Rayyan menghela napas lega, merasa beban berat yang selama ini menghantui pikirannya akhirnya terangkat. Baginya, masalah dengan Sela sudah selesai. Gadis itu, meski sempat terpuruk, sepertinya mulai kembali ke rutinitasnya. Namun, ada sesuatu yang ganjil. Sesuatu yang mengusik ketenangan Rayyan, meski ia berusaha keras untuk tidak memikirkannya.
Sejak kejadian itu, sikap Sela berubah drastis. Tatapan yang dulu penuh kehangatan kini terasa dingin, bagai es yang tak akan pernah mencair. Rayyan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam benak gadis itu. Setiap kali Sela datang ke warung, ada jarak tak kasat mata yang menghampar di antara mereka, sebuah dinding tak terlihat yang terasa begitu kokoh dan tak terjangkau.
Dulu, sapaan ceria Sela adalah sinar matahari yang menerangi hari-
