Kalung liontin

1015 Words
Pagi pagi Amora sudah bersiap siap untuk menyambut kedatangan lucios kakak kandungnya yang baru saja pulang selama lebih dari setahun pergi meninggalkan istana untuk berperang. Tak lama kemudian seorang prajurit datang dan memberitahu Amora bahwa kakakny lucios sudah sampai di istana. Amora bergegas meninggalkan kamarnya menuju kamar lucios. "Kakak.." Amora tersenyum dan memeluk lucios dan menangis. "Hei..aku baik baik saja,kenapa kau menangis? tanya lucios menatap Amora. "Kak.." ucap Amora pelan. "Ya,ada apa? kenapa kau menangis? tanya lucios bingung. "Alex kak.." "Ada apa dengan Aex? dia baik baik saja..baru saja dia keluar dari kamar? ucap lucios semakin bingung. Lalu Amora mengajak lucios duduk ditepi ranjang dan ia mulai menceritakan apa yang terjadi. "Apa? jadi Alex sudah memiliki putra dari wanita lain?" Lucios membulatkan matanya. "Aku ingin wanita itu dilenyapkan kak.." ucap Amora geram. "Bagaimana dengan Alex? bukankah dia sangat menginginkan seorang putra?" tanya lucios. "Itu mudah, aku punya rencana kak," ucap Amora berbisik ditelinga lucios. "Ide bagus adikku.." Lucios tersenyum sinis. "Apakah kakak mau membantuku?" tanya Amora. "Tentu saja, tapi kita harus hati hati dan menjalankan rencana itu dengan sangat rapi," jawab lucios mengingat jika Alexander murka dan mengusir mereka, maka niat mereka untuk menguasai istana Planedian akan gagal. "Baik kak, besok pagi kita jalankan rencana kita," uucap Amora lega. "Sekarang kakak istirahat, aku pergi dulu." Amora berdiri lalu melangkah pergi meninggalkan lucios. Sepeninggal Amora, Lucios berpura pura meminta izin Alexander untuk melihat putranya. Dan Alexander pun mengijinkannya. Lalu lucios melangkah menuju kamar Quel diantar oleh prajurit. Sesampai didepan pintu, prajurit membuka kunci dan mempersilahkan lucios untuk masuk. Lucius mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam, ia melihat Quel tengah memberikan asi pada putra Alexander. Sesaat lucios terdiam menatap Quel. Cantik hanya itu yang ada dalam fikirannya. Lucios beralih menatap kalung liontin yang dipakai Quel. Ia terkejut dan mundur selangakah. "Ada apa? kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Quel menatapnya. "Tidak ada..aku hanya ingin melihat pangeran muda," jawab lucios gagap. "kenapa kau terlihat panik?' tanya Quel tersenyum sinis. " Ah..oh itu.." Lucios menghentikan ucapannya dan balik badan hendak pergi. "Kau kenapa? sepert lihat hantu saja," Quel tertawa kecil. "Lain kali aku kesini lagi," ucap Lucios tergagap mengusap tengkuknya yang tak gatal, lalu pergi meninggalkan Quel. "Aneh..." gumam Quel pelan tersenyum menatap putranya. " Sayang..kamu mau ikut ibu atau ayah? tanya Quel tertawa kecil. "Tentu saja ikut kita berdua," sahut Alexander tiba tiba saja datang. "Kau.." Quel menoleh ke arah Alexander. "Bagaimana kabar jagoan kecil ayah?" Alexander menyentuh tangan mungil putranya. "Hari ini, dia sedikit rewel," jawab Quel. "Mungkin dia merindukanku." Alexander mencium pipi putranya, lalu beralih mencium kening Quel. "Kau sepertinya ada masalah?" tanya Quel menatap wajah Alexander. "Tidak sayang, semua masalah hilang saat berada dekat dengan kalian." Alexander turun dari atas tempat tidur. "Kau di sini baik baik, aku ada urusan sebentar." Alexander balik badan, ia melangkahkan kakinya keluar ruangan. *** Sementara itu, Alexander bergegas menuju ruangan tertutup, di mana Salmandor, Amora dan Lucios sudah menunggu kedatangan Alexander. "Ada apa dengan kalian? apa yang kalian takutkan?" tanya Alexander duduk di kursi kebesarannya. "Ini tentang gadis itu, Yang Mulia," jawab Lucius. "Quel maksudmu?" tanya Alexander menatap Lucios tajam. Ia sandarkan tubuhnya di kursi. "Benar Yang Mulia!" sahut Salmandor membungkuk hormat. "Ada apa dengan istriku?" ucap Alexander. "Istri kau bilang?" potong Amora, ia tidak suka dengan kata kata Alexander. "Ya, kami sudah melakukan pertukaran darah. Ada yang keberatan?" "Kau tidak bisa melakukan hal itu seenak hatimu, Alex! seru Amor. " Aku Ratu du istana ini!" "Ya, aku tahu kau Ratu di istana ini, tapi Quel istriku meskipun dia bukan Ratu. Apa kau paham Amora?" jelas Alexander dengan nada tinggi. Amora mendengus kesal, "aku tetap tidak terimaa! seru Amora. " Cukup! pekik Lucios menengahi. "kita di sini bukan untuk membahas masalah pribadi. Tapi demi kelangsungan klan kita dan klan lainnya." "Apa maksudmu?" tanya Alexander. "Berdasarkan informasi yang kudapatkan, Quel bukanlah manusia atau sejenis ras mahluk hidup lainnya," jelas Lucios. Alexander tertawa terbahak bahak mendengar pernyataan Lucios. "Kau bicara apa.." "Yang Mulia, saya sedang tidak bercanda atau mengada ada." "Lalu?" seketika raut wajah Alexander berubah suram. Membuat Lucios dan yang lain begidik ngeri. Lucios mulai menjelaskan duduk perkaranya dengan serius, sementara yang lain ikut mendengarkan dengan tenang. Sedikit banyak, informasi yang di berikan Lucios memberikan harapan untuk Amora. "Itu tidak mungkin!" seru Alexander. "Yang Mulia, kau boleh tidak mempercayai kami. Tapi kalung yang gadis itu gunakan sebagai bukti bahwa apa yang di takutkan para pendahulu kita, terjawab sudah." Salmandor membenarkan ucapan Lucios. "Aku tidak perduli, Quel mahluk apa..aku tidak perduli!" "Yang Mulia! kami harap Yang Mulia tidak mengkhianati klan kita dan klan lainnya. Yang Mulia adalah pemimpin, Raja Besar!" ungkap Lucios. "Jadi? kalian ingin aku mengusirnya atau membunuh istri dan putraku? itu mau kalian!!" Alexander semakin geram. Ia tidak perdulikan hal lainnya lagi selain Quel dan putranya. "Bukan maksud kami begitu, Yang Mulia!" seru Lucios membungkuk hormat. "Lalu apa!" "Serahkan gadis itu pada dewan tertinggi, biarkan mereka yang mengambil keputusan untuk gadis itu," Lucios lagi lagi membungkuk. "Dia istriku! aku harap kalian menghormati dia seperti kalian menghormati Amora!!" Alexander berdiri tegap menatap ke tiga orang di hadapannya. "Jika kalian tidak bisa menghormati istriku, aku pastikan kalian pergi dari istanaku!" Alexander turun dari atas altar mendekati mereka. "Maaf..maafkan kami Yang Mulia!" ucap Mereka serempak. "Dengar.." Alexander menatap satu persatu orang kepercayaan di hadapannya. "Aku, tidak perduli dengan informasi yang kalian dapatkan. Dan sampai kapanpun..aku tidak akan menyerahkan istri dan putraku pada siapapun!" "Alex! apa kau akan mengorbankan yang lain hanya demi wanita rendahan itu!" seru Amora. "Plakkk! Alexander menampar wajah Amora hingga oleng ke samping, " jaga mulutmu Amora! sebagai Ratu di istana Palnedian, tidak sepantasnya kau bicara kotor!" ucap Alexander geram dengan sikap Amora. "Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini padaku, Alex! apa kurang aku!" Amora tak kalah geram dengan perlakuan Alexander. "Kurangnya kau tidak bisa memberikanku keturunan, kau paham?!" "Kita lihat, aku atau dia yang akan pergi dari istana!" pekik Amora. Ia berlari keluar ruangan. "Amora!!" Alexander mendengus kesal, melihat sikap Amora yang kekanak kanakan. "Urus Amora dengan baik, jangan bertingkah seperti anak anak!" ucap Alexander, ia melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan. "Baik Yang Mulia!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD