Perhatian Deri pada Alviana

1130 Words
BIntang yang sudah di usir oleh ayahnya akhirnya hanya bisa lontang-lantung di pinggir jalan, menghubungi semua teman-temannya tapi tidak ada satupun yang membalas pesannya,akhirnya ia hanya bisa menertawakan dirinya sendiri, melihat keadaanya sekarang, tanpa tempat tinggal, tanpa mobil bahkan kartu kredit, sedangkan di dalam dompetnya hanya tersisa uang satu juta rupiah. "b******k kalian semua."Umpat Bintang lagi dengan kesal. Karena bingung dengan arah tujuannya, akhirnya pria itu pergi sebuah pemakaman umum,ya Bintang kembali mendatangi makam Rindu, setidaknya ia bisa mengadu tentang suasana hatinya pada makam kekasihnya itu. Ketika Bintang sampai disana, pria itu di kagetkan dengan seikat mawar putih yang tergelat diatas pusara dan terlihat masih baru.Karena curiga lantas pria itu menoleh kesegala arah, barangkali menemukan seseorang yang baru mengunjungi makam Rindu, tapi nihil.Ia sama sekali tidak melihat siapa-siapa. "Mungkin bunga ini dari ibumu, Rindu, aku tahu dia sangat menyayangimu."Bisik Bintang lagi. Pria itu berjongkok dan memegangi pusara kekasihnya itu, bercerita tentang banyak hal dan kejadian belakangan ini yang membuatnya sangat berantakan. "Rindu, kau tahu kan aku harus membalaskan dendam ini pada orang yang sudah membuatmu meninggalkanku?" Hening,hanya terdengar suara angin sepoy-sepoy dan suara penjaga makam yang tengah menyapu area yang kotor.Setelah menghabiskan waktu selama satu jam di sana,Bintang kemudian bergegas pergi meninggalkan makam tersebut dan berniat mencari kontrakan kecil untuk ia tinggali sementara, Namun langkahnya terhenti saat melihat Dimas yang sudah menunggunya di ujung jalan.Akhirnya pria itu mendekati asisten yang sudah sangat setia padanya itu. "Saya punya kabar untuk anda tuan."Kata Dimas langsung. ** Suasana ballroom hotel bintang lima ini tampak sangat riuh dengan hadirnya para tamu undangan dari berbagai kalangan.Di mulai dari pejabat,konglomerat, para selebritis juga tampak hadir. Maklum sang empu acara adalah artis papan atas yang banyak di gandrungi oleh berbagai kalangan. Gunawan maupun nyonya Hana selaku orang tua sangat gembira melihat akhirnya sang putra mau menuruti keinginannya agar BIntang dan Alviana bertunangan. Semua tamu undangan tampak bertepuk tangan setelah pasangan itu akhirnya saling bertukar cincin, dan di akhiri ciuman di bibir meski itu sangat singkat. Alviana dengan wajah berseri-seri memeluk pria yang kini telah resmi jadi calon suaminya itu, tapi sebaliknya Bintang hanya bisa memasang wajah datar saja sambil berkata. "KIta memang sudah bertunangan,Via.Tapi aku mau kamu jangan berharap pernikahan dalam waktu dekat,Aku masih terlalu muda untuk itu, benar kan?" Bisiknya lirih di telinga gadis itu. Alviana yang awalnya sangat senang karena berhasil menjadi tunangan pria itu berubah menjadi sendu, bahkan matanya mulai berkaca-kaca mendengar penuturan BIntang itu. "Apakah sebenci itu kamu sama aku,Bi? sampai menikah pun kamu gak mau sama aku?" Tanya Alviana lirih, takut jika semua orang mendengar perbincangan mereka, karena saat ini keduanya masih berada diatas panggung. Begitupun dengan BIntang, pria itu bahkan harus menedekatkan wajahnya di telinga Alviana, sehingga terkesan jika pria itu tengah menciumnya.Padahal saat ini Bintang tengah berbisik kembali pada Alviana. "Tidak! kau hanya bukan Rindu, wanita yang aku cintai. Dan aku tidak bisa berbagi cinta dengan orang lain." Alviana mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga terlihat kuku-kukunya yang memutih, meski sudah hampir satu bulan sejak kematian wanita itu, tapi sampai saat ini BIntang tak juga melupakan sosok itu sama sekali. Akhirnya Alviana hanya tersnyum, "Aku pastikan tidak akan kalah dengan seseorang yang sudah mati, suatu saat kau akan jadi suamiku."Kata Alviana lirih.Kemudian ia menatap kearah depan dimana saat ini para tamu undangan tengah berseri-seri menatap dirinya, tampak dari kejauhan Deri juga datang. Pria itu berdiri sambil memegangi gelas yang berisi anggur merah.Menatap