Tok .. Tok ..
“Yang Mulia, kami sudah datang.”
Rhaella membalas. “Masuklah.”
Pintu ruangan terbuka, menampakkan sosok Nino Azkar dan Horus Lubov yang melangkah masuk. Keduanya mempunyai fitur wajah rupawan yang dapat menyilaukan mata. Jika wajah Nino terlihat lembut dan halus, maka wajah Horus tampak lebih tajam dan tegas.
Semua wanita yang melihat kedua selir ini pasti akan merasa bila Rhaella merupakan wanita yang beruntung karena mampu menaklukan dua pria gemilang.
Di belakang mereka, Dasha dan beberapa pelayan juga ingin memasuki ruangan untuk memeriksa kondisi Rhaella. Namun, wanita itu dengan cepat berkata. “Kalian semua keluarlah, biarkan Nino dan Horus yang menemaniku di sini.”
Dasha dengan cepat mendorong para pelayan untuk mundur, kemudian membungkukkan kepalanya sedikit. “Kalau begitu saya undur diri, Yang Mulia.”
Sebelum Dasha menutup pintu, kepala pelayan itu sempat menggelengkan kepalanya sebab berpikir Rhaella sudah tidak waras. Bagaimana mungkin dia sanggup bermain bersama dua pria dengan tubuhnya yang ringkih itu?
Dasha tidak tahu dan sejujurnya juga tidak mau tahu.
Dasha setidaknya sudah melayani Rhaella sejak wanita itu masih sangat muda. Dahulu dia berpikir bila Rhaella akan tumbuh menjadi wanita anggun yang lembun dan bijaksana. Tapi, siapa yang menyangka bila gadis kecil itu akan tumbuh menjadi wanita yang kasar dan tak tahu malu.
Begitu pintu tertutup, Nino langsung tertawa kecil. “Yang Mulia, tampaknya para pelayan semakin salah paham kepadamu. Apa Anda tidak melihat wajah kepala pelayan itu tadi? Dia pasti sedang bertanya – tanya bagaimana bisa Anda melayani dua pria sekaligus!”
“Nino, jaga ucapanmu,” peringat Horus.
Nino berdecak, “Horus, kau selalu saja kaku.”
Rhaella bangkit dari tempat tidur, kemudian berjalan ke sofa yang ada di samping jendela. “Cepat duduk dan tuangkan aku teh.”
“Yang Mulia, wajahmu terlihat pucat. Apa kesehatan Anda memburuk lagi?” tanya Horus seraya duduk di hadapan Rhaella.
Nino lantas menuangkan secangkir teh, lalu memberikannya kepada Rhaella. “Kenapa langsung memanggil kami begitu Anda datang? Tubuh Anda pasti tidak nyaman setelah menempuh perjalanan jauh ke istana utama.”
Rhaella balik bertanya, “Kalian pasti sudah mendengar peristiwa yang terjadi di rapat istana, kan?”
Nino tersenyum, kemudian menatap Rhaella dengan bangga. “Tentu saja tahu, mana mungkin ada berita besar yang luput dari pendengaran saya.”
“Saya juga sudah mendengar keributan yang Anda lakukan di halaman depan,” Nino melanjutkan. “Kesehatan Anda memburuk pasti karena kelepasan menggunakan kekuatan spiritual, bukan? Yang Mulia, Anda seharusnya tidak bertindak terlalu jauh.”
Bulu mata Rhaella jatuh saat dia merunduk, pandangan matanya mengarah ke uap panas yang menguar dari dalam cangkir teh. “Lantas aku harus bagaimana? Selain Dasha yang sudah menemaniku sejak kecil, seluruh pelayan, prajurit, dan penjaga yang ada di rumah ini merupakan bawahan dari Kaisar. Jika aku tidak berperilaku kasar kepada Rullin, mereka mungkin akan menyebarkan rumor bahwa aku memang bersekutu dengan Negara Alcander.”
Rhaella tidak menyukai kekerasan tanpa nurani. Namun, dia juga mampu menghapus nuraninya demi menyelamatkan namanya.
Rhaella menghela napas. “Kaisar itu … benar – benar membuat kepalaku sakit. Bahkan aku harus membuat kalian menjadi selirku supaya tidak dicurigai.”
“Yang Mulia, menjadi selir Anda juga tidak buruk. Kami mendapatkan halaman yang bagus di istana barat dan semua pelayan juga bersikap baik kepada kami,” kata Nino.
“Itu karena para pelayan berpikir aku mencintai kalian.”
“Bukannya memang iya?” gurau Nino.
Rhaella hanya tertawa sebagai jawaban. Status selir yang ia berikan kepada Nino dan Horus hanyalah sebatas kepalsuan belaka. Nyatanya, mereka berdua merupakan kaki tangan Rhaella yang akan membantu wanita itu di belakang layar, membuat mereka menjadi orang yang sangat dipercayai oleh Rhaella.
Sebelum menjadi bawahan Rhaella, Nino Azkar merupakan seorang mantan mata – mata di pasukan khusus Negara Derron. Tiga tahun yang lalu, identitas aslinya diketahui oleh salah satu bawahan Rhaella. Saat itu, bila Rhaella melaporkan Nino ke Kaisar Milana, maka pria itu akan langsung mati di tiang gantungan. Akan tetapi, Rhaella tidak melaporkan Nino karena merasa pria itu masih terlalu muda untuk mati dan bakatnya juga terlalu bagus untuk disia – siakan.
Pada akhirnya, Rhaella memberikan kesempatan kepada Nino untuk menjadi pasukan rahasianya supaya tidak dihukum mati. Awalnya Nino membenci Rhaella karena sudah menjadikannya sebagai tawanan, tetapi lambat laun dia mulai menumbuhkan rasa hormat setelah bekerja dengan wanita itu selama dua bulan.
Sedangkan Horus Lubov merupakan seorang ketua suku barbar yang dahulu seringkali membuat kerusuhan di berbagai wilayah kerajaan. Untuk menangkap Horus, pria itu ingin beradu tanding dengan Rhaella. Apabila wanita itu menang, maka dia dan seluruh anggota sukunya rela mati, tapi jika Rhaella kalah, maka Rhaella yang harus mati.
Tentu Rhaella dengan mudah menyetujui dan memenangkan pertandingan hanya dalam waktu 20 menit. Usai kekalahan itu, Horus dan seluruh anggota sukunya ingin bunuh diri, tapi Rhaella menghentikan upaya bunuh diri mereka dan merubah hukuman menjadi bawahan Rhaella.
Kedua pria yang ada di hadapannya itu dahulu merupakan musuh yang ingin membunuh Rhaella, tapi kini menjadi orang yang sangat menghormati Rhaella.
“Sekarang ini Kaisar Alcander telah menjadi b***k Anda. Dia pasti merasa begitu rendah dan mempunyai rencana licik di kepalanya untuk membunuh Anda di masa depan. Apa yang akan Anda lakukan untuk mencegah hal itu?” tanya Horus.
“Aku tahu,” Rhaella berkata, “Rullin Vedenin merupakan seseorang yang tidak bisa diremehkan. Meski inti spiritualnya telah dihancurkan sehingga dia tidak bisa menggunakan sihir lagi, Rullin pasti mempunyai segudang rencana untuk membunuhku dan Kaisar nanti.”
Nino menatap Rhaella dengan serius, “Kalau begitu, kenapa Anda tidak membunuhnya lebih dahulu untuk mencegah bencana?”
Rhaella mengetukkan jarinya di atas cangkir, pertanda bahwa dia sedang memikirkan sesuatu. “Alih-alih membunuhnya, aku ingin memanfaatkan Rullin untuk menjatuhkan Yeva.”
Baik Nino dan Horus sama-sama membelalakan matanya. Secara reflek, Horus segera melingkupi ruangan itu dengan sihir penghalang suara untuk memastikan pembicaraan mereka benar-benar tidak akan bocor.
“Yang Mulia, bagaimana mungkin hal itu bisa dilakukan? Kaisar Alcander bukanlah orang yang senang bekerja sama untuk meraih kemenangan. Lagipula, bukankah dia sudah tidak mempunyai kekuatan spiritual lagi? Memangnya dia masih bisa diandalkan?!” seru Nino.
Rhaella tertawa, “Nino, kamu terlalu meremehkannya. Jangan mengkhawatirkan inti spiritualnya, aku akan segera mencari solusi untuk menyembuhkan Rullin.”
Horus, “Anggaplah Anda mampu menyembuhkan Kaisar Alcander, lalu setelahnya apa? Bisa saja dia malah membunuh Anda setelah kekuatannya kembali.”
“Tidak akan,” Rhaella meminum tehnya sekali, kemudian meletakan cangkir ke atas meja, “Karena aku sedang memegang sesuatu yang berharga untuk Rullin.”
Nino dan Horus lantas tidak lagi meragukan Rhaella. Meski wanita itu tidak mengatakan hal apa yang mampu menundukkan Rullin, mereka percaya bahwa Rhaella pasti tidak melakukan sesuatu dengan gegabah.
Mereka juga sedikitnya paham alasan Rhaella ingin memanfaatkan Rullin untuk menjatuhkan Yeva. Yeva Rhoxolany telah banyak menghina harga diri Rhaella sejak jabatannya jatuh, sebab itu Rhaella menyimpan begitu banyak amarah dan dendam di dalam hatinya kepada Yeva.
Sayangnya, Rhaella tidak memiliki kemampuan sekuat dahulu, sehingga dia kini ingin memanfaatkan orang lain untuk menjatuhkan Yeva.
Setelah membicarakan Rullin, Rhaella mengubah topik pembicaraan mereka menuju para pejabat istana yang tadi menghadiri rapat.
Rhaella meletakkan buku tak senonoh yang tadi ia baca ke atas meja, kemudian mendorongnya ke hadapan Nino. “Baca sendiri.”
Nino sedikit meringis saat membaca judul di atas sampul buku tersebut. “Yang Mulia, setidaknya gunakan sampul lain. Kepalaku langsung memikirkan ukuran kejantanan para pria begitu membaca judulnya, rasanya sangat menjijikan!”
Rhaella, “Kalau begitu jangan dipikirkan. Lagipula kamu itu juga pria, kenapa harus jijik saat melihat barang yang kau punya sendiri?”
“Yang Mulia! Bagaimana bisa Anda menyamakan seluruh kejantanan pria? Punyaku mungkin lebih besar daripada milik Horus!”
“Nino! Demi Dewa Langit! lebih baik kau tutup mulutmu itu!” bentak Horus kesal.
Nino akhirnya menutup mulutnya rapat – rapat dan mulai membuka buku j*****m tersebut. Ketika ia membukanya, sederetan tulisan yang rapih tertera di atas kertas. Tulisan – tulisan itu memuat nama – nama para pejabat istana serta catatan dari masing – masing sikap mereka di istana.
“Itu rangkuman rapat istana hari ini. Menurutku, ada beberapa dari mereka yang memberikan laporan palsu, terutama menteri perdagangan Earl Harry Farand. Laporan barang yang berhasil ia dagangkan sangat meningkat jika dibandingkan dengan bulan lalu, cepat selidiki dia, pastikan kalau perdagangan negara benar – benar naik secara normal atau naik karena ada sesuatu yang salah.”
Nino mendecih, “Menteri satu ini sangat luar biasa. Dia sangat ingin mencari muka di depan Kaisar sehingga seringkali melakukan berbagai cara untuk memenuhi target perdagangan.”
Rhaella mengangguk, “Takutnya dia tidak memenuhi target penjualan, tapi menggunakan cara lain untuk mendapatkan uang yang bisa menutupi hasil penjualan.”
“Ada banyak perdagangan manusia akhir – akhir ini, aku curiga Earl Farrand turut terlibat,” lanjut Rhaella.
“Jangan khawatir, Yang Mulia. Saya pasti akan meminta beberapa mata – mata kita untuk mengikuti Earl Farrand,” kata Nino.
“Ya, aku akan menantikan laporanmu.”
Setelah menutup buku, Nino kembali bertanya, kali ini intonasi suaranya terdengar khawatir. “Hari ini adalah hari pertama Anda kembali menginjakkan kaki di rapat istana, apakah ada peristiwa buruk lain yang tidak kami ketahui?”
“Ada,” Rhaella mengetuk cangkir di tangannya, “Pelayan istana memberikanku teh beracun.”
“Racun?! Anda yakin itu racun?!” seru Nino seraya menggebrak meja.
“Ketika pelayan istana ingin menuangkan teh, tanpa sengaja ia menumpahkan beberapa tetes teh ke atas meja. Saat itu, aku bisa melihat ada kepulan asap tipis yang menguar dari tetesan teh tersebut.”
Horus terkejut, “Asap? Racun yang mengeluarkan asap adalah jenis racun yang sangat keras dan menyakitkan. Yang Mulia, orang yang ingin mencelakai Anda pasti mempunyai kebencian yang tinggi kepada Anda.”
“Menurut kalian siapa? Yeva atau Erik? Hmm … apa mungkin keduanya?”
“Hanya Yang Mulia Kaisar yang memiliki wewenang untuk mengatur makanan yang akan disajikan kepada tamu undangan rapat. Jadi, rasanya kita sudah bisa menyimpulkan siapa yang ingin meracuni Anda,” jelas Nino.
“Yeva— sepertinya dia memang mempunyai kebencian yang besar terhadapku. Wajar saja, sejak dahulu Ayah selalu menaruh perhatian lebih kepadaku dan mengabaikan Yeva. Mungkin saja harga dirinya sebagai saudara laki – laki sudah terluka begitu dalam olehku.”
“Yang Mulia, Anda harus lebih berhati – hati ketika mengunjungi istana. Sebaiknya Anda tidak mengkonsumsi apapun daripada tanpa sengaja meminum racun,” peringat Horus.
“Tenang saja, aku tidak akan bisa dibunuh dengan mudah oleh kedua saudaraku itu.”
Alih – alih terbunuh, Rhaella lebih senang jika dia menjadi pembunuh saudara – saudaranya.
Karena tidak ada hal yang ingin dibicarakan lagi, Nino dan Horus meninggalkan ruangan Rhaella, membiarkan wanita itu beristirahat sendirian di dalam ruangannya.
Rhaella melepaskan jubah serta pakaian luarnya, kemudian berbaring di atas tempat tidur karena sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang terus menusuk kepalanya.
Kondisi tubuhnya sudah semakin buruk dari hari ke hari, sebaiknya Rhaella lebih berhati – hati untuk tidak mengeluarkan kekuatan spiritualnya supaya tidak mati dalam waktu dekat.