“Sebenarnya, Mel udah punya pacar tapi ....”
“Dia gak mau tanggung jawab?” Melodi menggeleng.
“Bukan. Dia belum tau soal ini. Hhhmm, masalahnya kami pacaran diam-diam,” gumam Melodi setengah berbisik. Alis Ariel otomatis terangkat. Sekarang ia mengerti apa yang disembunyikan oleh Rexy selama ini. sungguh luar biasa.
“Wah, ini menarik!” ujar batin Ariel. Ariel yang ingin tersenyum lebar kini menunjukkan raut sebaliknya.
“Kenapa diam-diam?” tanya Rexy pura-pura tidak tau.
“Karena dia udah punya calon istri, jadi Mel ....” Melodi jadi ragu untuk jujur pada Ariel.
“Maksudnya dia menjadikan kamu sebagai Sugarbaby, simpanan gitu?” tebak Ariel sangat jitu. Melodi mengangguk dan itu membuat Ariel menaikkan cengir sinis samar-samar. Ariel mendengus samar mengejek pada perilaku Melodi yang tidak seharusnya. Meskipun demikian, Ariel merasa geram dan marah pada sifat Rexy yang memang seorang b******n.
“Rexy, memang gak berubah. Dia masih jadi b******n sama seperti dulu,” umpat batin Ariel.
“Kenapa kamu mau jadi simpanannya dia? Kamu tau kan hubungan seperti itu gak akan ada masa depannya? Kalau dia gak mau tanggung jawab gimana?” Ariel berbalik jadi seperti sedang memarahi Melodi. Melodi pun menunduk dan tak bisa menjawab.
“Maafin Mas, Mel. Mas Ariel bukan ingin memarahi kamu. Ya udah, kita bicara di luar saja. Sebentar, Mas selesaiin administrasi kamu dulu.”
Melodi tidak menjawab. Ia membiarkan Ariel memperhatikannya. Setelah membayar, Ariel akhirnya mengantarkan Melodi kembali ke rumahnya. Sebelum turun dari mobil Ariel masih menasehati Melodi.
“Sekarang apa yang mau kamu lakukan?” tanya Ariel setelah mesin mobilnya dimatikan.
“Mel akan kasih tau pacar Mel soal ini, Mas. Mel berharap dia akan bertanggungjawab,” jawab Melodi.
“Kalau dia menolak?” Melodi menoleh pada Ariel. Ia memandang lama dan tak tau harus menjawab apa.
“Mel, kamu sebentar lagi ujian kelulusan. Kalau kamu terbukti hamil kamu bisa dikeluarkan dari sekolah dan malah gak dapat ijazah. Dia bisa aja ninggalin kamu kapanpun.” Melodi benar-benar tak berfikir sejauh itu ketika menjalin hubungan yang udah kadung jauh bersama Rexy. Padahal tujuan awalnya adalah membuat Fernita kehilangan kekasihnya. Sekarang ia malah terjerat dengan kehamilan yang tidak seharusnya terjadi.
“Trus, Mel harus gimana dong Mas?” Melodi balik bertanya seperti pasrah. Ariel pun menaikkan lengkungan di bibirnya.
“Mas bersedia bantu kamu. Tapi ... kita pacaran.” Melodi balas membesarkan matanya. Kenapa jadi seperti ini?
“Maksud Mas Ariel?” Ariel mengangguk dengan yakin.
“Mas mau kita pacaran. Kita gak perlu sembunyi-sembunyi seperti yang dilakukan sama pacar kamu itu. Kita akan cari cara untuk mengatasi kehamilan kamu sama-sama, gimana?” Melodi terdiam dan masih memandang Ariel.
“Tapi ... pacar Mel pasti akan tanggung jawab kok, Mas. Mel gak mungkin pacaran sama orang lain sementara Mel hamil sama dia,” ujar Melodi menolak. Ariel tidak tampak terkejut. Ia hanya bersikap arogan seperti biasa. Tidak mengangguk atau menggeleng kecewa.
“Maafin, Mel, Mas Ariel. Dan juga makasih udah nolongin Mel hari ini.” Melodi tidak memperpanjang pembicaraan itu. Ia langsung keluar dari mobil Ariel. Ariel pun ikut keluar dan memanggil Melodi. Melodi yang hendak masuk ke rumah kembali berbalik pada Ariel.
“Aku suka sama kamu. beneran,” ucap Ariel memberikan pengakuan yang membuat Melodi semakin kebingungan. Bola mata Melodi sampai berputar karena kebingungan.
“Maksud Mas Ariel?” tanya Melodi masih menunjukkan kebingungan di wajahnya yang polos.
“Kalau dia gak mau tanggung jawab, kasih tahu Mas.” Melodi masih bingung mengernyit menatap Ariel. Memangnya apa yang akan dilakukan Ariel padanya jika Rexy tidak mau bertanggung jawab? Ariel tidak bicara lagi selain tersenyum. Melodi tidak mau memperpanjang percakapan mereka. Ia berbalik dan berjalan kembali untuk segera masuk ke rumahnya. Ariel hanya diam memperhatikan Melodi sampai gadis itu masuk ke rumahnya. Ia sempat menoleh ke kiri dan kanan sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.
“Rexy, kali ini gue yang akan menang. Gue akan bikin hidup lo hancur!” gumam Ariel dengan cengiran jahat lalu menoleh ke arah rumah Sofia Melodi menghidupkan mobil dan melajukannya kembali. Ia sudah punya banyak rencana bagus kali ini.
Sementara itu, Melodi masuk ke kamarnya untuk menyimpan hasil tes itu di salah satu laci mejanya. Ia harus mencari cara untuk bisa memberitahukan Rexy mengenai kehamilannya.
Beberapa hari kemudian, Melodi mendapat kunjungan tidak terduga dari Neneknya, Hera. Ibu kandung Feri itu bisa dikatakan sudah lama meninggalkan anaknya semenjak Feri bangkrut. Ia tak pernah datang melihat putranya karena ia tak lagi memiliki uang seperti dulu. Tapi kini tiba-tiba ia datang ke rumah anaknya. Melodi yang sudah lama tidak melihat neneknya, tersenyum saat melihat akhirnya wanita itu datang.
Melodi sangat senang akhirnya neneknya datang berkunjung. Ia bersikap ramah dan menjamu dengan baik. Padahal Hera sesungguhnya datang agar Melodi mau menerima menikah dengan pengusaha kayu tersebut. Erni sudah menghubungi Hera dan membujuknya. Dua wanita mata duitan itu rela bekerja sama untuk menjual Melodi pada pria tua.
“Kamu sudah punya pacar?” tanya Hera dengan sikap angkuhnya pada Melodi yang duduk di bawah. Melodi menggelengkan kepalanya. Feri yang ikut duduk di kursi tak jauh dari ibunya mengernyit kala mendengar pertanyaan seperti itu.
“Kenapa Mama tanya begitu?” Feri balik mengomentari.
“Ya, gak salah dong kalau Mama khawatir Melodi gak dapat calon suami yang mapan. Mau jadi apa dia!” Hera masih dengan ketus dan sombongnya melirik sinis pada Melodi. Melodi belum menjawab dan mulai heran melihat neneknya.
“Melodi gak mau nikah dulu. Mel mau sekolah,” jawab Melodi pada akhirnya. Ada rasa tidak senang timbul di hatinya. Mata Hera langsung mendelik tak suka.
“Bukannya kamu sudah dilamar sama juragan kayu di kota? Mama kamu bilang begitu kan?” Hera masih sinis mendesak. Feri mengernyit kebingungan lalu menoleh pada Melodi. Melodi menggeleng. Pandangan matanya kini berubah tajam tanda tidak suka.
“Udah, habis tamat SMK kamu nikah aja sama dia. Toh dia juga udah tua, bentar lagi juga mati!” imbuh Hera dengan sinis dan santainya.
“Gak, pokoknya Mel gak mau!” Melodi menyahut kerascdan itu membuat Hera jadi kesal seketika.
“Apa kamu bilang! Berani benar kamu bicara gak sopan sama aku. Aku ini Mbahmu!” tunjuk Hera dengan mata menyalak marah. ia marah pada Melodi yang menolak menikah padahal Hera sudah membayangkan akan mendapatkan uang dari pernikahan tersebut.
“Ma, kenapa Mama jadi memaksa Melodi seperti itu? Biarin dia melakukan yang ia mau, lagipula ia masih terlalu muda untuk menikah,” ujar Feri ikut membantah.
“Kalian berdua sama aja. Dikasih uang banyak gak mau, bodoh!” umpat Hera pada putra dan cucu perempuannya. Hera yang mengambek akhirnya memilih untuk pergi ke belakang rumah.
Melodi yang kesal hendak membalas tapi Feri cepat menghalanginya. Ia menggelengkan kepala pada Melodi memintanya tidak meneruskan lagi pembicaraan soal hal itu.
“Apa benar Mama kamu meminta kamu menikah sama juragan kayu?” tanya Feri mengkonfirmasi pada Melodi. Melodi memajukan bibirnya dan mengangguk.
“Tapi Mel gak mau, Pa! Enak saja Mama mau jual Mel sama pria tua.” Melodi ketus mengomel dengan kesal. Ia mengambek dan memilih keluar dari rumah untuk menenangkan diri. sedangkan Feri hanya bisa sedih menatap nasib Melodi yang malang. Ibunya Hera masih ada di belakang dan belum kembali. Daripada nantinya berdebat, Feri pun memilih keluar sejenak.
Di dapur, Hera sedang duduk memikirkan strategi apa yang harus ia lakukan. Pembicaraannya dan Erni masih melekat di pikirannya. Hera pun kembali ke dalam dan mengendap masuk ke kamar Melodi.
“Pasti anak itu udah punya pacar makanya gak mau nikah sama laki-laki lain. Aku harus cari tau siapa dia!” gumam Hera mulai memeriksa kamar Melodi. Setelah beberapa saat, Hera malah mendapatkan hasil tes kehamilan Melodi. Hera langsung melotot kesal dan marah.
“Dasar cucu durhaka. Rupanya dia sedang hamil!” Hera menggeram marah dan kesal. Ia tidak menyangka jika Melodi sedang hamil di luar nikah.
“Aku gak boleh biarkan ini terjadi. Aku gak mau Feri jadi kena karma dari anak sialan itu. uh, aku benci dia!”
Hera lalu kembali ke dapur. Dia mengambil beberapa bumbu dapur untuk membuat kunyit asam, sejenis jamu yang bisa melancarkan datang bulan sekaligus bisa menggugurkan kandungan. Hera juga mencampurkan dengan bahan lain yang ia tahu jauh lebih keras dan berbahaya. Ia harus membuat Melodi meminumnya segera.
Setelah Melodi kembali, ia langsung masuk kamar. Hera pun tersenyum kala meminta ijin masuk ke kamar Melodi.
“Maafin Nenek ya. Gak seharusnya Nenek maksain kamu menikah. Ternyata kamu sudah punya pacar ya?” tanya Hera seperti sedang berbasa-basi. Melodi hanya diam dan cemberut. Hera mendekat perlahan dan mengusap sisi pundaknya. Ia meletakkan gelas berisi jamu tersebut di depan Melodi.
“Aku gak mau menikah sama pria lain, Nek. Aku mau menikah sama pacarku,” jawab Melodi akhirnya mengaku. Hera mengulum bibir dan memaksakan tersenyum. ia mengangguk samar dan mendekat lagi.
“Siapa nama pacar kamu?” tanya Hera penasaran.
“Nenek ga kenal.”
“Masa? Siapa tahu Nenek kenal? Apa dia orang kaya?” Melodi agak ragu tapi akhirnya mengangguk. Hera sedikit memicing. Sepertinya kecurigaan Erni tentang pacar Melodi terbukti. Ia tidak akan mau menikah dengan pria kaya tanggung seperti juragan kayu jika bukan karena sudah menjadi simpanan pria yang lebih kaya.
“Siapa namanya?” Hera bertanya lebih dalam. Ia harus mendapatkan identitas pria itu secepatnya. Melodi berpikir sejenak dan menggeleng. Ia tidak mau buka mulut. Hera makin memicing tak suka tetapi ia tetapi memberikan senyuman.
“Ya sudah kalau kamu gak mau cerita, gak apa. Ini ... untuk kamu. ayo diminum.” Hera menyodorkan pada Melodi. Melodi mengernyit melihat minuman yang cukup keruh itu di depannya.
“Apa ini, Nek?”
“Jamu, bagus buat kamu. ayo minum.” Hera menyodorkan pada Melodi.
“Gak usah, Nek. Nanti saja ....” Melodi menolak.
“Uda minum saja sekarang. bagus kok buat kesehatan kamu. Biar kamu gak gampang sakit kayak Papa kamu.” Hera separuh memaksa Melodi untuk minum dan Melodi terpaksa melakukannya. Ia terlalu polos untuk mengetahui jika sembarang jamu bisa membahayakan kandungannya.
Setelah minum dengan rasa yang tidak enak, Hera akhirnya keluar dari kamar Melodi. Melodi masih merasakan pahit di lidahnya. Ia mencoba mengabaikan sampai beberapa menit kemudian perutnya terasa tidak enak. Awalnya Melodi mengabaikan tetapi lama kelamaan rasa sakit itu makin terasa.
“Mel, kamu kenapa, nak?” tanya Feri panik begitu melihat Melodi sampai jatuh ke lantai menahan rasa sakit di perutnya. Hera datang berpura-pura ikut panik dan menolong.
“Apa ini? Kenapa banyak darah dari kaki kamu?” Namun belum sempat Melodi menanggapi ia sudah keburu pingsan.
“Melodi ... Melodi!”