lurus kearah dirinya, dengan tatapan yang sulit di artikan. * Acara pertunangan telah berakhir dua jam yang lalu, para orang tua telah kembali ke rumah masing-masing.Termasuk BIntang dan Alviana. Namun keduanya tidak pulang ke rumah oang tua mereka. Bintang lebih dulu menurunkan Alviana di depan lobi apartemenya, ia sama sekali tidak tertarik untuk masuk kedalam, seteleh Alviana turun dari dalam mobil,ia langsung melajukan mobil tersebut menuju tampat tinggalnya sendiri. Alviana melangkah gontai menuju unitnya dengan bertelanjang kaki.Rasa pegal, lecet ditambah hatinya yang tidak baik-baik saja menyebabkan wanita itu tidak peduli jika ada orang yang mlihatnya. Namun, langkah Via terhenti saat melihat seseorang yang saat ini tengah bersandar didaun pintu unitnya. Pria itu langsung mendekat padanya. Melihat kaki telanjang Via yang sudah merah-merah. TIba -tiba saja ia langsung menggendong via. "Apa yang kamu lakukan? nanti ada orang yang lihat?" Tegur Via berusaha turun dari gendongan pria itu. "Diamlah, nanti kau jautuh." "Deri, kau tidak seharusnya melakukan ini, aku tunangan orang."ucap Alviana lagi. Deri terdiam sebentar, kemudian menatap wanita itu. "Tapi kamu gak bahagia dengannya.Lagipula aku tidak akan macam-macam.Aku hanya mau mengobati luka di kakimu,itu saja."Balas Deri. Alviana terdiam,mendengar jawaban dari Deri.Bahkan ketika keduanya telah masuk kedalam unit.Deri langsung mendudukan gadis itu sofa ruang tamu. Pria itu langsung ke dapur mengambil air hangat untuk mengompres kaki alviana. Tanpa canggung pria itu langsung meletakan kaki Alviana di pangkuanya, mengompresnya dan mengobati bagian yang lecet dengan salep.Tak lupa ia langsung meniup saat terdengar suara rintihan Alviana yang tengah merintih karena sakit. "Aku sudah baikan, kau boleh pergi."Ucap gadis itu, tak ingin Deri terus-terus memperlakukan dirinya seperti itu. "Baiklah aku akan pergi, aku antar dulu kamu ke kamar.' Tanpa menunggu jawaban dari Alvina, Deri kembali menggendong gadis itu menuju kamar dan membaringkannya di atas kasur.Tak lupa ia juga menyelimuti Alviana. "Tidurlah, aku tahu hari ini adalah yang terberat untukmu!" kata Deri lagi. "Kenapa kau melakukan ini,Der? padahal aku bukan siapa-siapamu?" tanya Alviana tiba-tiba. Deri yang hendak keluar, akhirnya kembali berbalik badan. "Karena aku tidak tega melihatmu sakit seperti ini, Via.Sejak melihat kamu yang tidak di perlakukan dengan baik oleh pria itu, sejak saat itu hatiku tidak nyaman.Aku juga tidak tahu, padahal aku punya pacar yang harus aku setiai.." Alviana sedikit terkejut mendengar kejujuran pria itu. "Aku berusaha menepis rasa ini, tapi makin lama makin tak bisa ku hindari, telebih saat tadi aku melhat dengan jelas tatapan kebencian dimata tunangamu.Aku tidak rela wanita ini di perlakukan dengan buruk.Kamu terlalu berharga untuk itu." Buliran bening kembali menetes membasahi wajah gadis cant itu, dan dengan lembut Deri mengusapnya. "Mulai saat ini ,aku adalah sandaranmu Via. Kau boleh melampiaskan apa saja padaku.Jadi pelayanmupun aku mau.Hanya untuk kamu." Alviana makin terisak-isak, ia tak kuasa lagi menumpahkan rasa sedihnya, hingga kahirnya ia memeluk pria yang beberapa kali menenangkan dirinya itu. "Jangan tinggalkan aku, Deri. AKu butuh kamu disini." Bisik Alviana di tengah isak tangisnya. "Aku tidak akan pergi.Aku janji." Kedua insan itu kini kembali saling menatap,hingga tanpa sadar Deri mulai melucuti semua pakainya dan pakaian ALviana satu persatu. Alviana menjerit merasakan sakit ketika kedua tubuh itu mulai menyatu, dan dengan lembut Deri menenangkan wanita itu, hingga akhirnya Alviana mulai tenang. Dan ketika keduanya sudah mulai terbang ke nirwana. Tanpa sadar Alviana berbisik, "Bintang... ini sangat indah.Aku belum pernah merasakan rasa ini, aku mencintaimu Bintang,aku mencintaimu." Deri yang mendengar itu dengan jelas, memacu tubuhnya lebih cepat dan mengurangi rasa lembut yang sedari tadi ia lakukan.Membuat Alviana makin menjerit, tapi ia tidak peduli.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD