Sesampainya di rumah sakit.
Aline langsung berlari masuk ke ruang IGD untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Aline dan Tama berdiri dokter Selesai memeriksa ibunya.
Beberapa menit kemudian.
Dokter pun keluar dan mendekati keduanya.
Aline langsung mendekati dokter dan bertanya, "Dok. Bagaimana keadaan ibu saya?" Tanya Aline.
"Keadaan ibu anda kurang baik. Harus dirawat dah juga secepatnya harus dipasang ring didalam jantungnya. Tapi saya juga belum bisa memastikan semuanya. Ada dokter yang akan menangani khusus penyakit ibu kamu," ucap Dokter itu. Dia pergi meninggalkan Aline dan Tama.
Dia memberi instruksi untuk menyiapkan ruang rawat untuk perawatan ibunya Aline.
Aline menunduk dan air mata pun mengalir. Ibunya harus segera di operasi dan semua biayanya pasti sangatlah mahal.
Tama memeluk tangan Aline dan berkata,"kak! Aku punya tabungan sedikit, bisa untuk menambah biaya rumah sakit ibu."
Aline menghapus air matanya, dia menatap adiknya dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Kamu simpan saja uang itu untuk biaya pendidikan kamu, kakak akan mencari pekerjaan nanti. Kamu tenang saja ya Tama!" Ucap Aline, dia berusaha untuk tersenyum walaupun hatinya sangatlah pahit.
Dia bingung harus mencari uang sebanyak itu dan ditambah hutang yang dikatakan nyonya Merry.
Aline merasa ingin mati saja saat ini juga. Tapi melihat nasib adik dan ibunya, membuat Aline harus berjuang dan bertahan hidup demi mereka semua.
"Kak, tapi kita membutuhkan uang banyak. Mungkinkah kakak bisa mendapatkannya?" Tanya Tama, dia pun ikut menangis menatap wajah kakaknya yang sudah pucat dan memerah karena terlalu banyak menangis.
"Kakak baik-baik saja! Tama kamu jaga ibu dulu disini sebentar, kakak akan mencari caranya ya!" Ucap Aline, dia pun pergi meninggalkan rumah sakit dan kembali ke rumahnya.
Di dalam taksi, Aline menyandarkan kepalanya di jendela.
Dia bingung harus mendapatkan uang sebanyak itu dari mana.
Aline membuka ponselnya dan mengecek uang yang tersisa didalam rekeningnya.
Hanya ada uang dua juta yang tersisa disana.
Aline menghela nafas panjang uang itu hanya cukup biaya makannya dalam beberapa Minggu saja.
Aline mencari info lowongan kerja dan dia menemukan ada sebuah perusahaan yang membuat lowongan kerja di bagian Humas dan bagian marketing.
Melihat itu, Aline merasa seperti mendapatkan sebuah cahaya harapan. Walaupun itu hanya setitik, dia harus menggapainya.
Aline pun langsung melihat alamat dan semua persyaratan yang dibutuhkan.
Tidak lama kemudian, mobil pun berhenti.
Aline pun turun dan berlari secepatnya masuk ke rumahnya.
Aline mengganti pakaiannya dan menyapukan beberapa riasan untuk menutupi wajahnya yang bengkak akibat terus menerus menangis.
Aline mengingat jika tadi malam dia tidur dengan pria asing. Dia memang belum melepaskan alat kontrasepsi dan baru saja ingin melepaskannya Aldo malah ketahuan selingkuh sehingga Aline malas untuk melepaskannya lagi.
"Untung saja aku belum melepaskannya. Kalau saja saat itu aku melepaskannya, mungkin aku akan hamil dan anakku nanti … tanpa ada ayah, aku tidak ingin sampai itu terjadi! Hhhmm … untung saja!" Ucap Aline sambil menatap wajahnya didepan cermin.
"Hhmm … pria asing itu, siapa dia ya? Apakah dia pria yang disuruh nyonya Merry untuk memperkosa aku? Tapi dia mengatakan jika dia adalah orang yang menyelamatkan aku? Haist … sudahlah, aku tidak mau memikirkannya lagi!" Ucap Aline, dia menggelengkan kepalanya berkali-kali dan segera merapihkan dirinya.
Sambil menutupi banyak jejak tanda cinta dilehernya dengan concealer, Aline hanya bisa mendesah pelan.
Pria yang menidurinya tadi malam sangatlah mengerikan untuknya.
Setelah selesai semuanya dan semua berkas yang dia butuhkan sudah siap. Aline pun segera pergi ke perusahaan yang akan dia datangi.
Hari semakin siang dan matahari bersinar dengan cerah.
Aline berdoa jika dia bisa mendapatkan pekerjaan hari ini dan bisa membayar hutang yang sebenarnya dia tidak perlu bayar.
"Sial! Kalau saja semalam aku membacanya dulu, mungkin aku tidak akan terlibat dalam hutang yang tidak jelas semacam ini!" Umpat Aline.
Rasa bencinya terhadap Aldo dan keluarganya semakin besar.
"Aku benar-benar membenci mereka sangat membencinya. Jika ada kesempatan aku untuk membalas dendam. Mungkin aku akan melakukannya. Rasa sakit hati ini dan semua penderitaann ini, mereka harus mendapatkannya juga!" Ucap Aline, mata memerah dan hatinya benar-benar sudah dipenuhi oleh rasa dendam dan amarah kepada Aldo dan keluarganya.
Tidak lama kemudian, Aline pun sampai di depan gedung perusahaan yang sesuai dengan petunjuk yang dia baca.
Aline membayar ongkos taksi dan dia pun turun, berjalan masuk ke dalam dan menemui meja resepsionis.
"Permisi mbak. Apakah disini masih ada lowongan pekerjaan?" Tanya Aline dengan sopan.
"Oh ya, Mbak masih ada. Silahkan tunggu disana!" Ucap wanita yang menjaga meja resepsionis.
Aline mengangguk dan dia pun berjalan ke tempat dimana banyak pelamar yang menunggu untuk di wawancarai.
Semuanya adalah wanita.
Aline menaikkan alisnya, di info lowongan kerja tertulis jika diperuntukkan untuk pria dan wanita. Tapi ini, semuanya adalah wanita.
Aline pun duduk dan dia merias diri tidak seheboh wanita lainnya.
Dia hanya memakai riasan tipis, tapi karena dia memang cantik secara alami jadi apapun yang dikenakan pasti akan terlihat cantik.
Beberapa wanita mulai menatapnya dan ada juga yang iri padanya.
Aline tidak peduli dengan tatapan itu, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan pekerjaan dan dia harus mendapatkannya hari ini juga.
Dari sebelah Aline, ada beberapa wanita sedang mengobrol dan membicarakan tentang direktur perusahaan ini yang terkenal sangat tampan dan menyukai wanita cantik.
Aline hanya mendesah ringan dan tidak memperdulikan itu semua.
Satu persatu pun dipanggil untuk wawancara dan banyak yang gagal. Karena mereka berniat mengikuti seleksi ini bukan sungguh-sungguh ingin bekerja tapi ingin mendekati sang direktur tampan.
Aline masih duduk dan terus berdoa agar dia bisa lolos karena sejak tadi banyak yang tidak lolos satu pun dari mereka semua.
Di dalam ruangan.
Darren hanya menatap melewati layar laptopnya.
Mengawasi wawancara itu dari jauh.
Entah kenapa moodnya sangat buruk dan dia memiliki banyak alasan untuk tidak menerima para wanita itu.
Isi otak dan pikiran Darren hanya ada Aline dan Aline saja.
Dia merasa bosan dan hendak menyelesaikan seleksi itu untuk hari ini. Tapi dia merasa sangat terkejut, saat dia melihat wanita cantik yang dia cari sejak bangun tidur. Wanita yang membuatnya gila sejak pagi.
"Baby, itu kamu!" Teriak Darren, dia begitu senang karena Aline datang menghampiri sendiri.
Suasana hati Darren yang super buruk berubah menjadi luar biasa senang.
Dia bangun dan ingin menemui Aline di tempat seleksi tapi dia langsung duduk kembali.
"Tidak! Jika aku kesana, dia pasti melarikan diri lagi. Hehehehe ... Sepertinya aku harus menyuruhnya untuk datang kesini. Sekalian aku ingin mencium bibirnya yang manis dan lembut itu," ucap Darren, dia terkekeh sendiri dan hanya membayangkannya saja, tubuh bagian bawahnya mulai menegang.
"Shitt! Hanya membayangkan nya saja sudah membuat juniorku berdiri, apalagi jika ada disini! Argghh ... Sepertinya aku tidak akan bisa menahannya lagi!" Ucap Darren sambil mengelus juniornya yang sudah bangun.
"Sabar ya! Nanti kamu pasti menemuinya!" Ucap Darren, dia tertawa sendiri saat menyentuh juniornya yang sudah terasa tidak karuan.
Darren mengambil gagang teleponnya dan memberi pesan pada anak buahnya, untuk emmtbawa aline masuk ke dalam ruangannya.
Setelah selesai, Darren tersenyum sendiri karena dia merasa sudah tidak sabar lagi ingin menemui Aline, menciumnya bahkan ingin memakannya hingga puas dan bila perlu, sampai Aline tidak bisa bangun dari tempat tidurnya.
Darren tersenyum sendiri membayangkan itu semua, bahkan juniornya semakin membesar dan meraung meminta untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
" Ouhh s**t!!! Juniorku ini benar-benar sudaj sangat eterlaluan sekali!" Umpat Darren, dia merasa kesal karena tubuh bagian bawahnya sudah meminta jatah ingin memakan Aline.
Darren menarik nafas panjang dan matanya terus menatap kearah pintu dan menunggunya dengan perasaan gelisah.