Hal. 8 Rasiel Ainsley ( Give & Take )

1778 Words
Note : Disarankan membaca cerita buku 1 dulu : IMPERFECT ME  :) . .  Karena banyak yang nggak tahu dimana sih klik love itu? Jangan lupa Klik tanda bentuk jantung terlebih dulu sampai berubah jadi warna putih, untuk pengguna Handphone agar masuk ke dalam library kalian  Untuk pengguna komputer cukup klik tulisan ADD menjadi ADDED yaa :D Nikmati dan jangan lupa Appreciate juga karyaku yaa , Terimakasih:* Selamat membaca :) Halaman 8 . . . Teriakan wanita itu masih menggema, diseret paksa tanpa bisa melakukan apapun, setiap sentuhan yang mengenai kulitnya. Rasi harus bertahan dan berusaha agar tak mendesah. Efek obat tidak kunjung mereda, malah semakin membuat Ia resah. Ada sesuatu di dalam diri Rasi yang menginginkan seseorang memanjakan tubuhnya. Entah dalam artian apa, Rasi sangat tidak nyaman. Kaki terasa lemas, seolah bisa jatuh kapan pun jika kedua lengan laki-laki di samping Rasi tidak memegang tubuhnya dengan baik. Menutup manik takut, “To---long- lepas-ah!” Kembali menjerit tak sadar, ketiga laki-laki di samping Rasi menatap m***m. “Kau cantik juga, Nona. Kalau saja kau tidak menggunakan dress manis itu dan lebih memilih pakaian ketat, dijamin semua laki-laki pasti suka melihatnya.” Ucapan yang sanggup membuat perut Rasi mual seketika. Kembali berusaha memberontak, “Kalian mau bawa aku kemana?!” Menaikkan suara. Salah seorang laki-laki menggeleng singkat, tersenyum penuh arti, “Kita akan memesan ruangan special, Nona cantik.” Memucat, Rasi tak mau!! “Lepas!! Lepas!!” Siapa lagi yang mau menolongnya sekarang!! Kekuatan Rasi seolah hilang, rasa panas semakin menjalar. Otaknya hampir blank, berusaha mempertahankan kesadaran. “LEPAS!!” Kembali diseret paksa, manik coklat itu melihat jelas sebuah pintu berwarna kecoklatan menjadi pembatas antara ruangan ini dengan ruang kedap suara di dalam sana. “TIDAK MAU!!” Rasi semakin takut, Ia memberontak lagi, kali ini bagaikan orang gila. Tanpa menyadari bahwa semua gerak-geriknya sanggup membuat ketiga laki-laki itu kesal. Salah seorang tidak tahan melihat tingkah Rasi, sosok ringan tangan yang langsung saja menampar pipi Rasi cepat. “DIAM!! KAU HANYA PERLU MENUTUP MULUT DAN IKUT DENGAN KAMI!!” Rasi bungkam, merasa shock, kembali perih itu menjalar, menyalurkan rasa sakit luar biasa. Semakin buram, menahan air mata yang kembali menetes. Kenapa hidupnya sehancur ini? Apa Tuhan baru saja memberikan dia karma yang begitu besar. Karena dosanya dulu. Menyakiti, sombong, angkuh, bahkan hampir menghancurkan sosok Teresa. Wanita yang kini sudah pergi bersama calon suami masa depannya. Sosok laki-laki yang Rasi kira sanggup menjadi seorang pangeran di sisa hidupnya nanti. Bak cerita di negeri dongeng, dimana putri cantik hidup bahagia setelah bertemu dengan sang pangeran. Siapa mengira, bahwa hidup Rasi akan berubah sangat drastis, jatuh membentur bumi begitu keras. Hari ini pun lagi-lagi dikhianati oleh seseorang yang sanggup mencuri hatinya. Menjual tubuh Rasi, bahkan hampir memperkosa dengan brutal. Hukumannya terlalu keras. Tidak merasakan sakit, hati Rasi perlahan  beku dan mati. Semua berontak dan teriak berubah menjadi isakan pasrah. Saat tubuhnya kembali diseret masuk dengan paksa. Pintu ruangan terkunci. Tidak ada yang datang menolong. . . . . “Oh, mereka mau menyekap wanita itu rupanya.” Sosok tampan yang masih berdiri tak jauh dari ruangan Rasi masuk tadi. Menyeringai tipis, mencoba memikirkan satu cara menarik. Pandangan Chris menatap Arthur kembali, sosok laki-laki paruh baya itu seolah paham. “Ada yang perlu saya lakukan lagi, Tuan?” “Paman, tetap diam di sini.” Tersenyum tipis, Arthur menatap bingung. “Tuan, tidak ingin masuk ke sana sendiri ‘kan?” Sebelum mendapat jawaban, Chris langsung melempar jaket berbulu dan tuxedo berwarna hitam yang masih melekat di tubuhnya tadi tepat ke arah Arthur. Menyisakan baju berkerah putih abu-abu, dan celana panjang hitam keabuan. “Paman, bahkan sudah bisa menebaknya sendiri.” Sekilas terkekeh, salah satu tangan laki-laki itu bergerak mengatur rambutnya kembali. Perlahan merenggangkan tubuh. “Sudah lama aku tak berolahraga.” “Tu-tunggu, Tuan! Lebih baik saya panggilkan bodyguard lain untuk menyelesaikan masalah ini!” Arthur berniat menghentikan sosok Chris, tapi apa daya. Seringai itu masih terlihat jelas. “Mana mungkin kubiarkan putri dalam negeri dongeng diselamatkan oleh orang lain,” Dengan nada canda, melangkahkan kaki mendekati pintu ruangan di depan sana. Ah, masa lalu yang dulu sempat terlintas begitu melihat Rasi kembali. Entah kenapa membuatnya rindu. . . . . [Flashback] Terbatuk beberapa saat, tubuh mungil itu mengejang setelah mendapat kembali napasnya. Mengeluarkan air dari dalam bibir dan menangis. Rasi berhasil selamat, walaupun kondisinya tidak baik-baik saja. Tubuh mungil itu masih gemetar, menangis memanggil sang ibu berulang kali, bahkan tak menyadari sosok pemuda yang kini berjongkok di dekatnya. Rasi terlanjur panik dan shock, memanggil nama sang ibu, hanya itu saja yang bisa Ia lakukan. Sementara itu, pemuda kecil yang masih di samping Rasi hanya berjengit heran, alisnya tertekuk kesal, “Aku sudah menolongmu, jangan menangis lagi!” tukasnya dengan wajah bingung. Tidak mendengar kalimat pemuda itu, Rasi masih menangis. “Huaaa, ibu!! Ibu!!” Masih berada di posisinya, tak bisa berdiri bahkan menggerakkan tubuh selama beberapa saat. “Ck, kenapa cengeng sekali sih?! Diamlah!” “Huaa!! Ada kakak seram di sini! Ibu!” Kali ini justru memanggil sang penyelamat dengan sebutan kakak seram? Pemuda tampan yang memiliki julukan pangeran itu mengernyit kesal. “Ck, enak saja kau memanggilku kakak seram!” Pandangan anak itu menoleh ke seluruh sudut, seolah menunggu beberapa gadis-gadis tadi berlari ke sini, mengajak orangtua mereka. ‘Mereka lama sekali,’ batinnya gemas. Sementara tangisan Rasi masih tak berhenti, malah semakin kencang. Christian Raynold, pemuda berusia dua belas tahun itu benar-benar kesal. Telinganya seperti ditusuk jarum, “Berhentilah menangis!” Dengan satu bentakan kecil, tangisan Rasi langsung terhenti. Tubuh itu menatapnya takut. Menggigit bibir bawah begitu kuat, Manik coklat yang berkaca dan tubuh gemetar, “Ke-kenapa Kakak tidak cepat nolong Rasi tadi?” Kembali menangis dengan rengekan. Sosok di depan Rasi hanya mendesah kasar, “Ya, suka-suka aku mau menolong atau tidak. Kebetulan saja tadi moodku sedang bagus, jadi aku menolongmu.” jawabnya ketus. Rasi kembali menangis, air mata menetes deras. Tubuh mungilnya tersentak begitu mendengar teriakan Chris. “Kok kakak marah! Huaaa!!” Menangis lagi, sangat berisik. “Ck,” Terpaksa, pemuda tampan itu tidak membawa kain atau sapu tangan sekarang. Menggunakan baju lengan panjang yang sudah basah. Dengan cepat menghapus air mata dan ingus meler di hidung Rasi. “Jangan menangis kubilang, wajahmu jelek sekali!” “Hue-aduh-Kak!” Rasi bahkan baru pertama kali kenal dengan pemuda di depannya ini, tapi interaksi mereka sudah begitu dekat. Apalagi pikiran polos gadis itu sedikit bingung. Kenapa dia merasa pemuda tampan di depan Rasi begitu berbeda dengan sosok yang Ia lihat tadi? Aura dingin menusuk itu menghilang, rasa takut Rasi pun menurun. Saat salah satu tangan itu menghapus air matanya, walau dengan kasar, tapi sanggup membuat Ia tertawa kecil. “Kyaha, aku tidak bisa bernapas, Kak!” “Itu akibat kau tidak berhenti menangis sejak tadi,” Mereka hanya sekedar bercanda, perlahan tangisan Rasi mereda, hampir saja melupakan traumanya tadi. Sebelum manik coklat itu melebar kaget, “Ugh-sial!” Melihat bagaimana sosok pemuda tampan di depannya kini menunduk sakit, memegang kepala. Rintihan dan umpatan terdengar. Sedikit takut, bibir mungil itu berniat menanyakan, “Ka-kakak, kenapa? Hya!” Rasi berjengit kaget, pemuda di depannya tiba-tiba menengadah, kedua manik mereka saling beradu sesaat. “Kau berhasil selamat rupanya?” Seringai dan aura menakutkan tadi datang lagi. Tubuh Rasi merinding, tidak berani bicara. Menahan tangisannya. “Kakak, siapa? Kok tiba-tiba, ah!” Belum selesai bicara, salah satu tangan pemuda itu menangkup wajah Rasi. Membuat pandangan mereka tak bisa lepas. Sang Ainsley semakin takut, “Lepas, Kak!” Menggelengkan kepala kencang, “Siapa yang menolongmu tadi, hm?” Sosok itu memandang dirinya sendiri, bagaimana pakaian yang Ia gunakan terasa basah kuyup, tatanan rambut sempurna itu hancur. Ah, sial. “Ck, lagi-lagi dia melakukan hal tak berguna.” Rasi tak paham, dia ingin pergi dari sini. Kembali takut dan tak nyaman, “Hu-huaa, ibu!” Memanggil nama sang ibu dan menangis takut. Sosok itu menatapnya dengan tajam, “Kau menangis? Coba lebih keras lagi,” Aura menekan, seringai lebar di wajah tampan pemuda itu. Rasi takut, Sapuan lembut dan juga kasar, menyentuh wajah Rasi, “Wajahmu yang manis ini, akan sangat menarik jika aku berhasil mengisinya dengan banyak ekspresi.” [Flashback Off] . . . .  “Hyaa!! Lepas!! Lepaskan tangan kalian!!” Menangis semakin kencang, Rasi memberontak, menggerakan semua sendi tubuhnya agar bisa kabur. “Diamlah!!” Kedua tangan terkunci sempurna, dua orang memegang kaki dan tangan kompak. Sementara satu orang laki-laki menjilat bibirnya m***m, menatap genit. “Kita mulai saja sekarang,” Aroma alcohol tercium jelas dari tubuh ketiga laki-laki ini. Mereka dalam keadaan mabuk, “JANGAN!! LEPAS!! LEPASKAN AKU!!” Sosok itu membuka kancing baju perlahan, bahkan celananya juga, seolah bersiap-siap sebelum menyentuh hidangan utama mereka. “Dengan senang hati aku akan membuka semua bajumu, Nona cantik.” Menggeleng takut, “JANGAN!!! AAA, TOLONG-” Saat jemari itu hendak menyentuh pakaiannya, hampir menyibak dan menyerang Rasi. “Permisi.” Sebelum suara ketukan pintu menginterupsi kegiatan mereka. Ketiga laki-laki itu reflek menoleh kompak. “Kau ada memesan makanan? “Tidak ada, aku hanya memesan ruangan ini selama satu jam saja.” Mereka saling bertanya satu sama lain, Laki-laki yang masih berdiri tegap, mendecih kesal, “Ck, kami tidak ada memesan makanan. Cari saja tempat lain.” tukasnya ketus. Berusaha terfokus pada Rasi lagi. Tapi pintu kembali terketuk beberapa kali, “Saya membawa pesan untuk ruangan ini, Tuan.” ujar seorang pelayan di luar sana. “Hah? Pesan apa?! Biarkan saja, lebih baik kita bermain saja dengan Nona ini,” Mencoba untuk cuek, dan kembali fokus pada Rasi. Sampai akhirnya tak ada ketukan atau panggilan lagi, “Pengganggu sialan,” umpat sosok itu kesal, saat tak mendengar suara lagi. Barulah Ia kembali menyeringai. “Sekarang kita bisa fokus,” Manik Rasi melebar takut, “JANGAN!!” Tangan itu menyibak dress yang Ia gunakan. “Ck, kau pakai celana pendek rupanya, tenang saja. Akan aku lepaskan,” “TOLONG!!” Dalam beberapa detik, tidak ada ketukan sopan lagi, melainkan sebuah tendangan yang sangat kuat. Suara gebrakan keras membuka pintu paksa. Semua kunci tak berguna, Pandangan ketiga laki-laki itu kembali terbelalak kaget, melihat kaki yang panjang dan begitu kuat membuka paksa pintu ruangan mereka. Reflek melepaskan kuncian pada Rasi, sang Ainsley bangkit secepat mungkin dari sofa, meskipun terhuyung. Air matanya mengalir deras, tidak tahu harus mengatakan apa. Dia sangat bersyukur, begitu melihat sosok laki-laki di ambang pintu. Sosok tegap dengan pakaian dan rambut sedikit berantakan. Kedua manik hazel menatap malas, “Padahal aku sudah mengetuk pintu dengan sopan, kalian malah mengabaikanku.” Seringai tercetak jelas, menghentikan gerakan Rasi. Wanita itu kembali takut, tidak bisa bergerak lagi, bahkan hampir terjatuh. Sementara ketiga laki-laki di belakang Rasi hanya menatap dengan shock. “Si-siapa kau?!” Salah seorang dari mereka berteriak kecil. “Aku hanya pelayan yang sedang mengantarkan pesanan ke ruangan ini.” Hazel teduh laki-laki itu perlahan berubah dingin. Seringai tipis, di wajahnya menghilang dalam sekejap. “Jika kalian masih ingin pulang dengan selamat, segera pergi dari sini.” “A-apa?! Beraninya kau bicara sombong seperti itu!!” Diantara ketiga orang itu, tidak ada yang mengetahui identitas laki-laki di hadapan mereka. Kompak berlari hendak menerjang dan memberi sang empunya dengan pukulan bertubi-tubi. “SIALAN!!” “KAU MENGHANCURKAN KESENANGAN KAMI!!” “MATI KAU!!” . . . [Flashback] Rasi mengingat jelas, bagaimana wajah jahil pemuda tampan tadi kembali menyeringai membuatnya takut. Bahkan sebelum Ia bergerak pergi dari sana, “Kita bersenang-senang lagi, gadis kecil.” Sosok itu tersenyum mengerikan, beriringan dengan kedua tangan yang mendorong tubuh mungil Rasi kembali jatuh ke dalam kolam renang. Saat tidak ada siapapun, tangisan dan rasa takutnya datang. Seringai tipis beriringan dengan tubuh Christian berdiri, menatap sosok mungil di dalam kolam. Tak peduli apapun. Sekilas menahan rasa sakit, dan berteriak sendiri. Seperti tengah berbicara dengan seseorang. “Jangan menggangguku, Ray!!” Trauma Rasi yang sebenarnya dimulai. Ketakutan berulang kali, membuat batin sang Ainsley kacau. “Aaaaa!! Tolong!!” [Flashback off]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD