Pernikahan diatas ragu

1721 Words
            “Vin,”             Alvin mengangkat wajahnya dan mendapati Binar berada dihadapannya dengan membawa sepiring buah potong dan diletakan di meja kerja Alvin.             “Terima kasih Bun,”             Binar menatap Alvin dengan tatapan sendu. Alvin berubah setelah kehilangan Mikhaela, Wanita yang begitu Alvin cintai. Alvin berubah seolah hatinya ikut mati bersamaan dengan perginya Mikhaela menghadap sang pemilik kehidupan. Binar sungguh sedih melihat perubahan anaknya. Binar menaruh harapan besar pada Anika, Wanita pilihannya yang memiliki aura positif dan keceriaan yang begitu terpancar dari wajahnya. Binar sungguh berharap Anika bisa membawa kembali Alvin anak sulungnya yang dulu.             Alvin yang merasa diperhatikan Binar pun mengangkat wajahnya lagi dan menatap Binar yang ternyata kini menatap Alvin dengan tatapan sendu. Alvin tau Bundanya kembali bersedih karena dirinya.             “Bun…” ucap Alvin sambil memegang tangan Binar yang berada diatas meja. Mata Binar sudah berkaca-kaca menatap Alvin.             “Bunda sungguh berharap kamu bahagia menikah dengan Anika,” ucap Binar tiba-tiba.             Alvin pun tersenyum lembut menatap Binar. Hanya dengan Binar Alvin bisa tersenyum lembut dan hangat. Alvin mengangguk dan mengaminkan ucapan Binar agar Binar tenang. Binar pun keluar dari ruang kerja Alvin meninggalkan Alvin yang kini termenung sendiri.             Alvin membuka laci meja kerjanya dan mengambil beberapa foto yang berada didalam sana. Alvin menatap sendu foto Mikhaela, Wanita yang ia cintai sepenuh hatinya. Tanpa sadar lagi-lagi air mata Alvin menetes. Alvin merindukan Mikhaela, wanitanya.             “Apa aku bisa menjalani pernikahan ini Kay? Aku tidak akan pernah bisa melupakan kamu dan dia tidak akan pernah bisa memiliki hati aku yang sudah kamu bawa pergi,” ucap Alvin dengan nada lirih.             Pernikahan Alvin dan Anika dipercepat karena Binar mengetahui bahwa sebentar lagi Anika akan berulang tahun ke 21. Binar meminta agar pernikahan Alvin dan Anika dilakukan saat ulang tahun Anika. Alvin dan Anika hanya bisa mengangguk setuju karena keduanya sama-sama tidak ingin mengecewakan orang tua mereka.             Keduanya tidak memiliki semangat dalam mempersiapkan segala sesuatu tentang pernikahan ini toh keduanya sama-sama terpaksa. Hingga tanpa terasa hari pernikahan mereka pun tiba bertepatan dengan hari ulang tahun Anika. Keluarga besar Anika dan Alvin semua turut hadir dalam pernikahan mereka. Tepat sehari sebelum pernikahan mereka dilangsungkan Alvin kembali mengajak Anika berbicara berdua di kamar yang nantinya akan menjadi kamar yang mereka tempati setelah menikah.             “Mari mulai semua ini dengan baik. Kamu harus tersenyum seakan-akan dunia dalam genggaman kamu, Saya akan berusaha sebaik mungkin menepati semua ucapan saya saat kita di Lembang. Karena setelah ini segala sesuatu akan kita hadapi bersama,’ ucap Alvin dengan nada serius.             Anika menghela nafas panjang dan mengangguk. “Bapak…”             “Mulai hari ini panggil saya Mas, karena kamu tidak mungkin memanggil suami kamu dengan panggilan Bapak kan?”             “Mas, saya akan berusaha sebisa saya. Terima kasih juga sudah membantu Papa dan Mama,”             “Tidak masalah, toh mulai besok mereka akan menjadi Papa dan Mama ku juga,”             Anika mengangguk dan menundukan kepalanya. Hatinya masih ragu apakah ia bisa menjalani semua ini dengan baik. Apakah ia bisa bertahan dengan semua kepalsuan ini.             Tepat hari ini Anika resmi berumur 21 tahun dan menyandang gelar seorang istri. Anika duduk di kamar pengantinnya yang sebenarnya terlihat sangat indah. Begitu banyak kelopak mawar dan bunga mawar disana. Anika menyukai bunga mawar apapun itu warnanya. Anika suka dengan harum bunga mawar dan kini Mamanya memilihkan bunga mawar sebagai bunga yang ada di acara pernikahan Anika dan Alvin. Anika sendiri tampak cantik dengan gaun pernikahan modern model mermaid dimana gaun itu nampak pas ditubuh mungilnya.             Jangan bayangkan pernikahan yang sederhana karena Anika menikah dengan seorang pewaris kerajaan Hartasanjaya. Pernikahan Anika dan Alvin bahkan menghebohkan seluruh pencari berita karena pernikahan keluarga Hartasanjaya terlalu sayang untuk dilewatkan.             Seharusnya Anika bahagia hari ini karena hari ini Anika berulang tahun dan Anika menikah dengan pewaris kerajaan Hartasanjaya tapi hari ini Anika justru seolah mati rasa. Senyum yang ia tampilkan palsu. Pandangan penuh cinta antara dirinya dan Alvin juga palsu. Bahagianya palsu dan mulai hari ini ia membenci hari ulang tahunnya sendiri. Tepat dihari ulang tahunnya justru kehidupannya justru berubah menjadi mengerikan.             Anika masih duduk dengan gaun pengantinnya menatap pantulan dirinya dicermin. Anika menatap miris dirinya sendiri. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam dan Alvin belum kembali ke kamar mereka. Anika tertawa lirih dan membuat siapapun yang mendengarnya pasti merasakan perasaan sedih yang Anika rasakan. Malam ini malam pengantinnya dan ia sendiri. Anika akhirnya memilih melepaskan gaun pengantinnya dan membersihkan dirinya dikamar mandi.             Anika memilih merendam tubuhnya dalam bathtub berisi air hangat. Air hangat selalu berhasil membuat dirinya merasa lebih rileks. Anika berendam dengan pikiran melayang teringat perbincangannya dengan Angkasa dan Anggita tepat setelah tau Anika dijodohkan.             “Ka, kamu yakin mau menerima perjodohan ini?” tanya Angkasa dengan nada khawatir.             “Yakin Mas,” jawab Anika singkat.             “Kamu cinta sama Mas Alvin” tanya Anggita kali ini.             “Iya Mbak. Mas Alvin orangnya baik,”             “Nik, nggak ada yang kamu sembunyiin dari Mas dan Mbak mu in ikan?” tanya Angkasa penuh selidik.             “Enggak Mas, Nika sadar dengan apa yang Nika pilih,”             “Maafin Mas dan Mbak yang justru sibuk dengan diri kami masing-masing sehingga tidak memperhatikan kamu,” ucap Anggita dengan nada sedih.             “Nggak apa-apa Mbak, Nika paham kok. Nika cuma minta doa dari Mas dan Mbak supaya Nika terus bahagia sama Mas Alvin,”             “Doa Mas sama Mbak pasti selalu ada nama kamu Nik, kamu adik kesayangan Mas dan Mbak,” ucap Angkasa dengan nada yakin.             “Amin. Mas kapan nyusul Mbak Tata sama Nika?”             “Doain aja,”             “Anika,”             Anika membuka matanya dan panik ketika mendapati Alvin berada diambang pintu kamar mandi. Pasalnya Anika tidak menggunakan sehelai benang pun pada tubuhnya yang kini berada didalam bathtub.             “MAS?!”             Alvin yang menyadari kepanikan Anika pun segera membalikan tubuhnya. “Maaf, Mas takut kamu ketiduran di bathtub. Karena itu berbahaya Nika,”             “Enggak! Aku nggak tidur! Mas tutup pintunya!” ucap Anika dengan nada panik, kesal dan marah.             Alvin pun mengikuti perintah Anika. Alvin baru saja kembali dari bar selesai berbincang dengan Dion sahabatnya. Alvin akhirnya bercerita jujur pada Dion yang notabene mengetahui perjalanan cintanya dengan Mikhaela. Dion pun mengeluarkan semua kosa kata sumpah serapah yang ia miliki setelah mendengar cerita Alvin.             “Loe tuh nikah sama orang Vin?! Ucapan loe itu bener-bener keterlaluan?! Anjir gue nggak nyangka mulut loe itu tega ngeluarin kalimat gitu?! Dimana otak loe?! Loe gak mikir gimana perasaan Anika denger ucapan loe?!” ucap Dion dengan nada menggebu-gebu.             “Gue cuma berusaha jujur. Gue gak mau dia berharap sama gue akhirnya jelas gue gak bisa cinta sama dia,”             “Jangan terlalu percaya diri Man. Tuhan tuh maha membolak balikan hati kayak membolak balikan tangan. Jangan sombong. Jangan sampe suatu saat nanti loe ngemis-ngemis cinta sama Anika,”             “Never! My hearts belongs to Mikhaela now and forever,” ucap Alvin dengan nada yakin.             Dion menggelengkan kepalanya menghadapi Alvin yang menurut Dion sungguh keterlaluan dan bodoh membuat Dion harus menahan emosinya untuk tidak melayangkan sebuah pukulan pada wajah tampan sahabatnya itu.             “So, as you said before kalo ada pria bertanggungjawab dan mencintai Anika loe bakal lepas Anika?” ucap Dion meyakinkan.             “Yes, I will.”             Dion tersenyum sinis. “Kalo gitu gue bakal deketin Anika. Seperti loe yang jujur sama Anika, gue juga mau jujur sama loe kalo gue mau deketin Anika. She is too cute and beautiful today,”             Alvin menatap Dion tidak percaya. “Loe suka sama Anika?”             “Cuma orang bodoh nggak suka sama cewek secantik Anika Man dan gue bakal buat Anika merasakan hal yang sama dengan apa yang gue rasain ke dia,”             “Good luck, then.” Jawab Alvin cuek.             “Thanks.”             Alvin menerawang menatap bangunan yang berada diluar. Tiba-tiba ia merasa bersalah pada Anika. Apa mungkin benar kata Dion kalau Anika sakit hati atas ucapannya selama ini.             Alvin masih melamun menatap televisi yang menyala namun tatapanya kosong. Anika yang baru selesai dari kegiatan mandinya pun segera menghampiri Alvin yang sedang duduk menonton. Anika mengerutkan alisnya melihat Avin yang kini sedang melamun.             “Mas… Mas…” Panggil Anika mencoba menyadarkan Alvin dari lamunannya.             Alvin pun terkesiap kaget dan menatap Anika yang sedang menatapnya dengan bingung. “Kamu udah selesai?”             Anika mengangguk. “Mas mandi sana,”             Alvin pun beranjak menuju kamar mandi dengan banyak hal yang berada didalam kepalanya. Ini hari pertama dirinya sebagai seorang suami tapi kenapa hari ini rasanya begitu palsu. Alvin pun bergegas mandi dan menemukan Anika sudah tertidur di tempat tidur. Alvin mendekati Anika dan duduk dipinggir tempat tidur kemudian mengusap rambut Anika.             “Maaf kalau pernikahan ini akan jauh dari pernikahan pada umumnya. Saya akan berusaha menjalankan tugas dan kewajiban saya sebagai suami dengan baik. Saya harap kita bisa menjalani rumah tangga ini dengan baik hingga dunia berfikir rumah tangga kita penuh dengan kebahagiaan,” Alvin menghela nafas setelah mengucapkan isi hatinya pada Anika yang pasti tidak mendengarnya karena sudah tertidur.             Alvin beranjak menjauh dan tidur di sofa tidak jauh dari tempat tidur. Alvin menatap langit-langit kamar pengantinnya dengan pandangan kosong. Memikirkan entah bagaimana rumah tangganya nanti bersama Anika. Alvin pun memejamkan matanya dan perlahan tapi pasti Alvin pun terlelap dan masuk kedalam dunia mimpi.             Tidak jauh dari tempat Alvin. Anika yang terlihat tertidur sebenarnya hanya memejamkan matanya saja. Anika terlalu bingung jika harus berdua dengan Alvin yang notabene adalah suaminya saat ini. Pernikahan Anika dan Alvin tidak seperti pernikahan pada umumnya. Pernikahan ini hanya sementara membuat Anika bingung bagaimana harus bersikap.             Anika bukan perempuan naif. Anika tau betul bahwa dia harus menjaga hatinya sendiri. Memiliki suami seperti Alvin dan tinggal bersama bisa membuat Anika terbiasa dan jatuh cinta pada suaminya sendiri. Anika bukannya tidak mau jatuh cinta tapi jika Anika jatuh cinta pada Alvin sudah jelas Alvin akan menolak cintanya karena dari awal Alvin sudah jujur mengatakan bahwa hati Alvin sudah dimiliki oleh Wanita lain dan Anika tidak bodoh untuk memberikan hatinya pada pria yang sudah pasti akan menolak cintanya.             Anika mendengar semua yang Alvin ucapkan namun bukannya merasa lega mendengar ucapan Alvin, hati Anika justru seakan teriris perih. Entah bagaimana pernikahannya nanti. Anika hanya bisa pasrah pada jalan cerita kehidupannya yang sudah digariskan si pemilik kehidupan.             Anika menangis dalam diam. Hari ini hari ulang tahunnya dan hari ini adalah hari pernikahannya. Dihari ini juga masa depannya seakan runtuh. Anika menangisi nasibnya dalam diam. Anika bingung bagaimana kehidupannya sehabis ini.              Ya Tuhan kuatkanlah hatiku ini.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD