Setelah itu, dia memelankan suara dan dengan nada dingin, dia berkata, “Berapa nomormu?” “Apa?” Aku tertegun sejenak mendengarnya. Lamunanku buyar saat dia menggertak supaya aku segera memberitahunya dan melarangku tidak banyak omong-kosong. Setelah aku memberikan nomorku padanya, langsung disimpannya nomor itu dengan sorot mata yang memicing. Setelah itu, dia berkata dengan rasa jijik, “Pertama, aku akan membantumu menyelesaikan masalah dengan wanita itu. Jadi, tunggu sampai kuhubungi.” Kala aku berjalan kembali ke klub, suasana hatiku campur aduk. Mbak Eri bukanlah wanita sembarangan, tidak mudah untuk melawannya. Jika wanita muda itu mencari gara-gara dengan Mbak Eri, aku tidak bisa membayangkan masalah besar apa yang akan kami semua hadapi. Setelah beragam skenario mulai muncul di b