Chapter 13 | Akhir Dari Sutradara Dzalim
POV Ethan Kal Vardhan
“Kau mabuk?” aku yang baru saja akan memasukan kode pintu justru bertemu Zeina. Gadis yang berdiri di sampingku itu menoleh dan menggeleng kecil “Aku tidak sengaja minum sedikit” jawabnya dengan pandangan mata yang tidak fokus. “Bagus sekali, belum lama ini kau menjalankan operasi dan sekarang sudah minum alkohol” Zeina mengetuk pintu.
“Halo” panggilnya membuatku menyingkirkan kepalanya untuk membuka pintu.
Brukkk
Saat hendak masuk gadis itu malah terjatuh. Aku berdiri di ambang pintu dan memperhatikannya yang bangun sambil bertumpu pada dinding. Setelahnya Zeina masuk ke dalam mendahului diriku. Zeina melepaskan sepatunya dan menaruh dengan simetris sebelum masuk.
Dia tetap pada kebiasaannya selama ini, bahkan ketika dia sedang mabuk.
Zeina langsung berjalan ke dalam kamarnya tanpa menutup pintu. Aku berjalan ke arah kamar yang berhadapan dengan kamarnya. Aku memperhatikan dirinya yang tengah meletakan tas di lemari tasnya sebelum naik ke atas tempat tidurnya.
Aku melihatnya selama beberapa saat, aku kemudian menutup pintu kamarnya sebelum masuk ke kamarku. Begitu selesai membersihkan diri dan naik ke atas tempat tidur, aku membuka ponselku dan mencari karya pertamanya dengan judul Gadis Porselen di Balik Jeruji Besi yang rupanya terjual dengan nilai fantastis. Lukisan yang menampilkan seorang gadis yang terkurung dalam ruang jeruji besi dengan dinding, lantai, dan atap cermin yang memantulkan perwujudan gadis itu. Lukisan pertama yang dijualnya itu menggemparkan dunia persenian dan sesuai dengan perkataannya, dia mendapatkan predikat pelukis jenius dalam waktu singkat. Aku juga melihat video-video lamanya saat mengikuti kompetisi dan pameran, dia terlihat sangat dingin dan suram.
Saat melihat video-video lain, aku menemukan video lamanya saat masih menjadi balerina. “Aku menonton pertunjukan ini” gumamku sambil membuka video itu dan melihat bagaimana tubuhnya menari dengan ringan di tengah lantunan musik. Senyuman yang cerah, mata yang penuh binar dan raut wajah yang berseri. Zeina begitu bersinar saat dirinya masih menjadi seorang balerina.
Aku salah satu orang yang melihat seberapa jauh dirinya dari pandangan.
“Orang yang seperti ini, bisa berubah begitu banyak” bisikku sambil kembali membuka dokumenter yang menampilkan dirinya. Aku membuka episode ketiga dengan judul Hukum Peradilan.
Kali ini layar menampilkan Zeina. Dia terlihat lebih dewasa dari sebelumnya, mungkin waktu telah berlalu lama sampai episode kedua di upload.
“Ini akan menjadi episode terakhir. Aku tidak tahu bahwa selama ini dia merekam dan mengirimkan semuanya pada ayahku. Aku merekam bagian ini dengan kamera terakhir Reynand, karena semua miliknya telah hancur. Tentu bukan aku yang menghancurkannya” Kini layar menampilkan saat makan malam dimana Zeina terlihat tengah makan bersama Reynand dan kedua orang tuanya. Tampaknya Reynand yang menyembunyikan kamera itu karena dia sempat melambai ke arah kamera dengan raut wajah senang.
“Paman boleh aku bertanya?” Pria yang merupakan ayah dari Reynand itu tersenyum dan menatap Zeina sambil menantikan pertanyaan apa yang akan ditanyakannya.
“Karena paman menjadi dokter bedah yang sangat hebat, aku kira Reynand juga akan mengikuti jejak kehebatan paman. Tapi aku tidak tahu bahwa Reynand akan memilih profesi lain” Mendengar ucapan Zeina, baik Reynand maupun kedua orang tuanya terlihat menata Zeina penuh tanya.
Air muka Reynand terlihat tidak karuan dan tampak lebih tegang. “Apa maksudmu? Reynand bahkan sudah mulai mempelajari semua ilmu kedokteran sekarang. Kemarin dia bahkan habis membeli buku kedokteran baru, benar kan Reynand” ayah nya bertanya sambil menatap penuh harap.
Reynand mengangguk dengan bersemangat dan Zeina tersenyum dengan manis ke arah pria yang merupakan ayah Reynand itu. “Ah uang yang kemarin, Reynand menggunakan uang itu untuk membeli kamera kecil yang bisa disembunyikannya dengan mudah. Seperti contohnya yang itu” Zeina menghadap kamera dan melambaikan tangan.
“Apa maksudmu?” tanya ayah Reynand meminta penjelasan. “Paman tidak tahu? Reynand ingin menjadi seorang sutradara. Dia bahkan memiliki banyak riset di komputernya, aku cukup terkejut saat melihat jenis film yang akan digelutinya” Reynand menatap Zeina kerenan tidak mengerti. “Ah paman bisa mengeceknya sendiri jika mau” ujar Zeina sambil tersenyum.
Ayah Reynand menatap putranya selama beberapa saat sebelum beranjak dan berjalan menuju kamar Reynand. Reynand terlihat panik dan bergegas mengikuti ayahnya, begitu pula dengan ibunya.
Sedangkan Zeina berjalan ke arah kamera dan merekam semua yang terjadi. Bagaimana saat sang paman menemukan semua file film porno dan mengamuk sambil menghancurkan semua kamera mahal Reynand yang selama ini dibelinya dari hasil bekerja paruh waktu.
“Pekerjaan semacam ini? Kau mau menjadi pembuat film porno? Kau sudah gila!” teriak ayah Reynand naik pitam. Reynand menggeleng sambil berlutut “Tidak, ayah aku hanya akan menjadi sutradara dokumenter dan film beberapa genre. Bukan film porno” Zeina yang semula mengintip dari luar sambil merekam kini masuk ke dalam.
“Apa maksudmu? Kau bilang, semua file itu adalah file riset untuk masa depan. Kau benar-benar diluar dugaan Reynand, aku kira kau akan sekeren ayahmu” Reynand menatap Zeina sambil bersujud di hadapan ayahnya. Sebuah pukulan hampir saja pemuda itu dapatkan kalau saja sang istri tidak mencegah. Membawa suaminya, ibu Reynand baru saja menyelamatkan putranya.
Saat hanya berdua, Zeina menaruh kamera sebelum mendatangi Reynand yang tengah memeluk kamera-kamera mahalnya yang telah hancur berantakan sambil berlinang air mata.
Zeina kemudian melihat ke arah kamera dan tersenyum kecil sambil mengelus pundak Reynand. “Bagaimana ini, kau sudah tujuh belas tahun, apa sekarang sudah terlambat berganti keahlian? Orang-orang yang berbakat menjadi sutradara sudah memegang kamera bahkan sebelum mereka bisa memotret. Kau bisa tertinggal jika seperti ini” Reynand menatap Zeina tajam sambil memeluk kuat kamera-kameranya yang telah hancur berantakan.
“Kau jahat sekali” gumamnya dengan tetesan air mata yang terus mengalir. “Kau merekamku, memberikan semua informasi tentangku dan video-videoku pada ayahku tapi masih mengupload file yang kau sebut dengan dokumenter ini ke YouTube. Mengambil keuntungan dengan menjual kisah orang lain adalah cara paling hina untuk mendapatkan uang” Zeina mengelus surai Reynand sebelum akhirnya memaksanya menoleh ke arah kamera.
“Aku hanya membantumu menjual kisahmu sendiri” Reynand menatap kameranya dan semakin menangis. “Bayi-bayiku telah tiada” rengeknya sambil meratapi sisa-sisa pecahan kamera-kamera mahalnya yang telah dihancurkan.
“Aku tidak akan menuntutmu, selama kau akhiri apapun yang kau sebut sebagai dokumenter ini dengan kisahmu sendiri. Lambaikan tangan” Zeina mengangkat tangan Reynand dan tersenyum sambil bangkit dan mendekati kamera.
“Sad Ending” ujarnya sebelum pergi meninggalkan Reynand.
Suasana dalam kamar yang kacau itu akhirnya berakhir. Kini Reynand berada di depan kamera dengan mata sembab yang memerah.
“Awal dari dokumenter ini adalah misi dimana aku harus membuat Jia menangis” Reynand tiba-tiba merasakan kesedihan mendalam mengingat kondisi bayi-bayinya saat ini.
“Dia tidak memperdulikan sosial media, tapi karena episode satu sampai enam yang aku upload sangat viral. Dia jadi mengetahui perbuatanku” Reynand menunduk dan menarik nafas dalam-dalam. “Aku akan menarik episode tiga, empat, lima dan enam. Sebenarnya ini adalah episode ke tujuh, tapi dia akan menuntut jika aku tidak menurut. Aku takut sekali, dia sangat seram saat marah” Reynand menyeka air matanya dan tersenyum.
“Aku tetap menjalankan pekerjaan paruh waktuku, hanya saja tidak akan ada lagi keteledoran dimana aku menguploadnya. Pekerjaan paruh waktu ini masih berlanjut, banyak sekali yang harus kulakukan. Menjauhkannya dari pergaulan bebas, memastikan dia tidak didekati lelaki hidung belang, mencarikannya teman, astaga lama-lama ayahnya akan mengubahku menjadi seorang pengasuh” Reynand kembali menangis.
“Aku butuh biaya untuk kuliah, aku tidak bisa menentangnya. Ayahku akan mencoretku dari kartu keluarga. Penyihir itu benar-benar mengambil tempatku” Reynand menggeleng kecil.
“Dia juga ingin aku memasukan bagian memalukan lainnya, bagian memalukan yang akan menjadi penutup dokumenter ini. Lagi-lagi jika aku tidak menurut dia akan menuntunku, sialnya aku memang pantas dituntut” Reynand menggeleng kecil. “Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja meski hal ini tersebar”.
Kini layar menampilkan Reynand yang baru saja selesai melakukan record untuk channel gamenya. Dengan kamera yang masih belum dimatikannya. Setelah tampak menggerakan mouse untuk membuka beberapa file di layar komputernya, Reynand terlihat berdehem kecil sambil melirik ke arah bawah.
“Dimana tisuku?” tanyanya sambil bangkit dan mencari-cari keberadaan tisu. Reynand yang tidak menemukan keberadaan benda itu akhirnya berjalan keluar kamar untuk mencarinya.
Lalu tidak lama setelahnya Zeina masuk ke dalam kamar dan mendesah kesal. “Kemana b******n itu. Beraninya mencari uang dengan mengupload videoku” Zeina langsung duduk di kursi Reynand dan terdengar sedang melakukan sambungan telepon. “Sebenarnya itu video yang menggemaskan, nenek suka melihatnya” Zeina meletakan ponselnya dan mendesah kesal.
“Jika dia menerima uang dengan merekamnya dan memberikan untuk ayah aku tidak masalah. Tapi dia juga menyebarkannya kepada semua orang. Aku merasa diriku seperti buku yang terbuka, aku benci saat orang lain bersikap seolah mengenal diriku. Semua itu karena kelakuannya” Zeina mengangkat ponselnya “Nenek aku akan menghapus semua file yang dimilikinya, nanti akan aku telpon lagi yah” Zeina melambaikan tangan sebelum mematikan sambungan panggilan video itu.
Matanya kembali fokus pada layar. “Misi pertama, membuatku menangis? Kening dan kakiku sampai terluka. Aku juga ingin membuatnya menangis, tapi tidak tahu caranya” keluh Zeina sambil membuka beberapa file lain. Sampai akhirnya matanya mengerjap keheranan.
“Apa ini?” Zeina membuka file itu dan suara desahan mulai terdengar.
Wajah Zeina membeku dan matanya terbelalak dengan pipi yang memerah. “Mereka sedang apa?” gumamnya dengan mata yang membulat terkejut. Terlebih saat suara jeritan dari wanita terdengar kencang hingga membuat telinga Zeina ikut memerah.
Reynand yang baru kembali ke kamarnya terkejut dan buru-buru menutup mata Zeina dengan panik. “Apa yang kau lakukan dikamarku? Kau tidak tahu kita sudah dewasa! Dilarang masuk dan menyentuh barang masing-masing” Reynand langsung menarik kabel-kabel di bawah kaki Zeina dan terlihat tersenggal-senggal dengan nafas memburu. Reynand melepaskan tangannya yang semula menutup mata Zeina.
Zeina menoleh dengan canggung pada Reynand.
“Lupakan semua yang kau lihat. Jangan menatapku seperti itu!” Zeina menalan ludah dengan paksa. “ Itu tadi s*x? Kenapa pria itu memukul si wanita?” Reynand memalingkan wajahnya yang memerah. “Jangan salah paham, ini hanya untuk riset masa depan” Zeina menarik kemeja Reynand, membuat Reynand kembali menoleh menatap Zeina.
“Kenapa wanita itu berteriak? Apa memang sesakit itu?” Reynand menelan ludah, dan berdehem kecil. “Aku juga tidak tahu. Kau, mau mencobanya?” Zeina mengernyit dan mengambil vas bunga–menghantamnya pada kepala Reynand hingga pecah dan membuat kepalanya berdarah.
“Kau, ternyata berotak kotor”.
“JIKA TIDAK MAU MAKA SEHARUSNYA JANGAN MENATAPKU SEPERTI ITU, DASAR BODOH!”
“i***t” balas Zeina.
TAMAT