16. Marry Me ?

962 Words
Kencan romantis yang dipikir Bunga akan mereka lakukan dengan cara orang kaya melakukan  diner dan lainnya ternyata salah. Afrain tidak melakukan hal seperti itu padanya. Melainkan pria dengan setelan polo shirt serta jeans denim itu membawanya mengelilingi York Shire dengan sepeda motor yang Bunga miliki. Mereka tertawa bersama sembari bercerita banyak hal. Menikmati pemandangan dimalam hari yang dingin. Tentu saja Afrain memakai jaket kulit dan Bunga juga sama. Mereka benar-benar menjadi sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara. Afrain mengajaknya turun ke salah satu kedai kopi yang berada disudut kota York Shire. Dia mengambil tempat dimana mereka bisa melihat hamparan lampu-lampu yang indah. Afrain memesan menu untuk mereka lalu dia menatap Bunga dengan senyuman menggoda yang ia miliki. Jemari Afrain masuk mengisi lengan dingin Bunga, sehingga jemari mereka saling bertautan. Sebelah tangan Afrain merogoh kocek jaket dan memasukkan perlahan sebuah cincin di jari manis Bunga. "Bunga, will you marry me?" Bunga melihat jari manis di tangan kirinya sudah terpasang sebuah cincin bermatakan berlian solitaire yang sangat indah. Takut semua akan menjadi buruk Bunga tidak bisa tersenyum, ingatan masa lalu itu menghantamnya. Afrain yang mengerti jalan pikiran wanitanya langsung mendekap kedua tangan Bunga lalu mengecupnya, memberikan kehangatan yang tidak bisa dijelaskan Bunga apa namanya. Semacam kau diberikan obat yang begitu menenangkan, namun membuat dirimu kecanduan. Begitulah sentuhan serta perilaku Afrain untuknya. "Aku bukan dia. Aku benar-benar akan menikahimu, maukah kau percaya padaku ?" Bunga masih diam, matanya sudah berkaca-kaca. Dia menarik napas agar sedikit lebih lega melihat Afrain yang menatapnya. Tangan Afrain terulur menyentuh pipinya. "Tadinya aku tidak ingin secepatnya melamarmu, aku ingin kita merasakan yang namanya pacaran. Tapi sepertinya aku tidak bisa." Bunga menaikkan sebelah alisnya tak mengerti. "Aku tidak bisa bertahan dengan seksinya bibirmu yang memanggilku untuk segera melumatnya." Bunga berdecih lalu melepaskan genggaman tangan mereka. Buru-buru Afrain meraih kedua lengan itu kembali dan memohon. "Tidak, tidak. Ini semua terjadi begitu saja percayalah, ya walau memang aku sudah menyiapkan cincin ini sejak lama." Bunga tertawa hingga wajahnya memerah. "So....., will you marry me?" Bunga kembali terdiam mendengar pertanyaan itu. Menatap lama mata Afrain dan semua inchi wajah pria itu lalu didalam hati Bunga berdoa. "Ya. Aku mau," ucapnya dan Afrain begitu bahagia. Dia sedikit bergerak dan mencium kening Bunga. Tiba-tiba kembang api mengejutkan Bunga yang terpaku pada cahaya indah itu. Afrain mengambil posisi duduk disebelah Bunga lalu memeluknya erat. Begitu bahagia. "Terima kasih....," kata Afrain sambil menopang dagunya di bahu Bunga. "Ini pertama kalinya aku jatuh cinta." Bunga menoleh kesamping mempertemukan mata mereka. Beradu dalam irama yang begitu indah di hati masing-masing. "Kau menyiapkan ini ?" "Tentu saja ! Kau adalah nyonya Derson sekarang. Dan aku akan memberikan yang terbaik." Afrain berdiri lalu menggendong tubuh Bunga. Memutar tubuh itu dalam gendongganya, dia sangat bahagia. Begitu juga Bunga. Para tamu lainnya di kedai itu bertepuk tangan, dan beberapa diantaranya mengambil moment mereka. Sementara kembang api masih terus menyala di langit indah York shire. Mengecup bibir Bunga sebentar lalu mereka kembali duduk menikmati pesanan mereka. Senyuman tak hentinya hadir diwajah keduanya. Bagi Bunga, pernikahan sebentar lagi akan ada didepan matanya. Dan dia memiliki calon suami seperti Afrain. Betapa beruntungnya dia, dan semoga tidak ada apapun yang terjadi saat pesta pernikahan mereka. **** Malam setelah Afrain melamar Bunga, dia menginap dirumah Bunga lalu pagi-pagi mereka berdua menelpon Claire dan Sandra untuk memberitahukan kabar bahagia itu. Semua orang bahagia, tidak ada yang tidak bahagia. Bunga dan Afrain akhirnya memutuskan menikah dalam kurun waktu satu bulan dari sekarang. Dan pesta itu akan diadakan di Indonesia, tempat kelahiran Bunga. Keluarga Afrain tidak masalah karena mereka juga memiliki darah Indonesia. Afrain mengusap rambut Bunga yang indah sembari memperhatikan wajah Bunga yang sedang mengobrol dengan Mommy-nya. "Mom sudah dulu ya. Aku akan pergi dengan Bunga sebentar. Mommy siapkan saja pernikahan kami." Afrain langsung meraih ponselnya lalu mematikan sambungan telpon itu. "Ada apa ?" tanya Bunga tak mengerti dengan tatapan Afrain. "Setelah menikah kita akan tinggal dimana ?" Pertanyaan Afrain tidak pernah terpikirkan oleh Bunga. Karena tentu saja dia akan tinggal dimana suaminya tinggal. "Kau punya rumah impian ?" Bunga menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Aku akan tinggal dimana suami ku akan tinggal. Dan rumah impianku adalah dimana suami ku bisa setia dan selalu mencintaiku." Afrain memeluknya lalu mengecup kening Bunga. "Aku akan memberikan yang terbaik buat mu." "Gantilah bajumu, kita akan ke London." "Untuk apa ?" "Aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum mengambil cuti. Jadi aku butuh moodbooster ku berada disisiku." Bunga merona namun dia menyembunyikan hal itu. Dicubitnya gemas pipi Afrain hingga pria itu mengaduh kesakitan. "Pernikahan kita masih satu bulan lagi, kembalilah ke London karena aku akan menyiapkan beberapa pekerjaanku juga disini." Afrain menghembuskan napasnya kasar, dia bermaksud agar setiap hari bisa melihat Bunga namun Bunga tetap tidak mau sering-sering dekat dengannya. "Apa kau yakin tidak akan merindukanku?" Bunga tertawa dengan pertanyaan Afrain. "Tidak ! Tapi aku tahu kau pasti merindukanku dan itu hukumanmu sebelum kita menikah." Afrain tertunduk lesu. "Apa kau yakin ?" tanya Afrain lagi. "Iya honey aku yakin." Bunga tertawa lalu berlari menuju meja dapur. Mereka belum makan apapun selain sandwich buatan Afrain dipagi hari. Bunga tersenyum dalam diamnya memperhatikan Afrain yang sedang menelpon sekertarisnya. Ekspresi wajah Afrain sangat disukai oleh Bunga. Tuhan benarkah Afrain jodohnya ? ***** Claire ditempatnya sangat bahagia, dia akhirnya akan mendapatkan anak perempuan yang bisa menemaninya. Dan Bunga adalah wanita yang baik. Dia bergegas menelpon Zia dan saudara yang lainnya untuk membantu menyiapkan pesta pernikahan yang akan diadakan di Indonesia itu. Mereka akan pergi ke Indonesia satu minggu sebelum acara diadakan. Itulah yang Claire janjikan pada Bunga. Dan pesta yang diminta Bunga adalah pesta pernikahan sederhana yang melibatkan keluarga dan sahabat dekat mereka. Claire sibuk mengecek website event organizer di Indonesia yang bisa dipercaya membuat pernikahan sempurna untuk anak dan menantunya itu. Ini adalah moment yang ditunggu-tunggu Claire dalam hidupnya. Tbc...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD