“Jalannya agak cepet ya, Pak.” Willona mengingatkan sopirnya yang sudah berusia 55 tahun, sudah cukup tua sebagai sopir pribadi. Pak Rahmat menganggukkan kepala, dalam hati tumben Willona ingin buru-buru sampai ke tujuan, biasanya ia paling takut kalau mobil sedikit saja ngebut. “Baik, Non.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya, lalu melajukan mobil dengan kecepatan sedang cenderung tinggi. Jika terlalu tinggi, ia sendiri ngeri akan resikonya. Willona duduk di belakang kemudi, menyandarkan punggungnya dengan tegang. Ia masih terus mengingat ucapan Aris pagi tadi, bahwa ia sudah tak aman lagi. Kegelisahan Willona terbaca oleh bodyguard-nya yang duduk di samping. Pria itu memang tak pernah jauh dari Willona bila tanpa Aris di sampingnya. “Tegang banget, mikirin apa?” tanya Bodyguard