenerannya. Pokoknya versi Keenan seperti itu.”
“Habis itu Keenan bilang berapa kali dia kerjain sudah hamil. Dia lalu nggak pernah datang lagi. Jadi memang dia juga enggak pernah nengok, sama seperti Badai.”
“Bedanya apa ya? Mungkin Badai satu rumah sementara Keenan enggak. Walau mereka sama-sama dipaksa orang tua.”