Bab 9

1010 Words
Langkah kaki Kaniya berjalan dengan lesu menapaki trotoar setelah kepergiannya dari gedung besar itu. Gadis itu sudah merasa tidak ada harapan lagi untuk bisa masuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut, melihat bagaimana respon Daniel yang nampak sekali terganggu olehnya. Tidak ada yang bagus dalam pertemuan mereka tadi. Kaniya benar-benar telah gagal dalam menunjukkan kemampuannya di depan pria itu. Ini membuat Kaniya merasa kecewa pada diri sendiri. Kehilangan kesempatan besar untuk melangkah di jalan yang lebih baik hanya karena tidak bisa membuatkan kopi sesuai keinginan atasan, benar-benar membuatnya merasa frustasi dan bodoh dalam sekali. “Hahhh ...” Kaniya menghela napas panjang. Gadis itu mulai mendongakkan pandangan mata dan melihat ke sekitar. Masih ada waktu untuk dirinya mencari tempat kerja lain sebelum Kalio pulang dari sekolahnya. Kaniya memilih untuk berkeliling sedikit lagi untuk mencari tempat yang bisa menerima dirinya. “Kau sudah pulang?” tanya Kalio ketika beberapa jam kemudian pria itu baru memasuki rumah dan melihat Kaniya berada di dapur, memasak makanan untuk mereka. “Ya,” jawab Kaniya dengan singkat. Kalio tertegun mendengar jawaban gadis itu. menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi membuat Kalio akhirnya memilih mendekati Kaniya dan duduk di depan meja pantri. “Bagaimana tesnya? Apa terjadi sesuatu?” tanya Kalio dengan kedua mata yang lurus menatap punggung Kaniya. Kaniya menghentikan kegiatannya dan menundukkan kepala. Gadis itu tetap tidak berniat membalikkan diri untuk menatap Kalio seolah dia ingin menyembunyikan wajah sendunya dari pria itu. “Entahlah. Mereka mengatakan akan mengirimkan hasilnya nanti. Aku pikir, aku telah gagal untuk tes kali ini. Maafkan aku, Kalio,” sesal Kaniya dengan wajah sendu. Melihat bagaimana punggung Kaniya terlihat begitu rapuh seperti itu seketika membuat Kalio bergegas berdiri embali dan menghampiri gadis itu. Tanpa kata Kalio langsung memeluk tubuh Kaniya dan menenangkan gadis itu dengan menepuk kecil secara teratur punggung rapuh itu. Kalio tahu bahwa Kaniya telah menghadapi kehidupan yang sulit selama ini, karena itu dirinya ingin menjadi penopang untuk Kaniya bisa bersandar ketika gadis itu sudah merasa lelah seperti saat ini. “Tidak apa. Kau sudah melakukan hal yang bagus, Kak. Semua akan baik-baik saja, kau tahu kan?” ucap Kalio menenangkan gadis itu dengan suara hangat. Kaniya semakin merasa terguncang mendengar kata penenang dari pria itu. Dirinya adalah anak tertua tapi rasanya Kalio jauh lebih dewasa dibanding dirinya. Bahkan saat ini pun Kalio yang harus menenangkan dirinya, membuat Kaniya semakin merasa dirinya tidak berguna dalam menjaga Kalio. Menggigit bibir bawahnya dengan keras untuk menahan tangis, Kaniya lebih memilih menyembunyikan wajah cantiknya pada d**a bidang Kalio yang entah sejak kapan d**a itu tumbuh menjadi tempat yang nyaman untuk bersandar seperti ini, Kaniya melingkarkan kedua tangannya di sekitar pinggul Kalio untuk memeluknya dengan erat. Untuk beberapa saat mereka berdua hanya menghabiskan waktu saling memeluk satu sama lain untuk menyalurkan kenyamanan. Kalio dengan tenang menunggu Kaniya menenangkan diri dalam pelukannya. Tanpa gadis itu sadari bahwa sebenarnya Kalio sudah menduga hal akan berakhir seperti ini. Sejak awal Kalio tidak memberikan harapan lebih pada Kaniya yang melamar di tempat ternama seperti perusahaan itu. Tidak mudah bagi mereka dengan pendidikan rendah untuk bisa masuk ke tempat itu. Di sisi lain Kalio juga telah mencari pekerjaan lain yang bisa dilakukannya untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Dirinya akan menjadi tutor untuk murid lain mengingat kepintarannya dalam bidang pelajaran. Beruntung Kalio sudah memiliki beberapa calon murid yang mau belajar bersamanya. Kalio sudah bertekad untuk mengganti tempat Kaniya sebagai tulang punggung keluarga saat ini. Dirinya tidak ingin melihat Kaniya mengalami masa sulit lagi di luar sana. Akan lebih baik gadis itu tinggal nyaman di dalam rumah mereka dan membiarkan Kalio yang mengurus semuanya. Setelah keterdiaman itu, akhirnya mereka berdua melanjutkan kegiatan bersama. Kalio berniat membantu gadis itu melanjutkan masakannya, akan tetapi Kaniya menolak dan menyuruh Kalio membersihkan diri terlebih dahulu. Kaniya menyadari pasti Kalio juga merasa lelah dengan kegiatannya di sekolah. Dengan patuh Kalio beranjak menuju kamarnya dan bersiap diri secepat mungkin sebelum datang kembali untuk membantu Kaniya. Hari itu mereka habiskan bersama dengan bersantai di ruang keluarga sembari menikmati acara televisi. Mereka terlihat saling bercanda dan tertawa bersama dan melupakan hari berat yang telah mereka lewati hari ini. Kalio merasa bersyukur ketika melihat Kaniya sudah terlihat ceria seperti biasanya. Hingga ponsel Kaniya yang berada di atas meja tiba-tiba menyala dan menunjukkan masuknya pesan dari nomor asing. Kaniya yang tidak tahu apa pesan yang dikirim, dengan santai meraih ponsel itu dan membukanya. Nona Kaniya, anda bisa mulai bekerja besok. Untuk detail lebihnya, akan dijelaskan di tempat kerja. Selamat, dari Barons. Seketika kedua mata Kaniya melotot tidak percaya melihat pesan singkat tersebut. Gadis itu bahkan sampai menutup mulutnya dengan satu tangan dan membaca ulang pesan singkat itu untuk memastikan bahwa dirinya tidak salah mencerna. Bagaimana pun dirinya mencerna, Kaniya tetap menangkap bahwa dirinya telah diterima kerja dalam perusahaan besar itu. “Uh!” pekik Kaniya tertahan sekaligus tidak percaya. Tentu saja dirinya tidak akan percaya jika mengingat kembali bagaimana jalannya tes yang dilakukannya tadi. Daniel atasannya, terlihat sangat tidak puas dengan kinerja Kaniya. Bagaimana bisa dirinya menyangka bahwa mereka akan meloloskannya seperti ini? Kalio yang mendengar pekikan kecil itu langsung mengalihkan pandang matanya dari acara Tv dan melihat Kaniya. “Ada apa, Kak?” tanya Kalio dengan wajah heran menatap gadis itu. Kaniya menoleh ke arah Kalio dengan mata bulatnya “Kalio, aku ... aku diterima! Aku diterima kerja!” pekik Kaniya yang kemudian berseru senang. Gadis itu segera menghambur memeluk tubuh Kalio dengan tawa lebar penuh kebahagiaan, membuat Kalio terkejut, tapi tetap menangkap tubuh kecil Kaniya yang menghambur ke arahnya. Walau dirinya masih merasa bingung, namun Kalio tetap merasa senang dengan apa yang terjadi. “Kau diterima kerja? Selamat, Kak. Jadi tempat mana yang akan kau masuki nanti?” tanya Kalio. Kaniya melonggarkan pelukannya dan menatap pria itu dengan wajah penuh binar bahagia. “Perusahaan itu. Aku telah lulus tesnya dan aku akan bekerja di sana mulai besok,” jawab gadis itu dengan senyuman lebar. Kaniya tidak mengerti bagaimana mereka menilai kinerjanya selama tes tadi, yang jelas mereka telah menerima Kaniya untuk bekerja di sana. Kaniya bertekad untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengecewakan mereka yang telah menerimanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD