"Halo, Tama!" Jawab Aline.
Dia mendengar suara Tama yang terdengar sangat panik.
"Kak, ada dimana? Tolong, mama kak!" Ucap Tama, suara benar-benar terdengar gemetar ketakutan.
"Ada apa? Kakak sedang dijalan, mau pulang ke rumah. Tunggu sebentar lagi kakak segera datang!"
Ucap Aline dan hatinya semakin tidak karuan saat ini.
"Iya kak, cepat kak! Aku … bingung harus bagaimana sekarang," ucap Tama dan dia langsung mengakhiri panggilannya.
Tama meminta tolong pada warga sekitar karena ibunya sudah dalam keadaan yang menghawatirkan.
Ibunya Aline sudah satu tahun ini memang sedang sakit, memiliki penyakit yang sangat mengerikan. Memiliki penyakit jantung dan gagal ginjal membuat tubuh ibunya Aline selalu lemah. Sudah dua kali dia masuk ke rumah sakit dan setiap empat hari sekali, ibunya harus melakukan cuci darah agar tubuhnya sehat kembali.
Taksi yang membawa Aline pun melaju dengan cepat dan tidak lama kemudian, dia pun sampai di gang kecil tempat dimana jalan masuk menuju rumah ibunya.
Aline menurunkan kopernya dan dia pun berjalan dengan tergesa-gesa menuju rumahnya.
Saat Aline sampai di rumah ibunya. Dia melihat banyak orang sedang membantu membawa ibunya ke rumah sakit.
Aline langsung berlari sambil menarik kopernya.
"Ada apa ini? ma … mama, kenapa dengan mama?" Teriak Aline yang melihat ibunya sudah terlihat sangat pucat dan keringat sudah membasahi dahinya.
Tama mendekati Aline dan dia memegang kedua tangannya.
"Kak, penyakit mama kambuh lagi. Mama tiba-tiba terkena serangan jantung saat mengetahui jika kakak sudah bercerai dengan kak Aldo, tadi malam ada yang mengirimkan paket kesini yang isinya adalah foto pernikahan kak Aldo dan kak Meta dan juga, ada salinan surat perceraian kalian," Ucap Tama, dia menunduk dan perasaannya juga sangat sedih.
Ibu dan kakaknya telah mengalami hal yang sama, sama-sama telah di khianati oleh seorang pria.
Aline menangis kembali, dia mendapatkan cobaan sangat berat dalam hidupnya yang terus menerus menimpa dirinya.
"Tama, lihat kakak!" Ucap Aline, dia mencoba terlihat kuat didepan adik laki-lakinya.
Dia memegang dagunya dan menatap Tama yang sudah menangis.
"Kamu seorang pria, jangan cengeng seperti ini! Ingat, kamu harus kuat dan jadilah sukses. Di masa depan nanti, jika kamu menikah jangan kamu sia-sia kan wanita yang sudah menjadi istri kamu, apakah kamu mengerti!" Ucap Aline, dia berusaha menahan air matanya tapi air mata tetap saja mengalir deras dari sudut matanya.
Tama memeluk Aline dengan erat.
"Kakak, aku tidak mau menikah! Aku hanya ingin membahagiakan kalian, kalian sudah cukup menderita oleh pria. Biarkan aku saja satu-satunya pria dalam rumah ini, pria yang akan membahagiakan kalian berdua, aku berjanji kak! Aku tidak akan meninggalkan kalian!" Ucap Tama, dia menangis dalam pelukan Aline.
"Aku ingin segera dewasa kak, aku ingin bekerja dan bisa membahagiakan kalian, aku merasa tidak berguna jika aku hanya bisa merepotkan kakak dan mama saja, aku ... Aku, hiks' hiks' hiks'... Aku minta maaf kak!" Ucap Tama, dia menangis keras dalam pelukan Aline.
Aline pun ikut menangis, dia harus bisa kuat melewati ini semua. Dia yakin jika setelah hujan akan ada pelangi indah yang akan datang dalam hidupnya.
Tapi entah kapan pelangi itu datang. Mungkin tidak akan ada lagi setelah ini.
Dari jauh.
Seorang pria paruh baya memanggil mereka dan memberitahukan jika mobil sudah berangkat menuju rumah sakit.
Aline melepaskan pelukannya, dia menaruh koper miliknya dan segera mengunci pintu rumahnya.
Aline menggandeng tangan adiknya dan pergi menyusul mobil yang membawa ibunya menuju rumah sakit.
***
Di dalam kantor CEO.
Darren tidak memiliki konsentrasi sama sekali.
Isi kepalanya hanya dipenuhi oleh Aline dan Aline.
"Sial! Kenapa aku terus memikirkannya?!" Teriak Darren sambil melempar berkas yang sedang dia pegang.
Sambil memijat dahinya Darren menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menutup matanya sejenak.
"Aline! Dimana kamu? Kamu benar-benar sangat lancang! Berani-beraninya kamu meninggalkan aku seperti ini!" Ucap Darren, dia terus mengumpat tiada henti.
Tok' tok' tok …
Terdengar suara ketukan yang membuat Darren langsung membuka matanya.
"Masuk!" Teriak Darren sambil memijat dahinya.
Kreekk …
Pintu pun terbuka masuklah sosok wanita cantik dan seksi.
Dia adalah sekertaris Darren yang bernama Sarah.
"Bos!" Ucap Sarah dengan suara sensual dan menggoda.
Dia sengaja memakai rok super pendek dan bagian kemeja atasnya dia membuka tiga kancing agar memperlihatkan belahan dua gundukkan kenyal yang sangat menggoda.
Darren tidak tertarik sama sekali.
Semenjak bertemu Aline saat itu, dia kehilangan minat terhadap wanita lain, apalagi setelah menyentuh tubuhnya semakin hilang saja perasaan itu semua.
Dengan tatapan dingin Darren melihat darah yang berjalan berlenggak lenggok bak model diatas catwalk, penuh menggoda dan bisa meruntuhkan pendirian pria mana pun.
Dulu mungkin Darren akan tertarik dan mungkin langsung menerkamnya tapi sekarang, rasa tegang dalam dirinya pun tidak ada sama sekali.
"Ada apa?" Tanya Darren dengan suara datar.
Dia memang selalu dingin, tegas dan menakutkan saat berada didalam kantor tapi diluar dari kantor, dia bisa bercanda dan tertawa saat bersama teman-temannya.
Untuk didepan wanita, dia bersikap datar karena dia hanya memperlakukan wanita sebagai pemuas nafsunya saja.
Sarah tepat didepan Darren dan menyentuh tangan Darren Mengusap lembut tangannya dan menariknya untuk menyentuh paha mulusnya.
"Hhhmm … bos! Apakah anda menginginkan saya?" Tanya Sarah dengan senyum genitnya.
Darren pernah menidurinya sekali dan untuk Darren tidak ada menyentuh wanita yang sama untuk kedua kalinya. Kecuali Aline. Dia menginginkannya lagi dan lagi.
Darren menarik tangannya dengan kasar dan melotot kearah Sarah.
"Apakah kamu melupakan kesopanan kamu terhadap saya?" Teriak Darren dan dia menjadi marah.
Dia memang sedang mencari pelampiasan amarahnya dan kebetulan Sarah datang, moment nya sangat cocok.
Sarah terkejut melihat sikap Darren yang kasar.
Biasanya dia menolaknya tapi tidak seseram itu.
"B-bos! Saya minta maaf!" Ucap Sarah, dia mundur menjauhi Darren dan dia merasa ketakutan.
"Pergi kamu! Saya sedang tidak ingin diganggu siapapun dan semua meeting hari ini, Batalkan semuanya!" Teriak Darren, dia.mengusir Sarah saat itu juga.
"Ba-baik bos, sa-saya, permisi dulu!" Ucap Sarah, dia langsung pergi melarikan diri secepatnya, dia berniat menggoda bos tampannya karena dia pernah mendapatkan tubuhnya walaupun hanya sekali dan dia masih menginginkannya. Tapi Darren selalu menolaknya bahkan seperti sudah membuangnya.
Mereka hanya dekat karena membahas tentang pekerjaannya dan Sarah suka saat melihat Darren yang terlihat serius.
Pesona ketampanan Darren sudah membius banyak wanita, bahkan wanita didalam perusahaannya. Semuanya memuja bos tampannya dan berlomba-lomba ingin memilikinya dan rela menjadi cinta satu malam saja itu sudah sangat beruntung bagi mereka.
Setelah Sarah menutup pintu, Darren kembali duduk sendiri.
Dia menghela nafas panjang dan tiba-tiba ponselnya pun berbunyi.
Darren menatap layar ponselnya dan ID pemanggilnya adalah dari ayahnya.
"Sial, ada perlu apa lagi si rubah m***m ini! Arrghh... Mood semakin hancur saja hari ini!" Teriak Darren, dia mengacak-acak rambutnya dan malas menjawab telepon itu.
Ponsel Darren terus berbunyi membuat Darren akhirnya menyerah.
Dia menjawab panggilan itu.
"Halo!" Jawab Darren dengan nada malas.
"Hallo, Darr! Kamu dimana?" Tanya ayahnya yang bernama Damar Adhitama.
"Ada perlu apa lagi anda mencari saya?" Tanya Darren dengan suara dingin.
"Darr, kamu masih di kantor? Papa ingin bicara tentang warisan ibu kamu. Darr, kamu sudah memiliki semuanya, bagaimana jika warisan ibu kamu untuk papa saja? Itu hanya sedikit dan tidak ada artinya untuk kamu Darr," ucap damar, dia berusaha membujuk Darren untuk mengalihkan semua warisan dari almarhum istrinya untuk di miliki dirinya sendiri.
Darren tertawa mengejek, ayahnya meminta warisan ibunya sedangkan semasa hidupnya, ayahnya sudah sangat menyakiti ibunya. Sehingga wasiat yang dai tinggalkan adalah semua harta miliknya akan dia berikan pada Darren setelah dia menikah.
Namun hingga umurnya sudah memasuki umur tiga puluh, Darren masih asik melajang karena dia tidak mau menikah dan tidak berminat untuk mengikat dirinya dalam sebuah pernikahan, di trauma dengan namanya sebuah pernikahan.
"Hahahha… anda mencari saya hanya untuk ini? Anda mau memberi makan kedua istri dan kedua anak haram anda dengan uang mama saya? Apakah anda masih waras pak Damar Adhitama?!" Tanya Darren dan dia tertawa, tertawa tentang dirinya yang disangka bodoh oleh ayahnya.
Tertawa karena dia akan dimanfaatkan oleh ayahnya sendiri.
"Darr, tapi warisan itu tidak akan bisa jatuh ke tangan kamu, karena kamu belum menikah Darr! Atau bagaimana jika kamu menikah dengan Sheryl, dia cantik, pintar dan juga kaya. Kamu sudah papa perkenalkan dengan banyak wanita tapi kamu tidak mau dengan mereka!" Ucap damar, dia bersikap seperti perhatian pada putranya padahal dia menyuruh wanita-wanita itu untuk menikah dengan Darren dan diam-diam mengambil keuntungan dengan menyuruh wanita itu mendapatkan tanda tangan Darren dan rencana itu, Darren sudah sangat mengetahuinya.
Darren menghela nafas panjang, dia bosan dengan trik ayahnya dan dia tidak mau mendengarnya lagi.
Darren menekan tombol merah dan mengakhiri panggilannya.
Dia menepuk dahinya dan berkata, "rubah tua itu. Mau sampai kapan kamu memaksa aku. Aku tidak akan memberikan warisan itu. Hhhm… jalan satu-satunya aku harus menikah? Menikah dengan siapa? Ataukah aku menikah dengan Aline saja ya!" Ucap Darren, dia tersenyum sendiri. Jika dia menikahi Aline, dia bisa bebas menyentuhnya kapan pun yang dia inginkan. Darren tertawa sendiri membayangkan kejadian tadi malam.
Kulit lembut dan setiap inci dari tubuhnya begitu lembut dan setiap inci dari kulitnya sangat harum dan memabukkan.
Suara desahan dan erangannya begitu seksi bahkan hanya membayangkannya saja, tubuh bagian bawah milik Darren tiba-tiba bangun dan menginginkannya.
"Sial! Hanya membayangkan saja aku sudah merasa seperti ini, apalagi jika aku menemukannya. Arrghh... Bisa-bisa aku menerkamnya saat itu juga!" Gumam Darren, dia tertawa sendiri pada dirinya yang tiba-tiba merasakan perasaan pada Aline begitu dalam.
Perasaan yang ingin selalu menyentuhnya, dia begitu ketagihan dengan semua yang di miliki dalam tubuh Aline.
"Hhhmm... Dia sudah bercerai dengan suaminya, berarti akan ada kesempatan untuk memiliknya tapi?" Darren menghentikan ucapannya dan menepuk dahinya lagi.
"Tapi dia tidak menginginkan aku, sial! Dia wanita pertama yang menolak aku! Dan aku baru kali ini merasakannya, rasanya ditolak seperti ini membaut aku semakin menginginkannya! Arrghh ... Aku semakin penasaran saja! Aku harus menemukannya, harus!" Teriak Darren. Dia tidak merasa tenang hari ini dan mungkin selanjutnya juga akan seperti itu, sebelum menemukan Aline kembali. Dia tidak akan bisa merasa tenang.
Darren menatap kearah layar laptopnya karena hari ini adalah seleksi dan wawancara untuk penerimaan karyawan baru.
-bersambung-
Dhini_218
only on: Dreame n innovel