Part 4 | Don’t Break Your Limits

1968 Words
Tepat setelah Kern pergi ke kantor, Jeslyn juga siap ke rumah sakit untuk mengambil mobilnya karena semalam Kern menyeretnya ke rumah pria itu, dia juga ingin menjenguk Rhea, berharap tidak ada siapa pun di sana karena ini termasuk jam kerja.   “Christy, aku harus pergi sebentar. Aku memiliki florist dan harus ke sana hari ini.”   “Tentu. Kau membuatku semakin yakin jika kau dan Kern memiliki sesuatu, Je.” Christy tersenyum penuh arti sedang Jeslyn hanya meringis, lalu kembali ke kamarnya. Dia juga harus pulang ke rumah untuk mengambil beberapa pakaiannya dan sebagian barang-barang pribadinya.   Taksi yang membawa Jeslyn berhenti tepat di depan lobi rumah sakit, dengan langkah penuh doa Jeslyn menuju ruang rawat Rhea, berharap tidak ada siapa pun di sana karena dirinya benar-benar ingin berbicara dengan Rhea walau ia tau Rhea tidak akan meresponnya.   “Mommy,” lirih Jeslyn dengan raut berkaca-kaca, wanita itu dengan langkah beratnya menghampiri Rhea yang tak berdaya di ranjang pesakitan itu, duduk di sisi ranjang dan mengecup punggung tangan Rhea dengan berlinang air mata. “Maafkan aku, andai Mommy tidak mengenalku, mungkin Mommy akan baik-baik saja saat ini. Tidak perlu merasakan kesakitan karena hal ini.” Jeslyn mengusap lembut punggung tangan Rhea yang terasa dingin, senyum wanita itu terbalut luka menatap wanita yang selalu menjadi sumber kekuatannya.   “Mommy tau? Kini aku adalah istri Kern. Aku, aku benar-benar tidak menyangka hal seperti ini terjadi. Dulu saat aku begitu antusias menceritakan tentang Kern pada Mommy, Mommy selalu terlihat biasa saja dan seolah tidak mengenal Kern. Lalu saat aku mulai mencari tau semua tentang Kern dan mendapati fakta jika dia adalah anak dari musuh besar ayahku, aku benar-benar takut. Apalagi saat mengetahui jika selama ini ternyata Mommy adalah Mommy dari pria yang kucintai. Namun, Tuhan kadang menyiapkan kejutan untuk kita, seperti yang kualami saat ini. Sesuatu yang kupikir mustahil, terjadi dengan begitu mudah. Kern yang kucintai dalam diam kini menjadi suamiku. Tuhan seolah mengabulkan semua doaku dan mewujudkan semua keputus asaanku menjadi kenyataan.” Jeslyn mengusap air matanya, menatap Rhea dengan senyum sendunya.   “Tapi Mommy. Aku benar-benar tidak tau apa yang terjadi denganmu dan calon istri Kern. Kenapa kalian berada di mobil yang sama? Kenapa Daddy-ku mengancamku dan menculikmu hingga memaksaku menikah dengan Kern untuk keserakahannya? Apa kau mengetahui sesuatu Mommy? Apa Daddy-ku yang melakukan semua ini? Maafkan aku, bahkan sejak awal aku hanya bisa bergantung padamu.” Jeslyn kembali menenggelamkan wajahnya di ranjang Rhea, berusaha meredam isak tangisnya saat mengingat semua kenangannya bersama Rhea.   “Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sekarang Mommy, Kern sangat membenciku karena dari awal aku datang dan memaksanya untuk menikahiku. Kini dia benar-benar menakutkan dan sangat membenciku. Haruskah aku bertahan Mommy? Aku harus bertahan sampai akhir untuk melindungimu kan Mommy? Aku harus mengulur waktu agar Daddy Arche bisa mencari bukti-bukti kejahatan Daddy-ku, aku juga harus mengulur waktu dan bertahan dengan pernikahan ini untuk mengikuti permainan Daddy-ku kan, Mommy? Bisakah kau bangun dan memberiku sebuah nasihat seperti biasanya? Aku hilang arah, benar-benar membutuhkanmu di sini. Semuanya terasa gelap dan aku tidak memiliki pegangan.” Jeslyn menatap Rhea dengan berlinang air mata, mengingat hidupnya ke depan yang akan penuh dengan luka membuatnya takut tidak bisa bertahan. Dia harus menerima kekejaman Kern juga ayahnya karena misi mereka. Kern yang akan melukainya karena kemurkaan pria itu, Daddy-nya yang akan terus menekannya dan menyakitinya hingga ia berhasil dengan misinya mengambil seluruh harta Kern.   Pintu yang terbuka membuat Jeslyn tersentak, wanita itu melihat Kern yang berdiri di sana dengan tatapan nyalangnya, dengan langkah lebarnya Kern menghampiri Jeslyn dan langsung menarik kasar wanita itu tanpa kata, membuat Jeslyn meringis menahan sakit dan terseok-seok mengikuti langkah lebar Kern.   Kern kembali membawa Jeslyn menuju tangga darurat, menghempaskan tubuh wanita itu dengan kuat ke dinding hingga membuat Jeslyn kembali meringis, entah sudah berapa kali sejak kemarin pria itu selalu mendorongnya dengan kuat. Punggungnya terasa nyeri sejak kemarin. Tonjokan yang cukup kuat tepat di sisi kiri kepalanya membuat tubuh Jeslyn bergetar, wanita itu sudah menutup mata, merasakan wajah Kern begitu dekat dengan wajahnya bahkan ia bisa merasakan hembusan napas pria itu yang beraroma mint.   “Berani kau mengunjungi Mommy-ku setelah semua peringatan yang kuberikan, Jeslyn?! Setelah melakukan penculikan untuk bisa menikah denganku apa sekarang kau akan membunuhnya? Kau pikir aku akan membiarkan hal itu terjadi? Aku akan membunuhmu terlebih dahulu jika kau berani mendekati Mommy-ku. Aku tidak akan berpikir dua kali untuk membunuhmu. Ingat. Hal. Ini. Jeslyn.” Kern mencengkram rahang Jeslyn kuat-kuat, membuat wanita itu kembali meringis dan membuka matanya menatap Kern dengan berkaca-kaca. Susah payah Jeslyn menggelengkan kepalanya. Namun, Kern masih memberikan tatapan nyalangnya.   “Jangan pernah datang ke rumah sakit lagi atau kau akan menerima akibatnya. Aku bisa saja melukaimu tanpa ampun jika kau mencoba menentangku.” Kern berbisik di telinga Jeslyn dengan nada begitu rendah dan terdengar mematikan, membuat Jeslyn lagi-lagi kembali merasakan ketakutan itu.   “Tidak Kern, kau ... kau salah paham. Aku tidak pernah ada niat membunuh Mommy Rhea. Aku, aku hanya ingin menjenguknya.” Susah payah Jeslyn mengatakannya, sedang Kern yang melihat itu hanya mendecih dan menatap sinis pada Jeslyn.   “Mommy Rhea? Sejak kapan dan siapa yang mengijinkanmu memanggil Mommy-ku dengan panggilan seperti itu? Kau terlalu hina untuk memanggil Mommy-ku dengan panggilan seperti itu. Kau tidak lebih dari seorang pembunuh yang membuat calon istriku meninggal dan Mommy-ku koma. Jangan pernah memanggilnya Mommy lagi, karena Mommy-ku tidak akan pernah sudi mendengar panggilan itu dari mulut kotormu. Anak seorang Wallice yang sangat licik. Tentu kau memiliki alasan memaksaku menikah denganmu kan? Katakan Jeslyn. Apa alasanmu menikah denganku? Apa alasanmu membunuh Audrey-ku dan membuat Mommy-ku celaka. Kau bekerja sama dengan Daddy-mu yang b******k itu kan?” Kern kembali mengeratkan cengkramannya pada Jeslyn membuat Jeslyn lagi-lagi meringis, benar-benar tidak memiliki jawaban untuk semua pertanyaan Kern. Bukan tidak memiliki jawaban, hanya saja ia takut jawabannya justru akan membuat Kern benar-benar membunuhnya.   “Maafkan aku, Kern.” Ujar Jeslyn dengan lirih, menutup matanya dengan perasaan sesak yang semakin menjadi karena teringat dengan semua hal yang membuat dirinya dan Kern kini saling terikat. Sedang Kern yang mendengar jawaban Jeslyn kembali mendecih dan tertawa sinis.   “Di mana Jeslyn yang begitu berani mengancamku kemarin dengan menunjukkan video b******k itu? Di mana Jeslyn Wallice yang dengan sombong dan beraninya memaksaku untuk menikah dengannya? Kau sedang bermain drama denganku? Menjadi lemah dan tidak berdaya? Jangan harap aku akan simpati, b******k. Kau hanyalah sampah yang akan aku musnahkan setelah aku puas bermain-main dan menghancurkanmu berkali-kali hingga sampah itu benar-benar hancur.” Tepat setelah itu Kern melepaskan cengkramannya pada Jeslyn, menatap nyalang wanita itu dan sekali lagi memukul dinding tepat di sisi kiri kepala Jeslyn, membuat Jeslyn reflek menutup matanya. “Jangan pernah melanggar batasanmu atau aku akan membunuhmu dengan cepat, menyakitkan dan tanpa ampun, Jeslyn.” Kern kembali mencengkram rahang Jeslyn dan meremasnya kuat, tidak peduli dengan raut terluka Jeslyn, lalu pria itu kembali menghempaskannya begitu kuat dan meninggalkan Jeslyn dengan luka yang kembali ia buat.   “Ya. siapkan dua bodyguard untukku.” Jeslyn hanya bisa menahan nyeri hatinya saat masih bisa mendengar pembicaraan Kern di telepon dengan seseorang, Kern yakin dua bodyguard yang dimaksud Kern adalah untuk menjaga Rhea.   Dengan langkah beratnya Jeslyn kembali menuju ruang perawatan Rhea, namun dirinya tidak berani masuk saat melihat Kern ada di sana. “Mommy, maafkan aku jika untuk selanjutnya aku tidak bisa mengunjungimu dengan mudah. Kern benar-benar menyayangimu dan aku bersyukur, setidaknya dengan adanya penjagaan dari Kern, Daddy tidak akan bisa menyakitimu dengan mudah.” Jeslyn menutup bibirnya untuk menahan isak tangisnya, lalu wanita itu memilih untuk pergi dari rumah sakit saat melihat Kern yang menatapnya penuh peringatan. “Mommy tenang saja. Aku bisa melewati semua ini dan aku akan menunggu Mommy bangun dengan senyuman. Saat itu aku akan memastikan jika semuanya baik-baik saja, Daddy-ku tidak akan bisa lagi menyakitimu.” Gumam Jeslyn meremas kedua tangannya, menguatkan dirinya untuk menghadapi semuanya sendiri.   ***   Jeslyn menatap rumah mewah di depannya sekali lagi, ragu untuk masuk atau tidak. Pasti Lauren dan Grace akan kembali mengumpatnya dan berlaku kasar padanya. Dan Jeslyn tidak mampu melawan jika Lauren yang melakukannya, sekasar apapun wanita itu Jeslyn masih menghormatinya sebagai ibunya, dan jika dia membalas Grace ibunya akan lebih kasar padanya, maka tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam.   “Tidak apa-apa Jeslyn, setelah ini kau tidak perlu lagi harus pulang setiap hari. Kau hanya akan datang jika ada sesuatu. Kau memiliki rumah baru saat ini walau sama menyeramkannya, setidaknya kini kau hanya perlu menghadapi Kern.” Jeslyn menggumam untuk menguatkan dirinya, dalam hati tertawa bodoh, berpikir jika dirinya sama saja keluar kandang singa masuk ke mulut buaya. Terlepas dari kekejaman keluarganya namun harus kembali merasakan kekejaman suaminya. “Ya Tuhan. Menyedihkan sekali hidupmu, Je.” Jeslyn tertawa bodoh, lalu melajukan mobilnya untuk memasuki rumah bergaya modern Eropa itu, mengklakson dua kali hingga seorang satpam membukakan gerbang yang menjulang tinggi itu.   Langkah beratnya tetap membawa Jeslyn ke rumah yang memiliki banyak kenangan menyakitkan itu, begitu tiba di ruang tamu yang tetap terlihat mewah, berkelas dan besar itu Jeslyn bisa melihat Grace dan Lauren yang tengah menikmati waktu santai mereka.   “Mom,” panggilan itu membuat Lauren dan Grace menatap Jeslyn dengan tatapan tidak sukanya.   “Woah, Mommy. Lihat siapa yang datang? Seorang istri konglomerat Kern Aldene.” Grace berdiri, memberikan applause dan mendekat pada Jeslyn. Mendorong tubuh Jeslyn dengan tatapan bencinya. “Jadi apa yang bisa kau hasilkan setelah menjadi istri pria kaya itu? Seharusnya kau memberikanku berlian atau apapun itu.”   “Tidak ada Grace, aku tidak mendapat apapun. Jika kau lupa ini semua karena perintah Daddy. Aku tidak mengambil keuntungan apapun dan tidak ada yang aku dapatkan sejauh ini. Aku pulang hanya untuk mengambil pakaianku.” Jeslyn menatap malas pada Grace, ia benar-benar ingin segera pergi dari rumah itu, merasa lebih baik berada di rumah Kern.   “Woah, kau berani memberikan tatapan itu kepada putri tercintaku?” Lauren mendekat saat melihat Jeslyn memutar bola matanya pada Grace, Jeslyn yang melihat itu memejamkan matanya saat rahangnya dicengkram oleh Lauren. “Jangan pernah menunjukkan tatapan seperti itu pada Grace atau kau akan tau akibatnya.”   “Jeslyn.” Panggilan itu membuat Lauren melepaskan cengkramannya pada Jeslyn, Peter baru saja turun dari kamarnya, menatap Jeslyn dengan jengah. “Ikut aku. Kau ingin mengambil barang-barangmu kan? Ada yang ingin Daddy bicarakan.” Peter memimpin di depan, membuat Jeslyn sedikit bersyukur bisa lepas dari Lauren dan Grace.   “Ada apa Daddy? Aku baru menikah dengan Kern satu hari. Tidak mungkin aku semudah itu mendapatkan informasinya.” Bahkan jika aku mendapatkannya aku juga akan berpikir dua kali untuk mengatakannya padamu.  Jeslyn memilih mengambil kopernya dan membuka lemari, memasukkan semua pakaiannya. Sedang Peter hanya bisa tersenyum sinis, menghampiri Jeslyn dan menarik tangan wanita itu dengan kuat.   “Jangan bermain-main denganku Jeslyn. Jangan mengulur waktu atau sesuatu yang buruk akan terjadi pada Mommy-mu itu.” Peter menekankan kata terakhirnya membuat Jeslyn menahan amarah di dadanya.   “Baiklah, aku akan mencari semua itu dengan cepat asal Daddy mau memberi tahuku kejadian di hari pernikahanku. Sesuatu yang membuat Mommy Rhea dan Audrey mengalami kecelakaan bersama.” Jeslyn menatap Peter dengan berani membuat Peter tertawa lalu menampar Jeslyn dengan kuat.   “Berani kau menatapku seperti itu? Dan berani kau melakukan penawaran denganku?” Peter mencengkram rahang Jeslyn, membuat wanita itu meringis sakit, entah sudah berapa kali dalam hari ini rahangnya menjadi korban kekejaman mereka. “Aku sedang tidak membuat penawaran denganmu Jeslyn. Jadi jangan pernah coba-coba bermain denganku atau aku akan membunuh Mommy-mu itu. Cari tau semua harta kekayaan Kern dan buat itu menjadi milikku. Itu yang harus kau lakukan Jeslyn, dan tidak ada imbalan untuk itu. Imbalan itu hanya akan ada saat kau gagal melakukannya.  Dan imbalan itu akan kau bayar dengan nyawa Rhea juga nyawamu.” Lalu Peter kembali memberikan tamparan pada Jeslyn hingga wanita itu tersungkur di lantai.   “Kemasi barangmu dan pergilah sekarang juga. Aku akan terus mengawasimu jadi jangan pernah bermain-main dengan tugasmu, Jeslyn.” Peter lalu berlalu dari kamar Jeslyn dan menutup pintunya kasar.   Jeslyn hanya bisa menghembuskan napasnya panjang dan mengumpat, menyentuh rahang juga wajahnya yang terasa kebas. Lalu ia kembali melanjutkan aktivitasnya, mengambil semua barang-barang pribadinya agar tidak perlu lagi kembali ke rumah itu.   “Ya Tuhan. Akan jadi apa semua ini?” Jeslyn menggumam lirih, menjatuhkan tubuhnya pada ranjang, dan menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan sejuta arti. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD