David Jerrold

841 Words
Park Chanyeol atau David Jerrold. Nama Korea adalah pemberian dari kedua orang tuanya. Sedangkan nama David diberikan oleh istri pamannya yang berasal dari negara Kanada dan itu disetujui oleh kedua orangtuanya sebagai nama internasional. Pria tinggi berparas tampan ini sedang duduk terdiam di ruang kerja sambil memandang foto anak kecil, yang dikata sang Ayah adalah darah dagingnya—Putranya sendiri. David masih bingung mengingat kapan terakhir ia meniduri seorang wanita 6 tahun lalu. Ia juga marah pada Sungjin merahasiakan hal besar ini padanya. New york? Pantas saja jika urusan bisnis di negara itu Sungjin tidak pernah mengizinkan David untuk menanganinya dan lebih mempercayai asisten yang sudah ditugaskan untuk mengurus hal itu di sana. Pria yang sebentar lagi akan berkepala tiga ini, sangat ingin meminta penjelasan lebih untuk memecahkan kebingungannya, tapi menurut David semua itu tidak mungkin mengingat jantung sang Ayah yang begitu lemah akhir-akhir ini. Berbagai macam pikiran memenuhi kepalanya saat ini, sampai-sampai David tidak menyadari ada seseorang memasuki ruang kerjanya. "Permisi Tuan, ini data yang anda inginkan." Suara asisten pribadinya yang bernama Sammy itu menyadarkan David akan lamunannya. Mata David langsung terfokus pada satu map coklat yang baru saja diletakkan oleh asistennya dan segera dibukanya. Amplop itu berisi data seorang perempuan yang sangat asing di matanya. "Dia ibu dari anak ini?" Ucap David dengan keheranan. David perlu banyak bukti untuk mengakui anak laki-laki ini adalah anaknya karena ia memang tidak mengenal wanita difoto itu. Dari segi fisik David memang merasa ada kemiripan dengan dirinya saat memandang foto anak kecil ini. David akan mencari tahu kebenaran dengan caranya sendiri. "Apa kau tahu pengganti asisten Ayah?" Tanya David pada Sammy. "Setahu saya asisten Tuan Park tidak pernah mengganti asistennya masih Kepala Kim, Tuan.” "Bukan, maksudku asisten Ayah yang berada di New York." Sammy terdiam mencoba mengingatnya. "Oh ya, saya mengenalnya. Dulu dia ditugaskan di kantor Pusat semasanya berkerja disini. Dia adalah anak dari Kepala Kim, namanya Kim Jongin atau biasa dipanggil Kai." "Berapa lama dia ditugaskan Ayah disana? Apa dia sendirian?" "Setahu saya kurang lebih 5 tahun yang lalu. Dia tidak sendirian, ada beberapa bawahannya juga yang dikirimkan oleh Tuan Park bersamanya." David terdiam beberapa detik memikirkan sesuatu. "Hubungi dia, beritahu aku ingin bicara secara langsung dengannya." Perintahnya pada Sammy. David yakin semua ini ada hubungannya dengan karyawan terpecaya Sungjin yang dipindahkan ke New York dan menetap disana. Ia merasa itu bukan sebuah kebetulan, tetapi salah satu rencana Ayahnya. David akan menanyakan itu langsung. Ia yakin asisten Ayahnya itu tahu semuanya. "Apa ada jadwal minggu ini?" Sambung David. "Ada Tuan, meeting dengan Errince Company dan Wens Corp di Taiwan minggu depan." David mengangguk paham. "Baiklah, kau bisa pergi sekarang." Sammy langsung membungkukkan badan lalu meninggalkan Tuannya yang masih kalut akan pikirannya. David begitu lelah hari ini karena pekerjaan dan jetlag, ditambah masalah baru yang membuat kepalanya pening. Tangan David bergerak membuka laci meja kerjanya. Ia meraih figura berisi foto wanita cantik yang sangat David rindukan sedang memeluk boneka beruang pemberiannya. Mendiang istrinya yang bernama Yura, pernah mengisi kesehariannya selama kurang lebih 2 tahun pernikahannya. Semenjak istrinya meninggal 3 tahun lalu karena penyakit leukimia yang dideritanya tanpa sepengetahuan David. Ia menyesali dirinya sendiri pernah menganggap istrinya tidak ada, karena perjodohan yang dibuat oleh sang Ayah. Memang dulu David sempat tidak menyetujui perjodohan yang diberikan oleh Sungjin dengan anak sahabatnya, karena ia mempunyai seorang kekasih yang hubungannya sudah cukup lama terjalin dan tidak diberi restu oleh kedua orangtua David, dengan alasan wanitanya itu tidak jelas asal-usulnya. Pada akhirnya David pasrah menerima perjodohannya dengan Yura. Setelah dua tahun lamanya mereka berstatus suami-istri, David mulai terbiasa dengan Yura yang selalu sabar menghadapinya, lalu David mulai jatuh cinta dan membiarkan Yura—wanitanya mengandung anaknya. Tapi semua itu sirna setelah Yura sudah dinyatakan tak bernyawa saat berlangsungnya operasi yang ternyata tengah mengandung anak mereka yang sudah berusia tiga bulan di dalam rahim wanita itu. David cukup tak terkendali setelah kepergian istrinya. Setengah tahun menyendiri dan terpuruk, akhirnya David kembali bangkit mencoba beraktivitas seperti biasa. Menyibukkan diri walaupun ia masih merasakan kepedihan yang mendalam di lubuk hatinya, dan sampai sekarang David masih memandangi foto istrinya jika ia pulang ke rumah untuk merindukan wanitanya. “Apa kau bahagia disana dengan anak kita?” gumam David memandang sendu foto Yura yang tersenyum bahagia. *** "Mommy akan pulang nanti sore. Sebelum makan, mandi dulu dengan air hangat yang sudah Mommy siapkan ya. Setelah itu tidur siang, okay?" Titah Jaevyna yang baru selesai mencuci beras untuk memasukkannya ke dalam ricecooker. Joe hanya mengangguk dengan patuh. "Maafkan Mommy yang tidak bisa menemanimu makan siang, sayang." Sesal Jae sambil mengusap pucuk kepala Joe lalu dikecupnya. Diperjalanan pulang mereka membeli beberapa potong ayam untuk Joe makan siang. "It's okay Mommy." Senyuman manis Joe pada Jae. "Tunggu Mommy pulang, dan jangan melakukan apapun yang membahayakan-mu. Love you," Dikecupnya singkat bibir mungil Joe lalu melambai pada Joe yang masih duduk di atas sofa menghadap pintu depan. "Love you to Mommy." Jawabnya. Sebelum mulai makan siang, Joe ke kamar mandi menjalankan perintah Mommynya sambil menunggu lampu ricecooker berubah menjadi biru
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD