Note : Disarankan membaca cerita buku 1 dulu : IMPERFECT ME :)
.
.
Karena banyak yang nggak tahu dimana sih klik love itu?
Jangan lupa Klik tanda bentuk jantung terlebih dulu sampai berubah jadi warna putih, untuk pengguna Handphone agar masuk ke dalam library kalian
Untuk pengguna komputer cukup klik tulisan ADD menjadi ADDED yaa :D
Nikmati dan jangan lupa Appreciate juga karyaku yaa , Terimakasih:*
Selamat membaca :)
Halaman 9
.
.
.
Tidak ada yang mengira kalau perkelahian antara tiga orang laki-laki dan satu orang laki-laki mampu memberikan hasil cukup mengejutkan. Dalam ruangan cukup luas.
Seorang laki-laki tampan dalam balutan baju berkerah dan celana jeans bergerak leluasa. Menendang tubuh musuh di depannya, memberikan pukulan yang sanggup membuat tubuh mereka melayang, membentur dinding.
Rasi hanya menyaksikan pemandangan itu dengan bibir menganga, tidak berani bergerak lagi dan hanya berdiri tak jauh dari posisi Chris.
Seringai tercetak manis di wajah tampan sang laki-laki, bagaikan menari, bergerak cepat memberikan pukulan di bagian pipi, rahang, dan yang terakhir perut.
Tak ada satupun raut kelelahan, seolah semua gerakan Chris teratur sempurna. Sangat hebat, menakjubkan. Kedua manik Rasi reflek memburam, selama efek obat itu masih ada dalam tubuhnya.
Semua pikiran jernih sang Ainsley mendadak blank. Bahkan sekarang, dengan gila Rasi berpikir bahwa sosok Chris sangat menawan.
Baju berkerah abu-abu tercetak di tubuh kekar dan keringat menetes dari pelipis. Seksi dan menakjubkan.
Reflek mengigit jemarinya, tubuh Rasi hampir terjatuh. Tidak kuat menahan beban sensasi obat perangsang. Obat yang sangat kuat.
Beruntung dia bisa bertahan sampai saat ini, dan sekarang mungkin efek obat itu sudah sampai pada puncaknya.
Saat pikiran jernih Rasi perlahan hancur, termakan oleh nafsunya sendiri.
Ah, bagaimana ini. ‘Aku ingin memeluk tubuh laki-laki itu,’ batin Rasi kacau. Menjilat bibir bawahnya tanpa sadar.
Saat perkelahian berakhir dalam waktu beberapa menit saja.
Tubuh Chris masih berdiri tegap di dekat sana, dengan kondisi ketiga laki-laki yang menatap takut, mereka tumbang, penuh memar biru di sekitar wajah.
Kedua manik hazel keemasan itu menatap dingin, “Pergi dari sini sekarang.” Dengan suara datar dan menekan, memberi satu peringatan lagi.
Satu peringatan cepat, “HII!!!” Ketiga laki-laki itu kompak berdiri, “MAAF!!” Berujar maaf sekeras mungkin, saling membopong berlari keluar dari ruangan.
Meninggalkan Rasi dan Chris kembali berdua.
.
.
.
.
‘Pikiranku aneh, kepalaku sakit-ugh,’ batin Rasi mulai bermain-main dengan pikirannya, tubuh itu terhuyung, menggunakan salah satu tangan yang kini sudah memegang punggung sofa. Menopang agar tubuhnya tidak terjatuh.
Menyadari bahwa bahaya baru saja dimulai sekarang, tubuh Rasi menegang, melihat bagaimana Chris kini terfokus menatap dia balik.
Manik hazel itu seolah mengeksplorasi pikirannya. Menahan rasa aneh di dalam pikiran, bahkan tak segan memukul kepala beberapa kali dengan tangan.
‘Sadarlah! Sadar!’
“Aku sudah menyelamatkanmu dua kali, Nona Rasi?” Sampai akhirnya Chris yang memulai pembicaraan lebih dulu.
Sembari merenggangkan tubuh, Chris bahkan bergerak menutup pintu ruangan, mengirim sinyal pada sosok Arthur di luar sana dengan kedipan singkat.
Mengunci pintu tersebut dan memperhatikan gerak-gerik Rasi lebih jelas, kembali menyeringai. “Kau mau berpura-pura tidak kenal lagi atau melarikan diri sekarang? Kalau setelah keluar dari sini pun, kau akan kembali diperlakukan seperti tadi?” Memberikan sebuah pernyataan telak.
Rasi bungkam, rasa panas semakin menjalar, dia tidak tahan lagi! “Ugh, kepalaku,” Meremas rambut-ah wig yang Ia gunakan, tanpa menyadari langkah kaki Chris perlahan mendekatinya.
“Masih ingin kubiarkan pergi sendiri keluar dari bar ini?” Satu pertanyaan Chris sanggup membuat Rasi menengadah reflek.
Menatap sosok tampan itu tak sengaja, “Ah, aku tak tahan lagi,” Pandangan semakin buram, pikiran Rasi kacau sepenuhnya,
Tubuh sang Ainsley memerlukan sentuhan sejak tadi, manik coklat terhalang legam itu menangis tipis, kedua tangan Rasi bergerak cepat.
Chris membulat tanpa sadar, merasakan bagaimana Rasi dengan nyali cukup besar mengalungkan kedua tangan di lehernya.
Suara manja dibarengi tangisan tipis Ia lihat, sosok Christian Raynold meneguk ludah, memperhatikan gerak-gerik Rasi.
“Kau-”
“Aku tak tahan lagi, tolong.” Rasi mengerang, pikiran wanita itu kacau. Suara sang Ainsley perlahan berubah nada menjadi desahan halus.
“Tubuhku panas, aku tak tahu kenapa. Hh, tolong panas-mnh,” Racauan disertai desahan menggoda. Wanita itu tak bisa mengendalikan diri lagi, membiarkan bagaimana kedua manik menatap Chris sayu, dengan air liur menetes dari sudut bibir.
“Anda tampan sekali, bahkan gerak-mnh- pakaian itu, dan sikap yang dingin. Aku menyukai semuanya, Tuan pangeran,” Bagaikan orang mabuk, tersenyum tipis, dan mendesah beberapa kali.
Tangan Rasi bergerak menyentuh wajah laki-laki di depannya, sengaja menggunakan gerakan seduktif, membelai bagian pipi, hidung, sudut manik, bahkan pelan turun menuju ke arah leher Chris.
Posisi mereka yang masih berdiri memudahkan Rasi melakukan itu semua. Seolah tidak ada penolakan dari Chris. Ia makin berani, hendak mendekatkan tubuh mencium wajah tampan Chris, sebelum kesadaran sang laki-laki hampir menghilang sepenuhnya.
Menangkap tangan Rasi yang tengah membelainya tadi, kedua manik hazel masih menatap tajam. Tanpa senyuman, “Kau akan menyesal jika melakukan itu, Nona Rasiel.” Memberikan peringatan tipis.
Rasi tak peduli, desahannya makin terdengar, salah satu tangan yang masih terbebas, bergerak membelai d**a bidang Chris. Mendekatkan wajah dan mencium aroma parfum laki-laki di dekatnya.
“Aroma parfummu, aku suka sekali-mnh- sangat suka,” Menengadahkan wajah yang kini memerah sempurna, disertai manik sayu. Seolah menunggu respon Chris.
“Kau menolongku dua kali hari ini-mnh- hampir saja tiga laki-laki itu memperkosaku,” Menggeleng sekilas, “Aku tidak mau,” Manik wanita itu berkaca, dengan rengutan manis dan menggoda.
“Apa aneh kalau aku berpikir bahwa dibandingkan mereka, aku lebih memilihmu, Pangeran?” Satu tali kesadaran Chris putus sepenuhnya, kalimat terakhir Rasi berhasil membuat Ia hilang kendali.
“Ck, jangan menangis besok, Nona Rasi.” Menarik pergelangan tangan Rasi, “Hyaa!” Menjatuhkan tubuh itu kembali di atas sofa empuk.
Desahan dan manik sayu Rasi masih terpampang nyata, melihat bagaimana sosok Chris perlahan membuka satu persatu kancing bajunya. Menjilat bibir bawah seduktif, dan menyeringai tipis.
“Kau sudah menghilangkan kesabaranku, Nona.”
Rasi bungkam, semakin merasakan panas, manik buram itu seolah tak sabar, bahkan sesekali Ia memeluk tubuhnya sendiri.
“Mmnhh- bagian bawahku basah sekali,” Kembali memacu jantung Chris lebih cepat. Kalimat merangsang yang begitu memikat, ditambah wajah cantik nampak sayu menatapnya.
“Ck, sial. Kau benar-benar berubah, gadis kecil.” Gadis kecil yang dulu begitu polos, dan selalu menatapnya takut kini hanya dengan beberapa obat perangsang saja. Rasi menjadi sosok wanita dewasa penggoda yang mampu membuat sesuatu di bawah sana membesar.
Memberontak ingin dilepaskan, wajah menarik itu, “Ck,” Kembali berdecak, Chris hampir melepas semua kancing bajunya. Berjalan mendekati Rasi.
.
.
.
.
“Mnhn,” Desahan kembali keluar saat Chris menyerang leher Rasi terlebih dahulu, tubuh wanita itu dipaksa berbaring di atas sofa, kedua tangan Rasi bergerak meremas rambut laki-laki di depannya. Menelengkan wajah, memberikan ruang bagi Chris agar lebih leluasa mencium bahkan menghisap kuat.
“Mnhn-ah, ja-jangan terlalu keras,” Desahan diiringi ringisan perih, Rasi berusaha mendorong tubuh Chris, saat kesadarannya kembali dalam beberapa detik saja. Tubuh tegap itu begitu kuat, seolah tidak ingin jauh dari sang Ainsley.
Chris menyesap aroma Rasi, menggigit di beberapa sudut, memberikan tanda kepemilikan dimana-mana. Tidak berhenti di sana, tangan laki-laki itu mulai bergerak nakal. Menyibak dress milik Rasi.
“Baguslah kau memakai celana pendek,” desah sang Raynold singkat, menu utama akan Ia kesamping dulu, ada satu hal yang ingin Chris cicipi. Perlahan menyibak makin leluasa.
Meraba salah satu gundukan kenyal yang masih tertutupi kain spoons. Memberikan sebuah sentuhan kecil,
“Ahn, ge-geli,” Rasi tertawa disela desahannya, membiarkan sentuhan kecil itu berubah menjadi remasan pelan. Menghantarkan sensasi kejut luar biasa.
Pertama kali Rasi merasakannya, detak jantung wanita itu bahkan terdengar keras.
“Mnhn- a-aku tidak tahan lagi,” Rasa panas yang menjalari tubuh semakin membuat Ia resah, tanpa sadar bergerak menyentuh d**a bidang Chris, mengelus dengan gerakan seduktif. Bahkan memandang sayu sang laki-laki.
“Mnhn-kumohon,”
“s**t!”
Tidak ada permainan lagi, mencium bibir Rasi ganas, tak segan-segan menggigit bibir wanita itu, menghisap meninggalkan jejak bengkak dan air liur menetes perlahan dari sudut bibir Rasi.
“Mnhn,” Tidak bisa berbicara lagi, ciuman panas, menghantarkan napas satu sama lain. Saling mengecap rasa dingin, mengeksplorasi bibir Rasi. Membiarkan bagaimana tangan wanita itu mencengkram erat pakaiannya.
Mereka berdua terhasut oleh nafsu sesaat, haruskah Rasi dihancurkan dengan cara seperti ini? Tentu-
Sekilas jawaban itu terlintas dalam pikiran Chris, memacu sesuatu dalam dirinya muncul begitu saja, dengan paksa hendak mengambil alih kesadaran yang sudah lama Ia tahan.
Rasiel Ainsley-
Menghancurkan wanita itu sekarang tidak akan memberikanmu apapun selain ketakutan. Beri Ia waktu sedikit lagi.
“Ugh, sial-” Merasakan sakit kepala kembali, Chris menghentikan ciumannya pada Rasi. Menjauhkan tubuh reflek, pribadi laki-laki itu sebagai Raynold perlahan muncul.
“Chris?” Mengabaikan suara Rasi, Ia mengernyit sakit.
“PERGILAH!! JANGAN MUNCUL!! RAY!!”
Teriakan menggema itu sukses mengembalikan kesadaran Rasi.