Greg menarik tangan Jess dan membawanya ke luar dari cafe. Maria tersenyum melihat hal itu dan berharap Greg marah pada Jess lalu mereka putus.
“Greg, kau menyakiti tanganku!” bentak Jess ketika Greg membawanya keluar.
“Bisakah kau bersikap tak berlebihan, Jess? kau selalu seperti ini dan ini terjadi berulang,” kesal Greg.
“Aku berlebihan? Teman-temanmu saja yang tak se-level denganku, Greg!” sahut Jess kesal.
“Jess!! Mereka teman-temanku dan aku sangat mengenal bahkan jauh sebelum aku mengenalmu,” ucap Greg.
“Jadi kau lebih membela teman-temanmu dibanding aku?” tanya Jess.
Greg tak menjawabnya. Lalu Jess pergi berbalik dari sana.
Greg tak menahan kepergian Jess dan justru membiarkan Jess pergi dari sana. Gadis cantik itu tampak mengusap air matanya yang sudah jatuh ke pipinya.
Cintanya pada Greg terlalu besar dan bentakan Greg tadi membuatnya sedih karena Greg lebih memilih membela temannya daripada dirinya.
Greg akhirnya menyusul Jess karena rasa tanggung jawabnya pada gadis itu karena Jess datang bersamanya tadi.
“Aku akan memgantarmu pulang,” ucap Greg menarik tangan Jess ke arah mobilnya.
Jess mengikuti langkah Greg sembari mengusap air matanya dengan tangan kirinya. Ya, Jess adalah gadis yang cukup cengeng karena semasa hidupnya dia tak pernah mengalami kesulitan apa pun.
Ayah dan ibunya sama sekali tak pernah memarahinya dan selalu memberikan semua fasilitas mewah pada putri tunggal mereka.
“Tunggu,” ucap Jess sebelum naik ke mobil Greg.
Lalu Jess menuju ke sebuah minimarket dan memberikan sejumlah uang pada pria tua homeless yang ada di depan toko itu.
Jess memberikannya dengan cepat dan tak mengatakan apa pun pada pria tua itu. Lalu dia segera berbalik kembali ke mobil Greg.
Greg melihatnya dari jauh dan ia tahu bahwa Jess suka melakukan hal itu. Itulah yang membuat Greg suka padanya dulu.
Jess masuk ke dalam mobil dan mengambil tisu di tasnya. Ia membersihkan wajahnya yang kacau karena menangis tadi.
Lalu Jess memakai bedaknya kembali dan membenarkan lipstiknya. Moodnya seketika kembali membaik dan itu membuat Greg menggelengkan kepalanya.
“Antar aku ke butik saja, Greg. Aku ingin belanja. Itu akan memperbaiki mood-ku,” ucap Jess sembari melihat ke arah kaca untuk melihat dandanannya.
“Aku tak bisa menemanimu,” sahut Greg.
“Aku tahu, tapi nanti aku akan ke apartemenmu setelah berbelanja,” jawab Jess tersenyum lalu mencium pipi Greg.
“Hmm,” jawab Greg singkat.
Lalu Greg pun mengantar Jess ke sebuah butik langganan Jess yang menjual barang-barang branded.
“Bye, Baby,” pamit Jess setelah mengecup bibir Greg.
“Kau harus pamit pada ayahmu jika ke apartemenku,” ucap Greg.
“Oke,” sahut Jess dan melenggang masuk ke dalam butik.
Jess menelepon temannya dan menyuruh mereka menemani Jess berbelanja hari ini.
Sedangkan Greg kembali ke cafe tadi untuk berkumpul dengan teman-temannya.
Di tahun akhirnya berkuliah, Greg lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-temannya karena setelah ini mereka akan berpisah melanjutkan hidupnya masing-masing.
Ada yang melanjutkan kuliahnya ke jenjang yang lebih tinggi dan ada juga yang langsung bekerja di perusahaan keluarga mereka.
Greg akan melanjutkan kuliahnya ke luar negeri dan sebenarnya ia belum mengatakan hal ini pada Jess. Dan rencananya ia akan memberitahu Jess nanti malam di apartemennya.
*
*
“Hei, kau Jess, bukan? Pacar Greg yang baru?” tanya seorang wanita yang juga berbelanja di butik itu.
Jess menoleh ke arah wanita itu dan memandangnya dari atas sampai ke bawah.
“Siapa kau? Aku dan Greg sudah enam bulan berpacaran dan itu artinya hubungan kami sudah lama,” jawab Jess.
Wanita itu tertawa lirih dan sok elegan.
“Ck ck ck … Sepertinya kau masih gadis ingusan. Aku tak percaya Greg lebih suka gadis ingusan sepertimu. Ah ya, pasti Greg sudah menberikan kartu hitamnya padamu hingga kau bisa berbelanja di butik ini,” ucap wanita itu.
Jess tertawa mendengar itu.
“Gadis ingusan? Lebih baik aku sepertinya karena aku masih gadis dan kau sudah terlihat tua. Apakah umurmu 30 tahun?” sahut Jess.
Wanita itu menyipitkan matanya tanda kesal karena Jess menganggapnya wanita tua padahal umurnya baru 23 tahun.
“Aku mantan kekasih Greg dan kami berpacaran selama satu tahun. Cukup lama, bukan? Aku sangat mengenalnya luar dalam. Dan kau sepertinya belum mengenalnya kuar dalam karena Greg tak sembarangan melakukan hal itu dengan wanita random,” ucap wanita itu memancing Jess.
Jess kesal mendengar hal itu karena ia dan Greg memang belum pernah bercinta karena Greg selalu menghindari hal
itu dan Jess juga belum terpikir sama sekali untuk melakukannya.
Dan ia begitu cemburu karena wanita di depannya ini ternyata sudah berhubungan cukup jauh dengan Greg meskipun mereka hanyalah mantan kekasih.
Jess yang memegang tas belanjaannya tiba-tiba memukulkan tasnya ke wajah wanita itu dengan keras.
Teman Jess yang masih berada di depan kasir tentu saja kaget mendengar teriakan dari arah Jess dan ternyata wanita itu yang berteriak.
“Aaww! Apa-apaan kau ini!! Dasar gila!!” teriak wanita itu memegang wajahnya yang merah.
“Jess, ada apa?” tanya Linda — teman Jess.
“Dia w************n,” sahut Jess santai dan berbalik pergi.
Wanita itu kemudian menjambak rambut Jess dan membuat Jess murka hingga melepas sepatunya dan memukulkannya pada kepala wanita itu.
Akhirnya keributan itu tak terelakkan dan membuat pengacara keluarga Jess datang untuk penyelesaian damai dengan wanita itu.
Jess sebenarnya masih kesal tapi ia cukup puas karena sudah membuat rambut wanita itu rontok banyak karena ia juga menjambaknya tadi dan juga wajahnya lebam karena pukulan sepatu Jess.
“Lain kali jangan bermain-main dengan gadis ingusan sepertiku,” ucap Jess dengan tatapan menang.
Jess dan Linda keluar dari butik sedangkan pengacara Jess masih ada di butik untuk mengganti beberapa barang yang rusak akibat perkelahian tadi.
“Linda, antar aku ke apartemen Greg,” ucap Jess.
“Seharusnya kau pulang saja. Lihatlah wajahmu tak karuan dan sudut bibirmu sedikit berdarah,” sahut Linda mengambil tisu tapi ditepis oleh Jess.
“Jangan, biarkan tetap seperti ini karena aku ingin tahu reaksi Greg,” ucap Jess dan melihat wajahnya di kaca.
“Kau benar-benar tak waras, Jess,” sahut Linda sembari menyalakan mesin mobilnya.
“Aku harus membuat Greg benar-benar mencintaiku agar aku tak kehilangan dirinya. Dia adalah calon suami yang sempurna bagiku, Linda,” jawab Jess tersenyum.
*
*
Jess menekan tombol pintu apartemen Greg dan masuk ke dalamnya. Ia melihat Greg sudah ada di sofa dan melihat ke arahnya.
Jess heran mengapa Greg masuh diam melihat keadaan wajahnya yang sudah tak karuan itu.
“Apa yang kau lakukan padanya tadi?” tanya Greg.
Jess mengerutkan keningnya dan ia langsung tahu apa yang dimaksud oleh Greg.