21 :: Rumah Kita ::

738 Words
Satu minggu berlalu, dan pesta pertunangan mereka masih saja menjadi perbincangan hangat para kaum elit. "Kenapa Afrain Derson bisa memilih calon istri dari kalangan rendah." "Apa cantiknya wanita yang menjadi kekasih Afrain itu." "Mr.Derson pasti hanya bermain-main dengan gadis keturunan Asia itu. Lihat saja beberapa bulan kemudian." Apa yang mereka katakan dibelakang Afrain tentu saja sampai ke telinga Afrain. Namun Afrain tidak ambil pusing, dia malah bahagia karena pilihannya yang jatuh pada Bunga membuat semua orang ikut memikirkannya. Afrain tertawa sendiri jika mengingat banyaknya kritikan tentang pilihannya mencari istri. Apa mereka tidak melihat bagaimana hot nya calon istri yang dia pilih itu. "Afrain," panggilan dari seorang yang dia rindukan membuat Afrain menoleh dan tersenyum mendapati kekasih hatinya sudah sampai di kantornya. "Yes hon," jawab Afrain dan Bunga terlihat jengah. Wanita satu ini memang tidak mempan dengan pesona senyuman yang Afrain berikan. "Kenapa ?" tanya Afrain bingung mendapati Bunga yang terlihat kesal sampai dikantornya. "Kenapa ?! Masih bertanya kenapa ?" Bunga bersidekap membuat Afrain mulai tidak mengerti. Sepertinya dia tidak melakukan kesalahan, kenapa kekasihnya ini pikir Afrain bingung. Bunga meletakkan sebuah map yang Afrain tahu isinya apa. "Kenapa membeli rumah tanpa bertanya padaku," teriak Bunga benar-benar kesal. Masalahnya Afrain tidak hanya membeli satu rumah yang harganya begitu fantastis di Amerika sana, namun Afrain membelikannya tiga rumah sekaligus dan atas nama dirinya. Afrain berdiri, dia dengan santai memasukkan satu tangannya kedalam saku celana dan menarik napasnya lelah. "Jadi karena surat rumah ini kamu marah ?" "Ya jelas aku marah, kamu tidak bertanya dulu aku mau rumah seperti apa untuk kita, dan kenapa jauh sekali sampai di Amerika sana. Apa kamu berniat pindah dan juga tidak memberitahukanku ? Bagaimana dengan rumah ku di Yorkshire." Gantian Afrain yang dibuat bingung. "Bunga hei, kamu pernah menjadi sekertarisku dan kamu tidak tahu jika kantor pusat Derson ada di Amerika ? Lalu apa kau berniat ingin tetap tinggal di Yorkshire setelah kita menikah." Bunga terdiam, benar apa yang ditanyakan Afrain. Bunga berdecak tidak suka. Afrain sangat pintar bermain kata dengannya. "Hei honey tell me," ujar Afrain menuntut penjelasan Bunga perihal masalah rumah. "Maaf aku hanya tidak habis pikir dengan kamu yang membeli rumah tanpa berdiskusi dengan ku." Afrain tidak marah, dia mendekati Bunga dan memeluknya. Membuat suasana tegang diantara mereka mencair. "Aku tentu akan berdiskusi denganmu hon, untuk itu kita akan pergi kesana melihat rumah itu secara langsung. Kita akan tinggal dirumah yang kau inginkan." Bunga menatap Afrain bingung. "Lalu yang dua lagi mau diapakan ?" "Kita sewakan atau jika kau tidak ingin mengurusnya kita jual saja lagi." Bunga tidak percaya bagaimana entengnya Afrain mengatakan hal tersebut. Bunga tidak ingin ambil pusing, duit juga duit Afrain terserahlah Afrain mau melakukan apa. Asal jangan merugikan dirinya. Bunga tertawa kecil dengan pemikirannya. "Jadi setelah menikah kita akan tinggal di Amerika ?" cicit Bunga lagi masih berpelukan dengan Afrain. "Hem..sebenarnya kemungkinan bulan depan aku sudah mulai pindah kembali ke Amerika, tapi itu masih prediksi. Kau tidak perlu repot memikirkan hal tentang rumah dan pekerjaan mu di Yorkshire hon, cukup jadi Kate Midelton ala keluarga Derson." Bunga melepaskan pelukan Afrain dan memasang wajah bertanya. "Ya seperti Kate Midelton, mengikuti kemana Putra Mahkota pergi dan mengurusi semua hal yang perlu dilakukan oleh seorang istri dari penerus." Bunga kemudian berpikir apa maksud Afrain dan dia merasa kalau hidupnya akan berubah total setelah menikah dengan Afrain. "Tenang saja, aku tidak memberikanmu pengawal yang banyak seperti Kate." Bunga menjitak kening Afrain dan dia tertawa. "Kau pikir aku seorang putri mahkota huh ?" Afrain ikut tersenyum lebar. Dia bahagia Bunga bisa menerima semua konsekuensi saat nanti mereka menikah. "Ayo kita makan siang terlebih dulu, lalu menuju rumah masa depan kita," ajak Afrain dan Bunga mengangguk setuju. Mereka bergandengan tangan saat keluar dari ruangan Afrain, banyak pegawai yang melihat aksi Afrain yang terlihat sangat romantis kepada Bunga itu. "Afrain mereka ada yang merekam kita," kata Bunga sedikit berbisik saat mereka sudah tiba di Lobby perusahaan. "Biarkan saja, aku tidak perduli yang mereka lakukan. Yang penting kau dan aku bahagia." Afrain mengecup pipi Bunga, membuat Bunga tersentak. Wajahnya sudah semerah tomat saat ini. "By the way hon, kau mengerti bukan salah satu tugas penting dari istri penerus seperti Kate Midelton." Bunga belum menjawab, dia masih berpikir namun Afrain langsung menjawabnya sendiri. "Memberikan banyak penerus, yang artinya kau harus memberikan ku banyak anak." Setelah berbisik di telinga Bunga, Afrain tertawa keras sementara Bunga ingin melemparkan tasnya ke wajah Afrain. Tbc ??? Selamat membaca...yuk komentarnya aku tunggu ?

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD