Pasangan Yang Sempurna

1084 Words
Terlihat dari jauh seorang wanita cantik yang penampilannya sangat fashionable dan memakai barang branded dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Wanita itu tampak berjalan tergesa-gesa dan beberapa temannya menyambutnya di depan pintu kelas. “Apakah professor sudah datang?” tanya wanita cantik itu pada dua temannya. “Belum, Jess. Ayo cepat masuk karena hari ini jadwal praktek kita dimajukan,” jawab salah satu temannya. Wanita bernama Jess itu hanya mengangguk saja sembari mencari tempat duduk di bagian depan agar ia bisa mendengar penjelasan dosen nantinya. Jessamine Wilson — seorang gadis berusia 19 tahun yang baru saja memasuki semester kedua perkuliahan di Fakultas kedokteran. Keluarganya adalah keluarga Dokter dan itu mengharuskannya mengikuti jejak keluarganya untuk masuk jurusan itu meskipun sebenarnya ia tak mau. Jessamine adalah mahasiswa baru yang cukup mencolok. Bagaimana tidak? Penampilannya lumayan glamor dan jauh dari kesan seorang mahasiswa kedokteran yang biasanya tak terlalu memperhatikan penampilan dan hanya memperhatikan nilai kuliah mereka. Di samping itu, Jessamine pun sudah meluluhkan hati seorang pria bernama Gregory Uvarov yang merupakan pemuda paling diinginkan di kampusnya. Gregory Uvarov adalah mahasiswa semester akhir yang berasal dari salah satu keluarga konglomerat keturunan Rusia. Tampan, pintar, kaya raya, faktor utama yang menjadikan dirinya sebagai idola kampus dengan memiliki kesempurnaan seperti itu. * * Selesai kuliah, Jess langsung keluar dari ruang kelasnya. “Hei, kita akan ada praktek setelah ini,” ucap Linda pada Jessamine. “Aku harus melihat pertandingan Greg sore ini. Aku tak bisa membiarkannya dikelilingi cheer leader genit itu,” sahut Jessamine dan segera keluar dari kelasnya. Linda hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Jess yang lebih memilih bersama Greg dari pada mengikuti kuliah prakteknya. “Dia terlalu posesif. Semoga saja Greg tak muak padanya,” sahut Anna di sebelah Linda. “Siapa yang tak mau memiliki pacar secantik Jess meskipun dia posesif? Cantik, kaya dan pintar. Dia sempurna, Anna,” jawab Linda. “Hmm, dan membuat kita iri,” sahut Anna. Linda hanya tertawa pelan mendengarnya karena ia sangat mengenal Jess sejak mereka berumur 10 tahun. * * Jess tampak berlari kecil menuju lapangan kampus di mana sorak sorai pertandingan sudah terdengar riuh. Wanita itu melangkah semakin lebar karena tak ingin melewatkan American footbal yang diikuti oleh Greg. Setibanya di lapangan, Jess langsung menuju ke tribun yang berada di dekat tempat berkumpulnya pemain tim Greg. Jess melihat Greg sedang bermain di tengah lapangan karena Greg adalah sang kapten tim. Jess melambaikan tangannya tinggi-tinggi ke arah Greg. Pria itu hanya tersenyum saja di bali helm pelindungnya. Tak berapa lama, Greg pun selesai bertanding dengan kemenagan telak dan kembali ke bangku tim. Jess sudah menunggunya di sana lalu gadis cantik itu berlari ke arahnya dan melompat hingga Greg menggendongnya. Jess melingkarkan kakinya ke pinggang Greg. “Congratulation, Baby,” ucap Jess lalu mengecup bibir Greg di depan semua penonton dan beberapa dari merek bersorak sorai. Jess sudah biasa dengan hal itu dan tak terlalu mempedulikannya. “Bukankah kau seharusnya masih kuliah?” tanya Greg. “Ya, tapi kau adalah prioritasku,” jawab Jess tersenyum. Greg menurunkan tubuh Jess dan mereka berjalan bersama ke arah Bangku tim. “Greg, kita akan berkumpul setelah ini,” ucap Alex — salah satu teman Greg. “Ya,” jawab Greg dan mengambil botol minumannya. “Aku ikut,” ucap Jess di samping Greg. “Ini acara pria,” jawab Greg setelah meminum airnya. Jess mengusap bibir Greg yang basah lalu mengecupnya kembali. “Tak masalah. Aku harus ikut,” ucap Jess bersikeras. “Ayahmu akan marah jika kau melewatkan kuliahmu lagi karena aku,” sahut Greg. “Daddy tak akan marah karena aku bersamamu,” jawab Jess tersenyum cantik. “Oke,” ucap Greg yang malas berdebat karena hal ini sudah terjadi berulang kali. Greg sebenarnya cukup jenuh dengan sikap posesif Jess ini. Tapi ia selalu berdalih bahwa Jess melakukan ini karena sangat mencintainya. Dan apa yang dilakukan Jess ini masih dalam batas wajar. Lalu Greg pun menyuruh Jess menunggu di mobilnya karena pria itu akan mengganti bajunya terlebih dulu di ruang ganti. * * “Kau membawa Jess lagi?” tanya Alex ketika mereka sedang berada di kamar ganti. “Ya, dia akan pergi jika bosan dan dia tak mengganggu sama sekali, kan?” sahut Greg. “Ya, tapi teman-teman wanita kita menjadi sasaran mata tajamnya,” jawab Alex. Greg hanya tertawa pelan. “Itu wajar karena mereka melihatku,” jawab Greg dengan pedenya. Alex mendecak dan menepuk lengan Greg lalu segera menuju ke area kamar mandi. Setengah jam kemudian, Greg menuju mobilnya dan melihat Jess duduk di kap mobilnya sembari memainkan ponselnya. “Ayo,” ucap Greg pada Jess. “Hmm, angkat aku,” sahut Jess dengan suara manjanya. Greg kemudian menaruh tasnya ke dalam mobil lalu mengangkat tubuh Jess dan memasukkannya ke dalam mobil. “Thank you,” ucap Jess sembari mencium leher Greg yang sangat harum menurutnya. Lalu mereka pun pergi dari sana menuju ke sebuah cafe di mana teman-teman Greg akan berkumpul. “Hai,” sapa Jess dengan ramah ke teman-teman Greg dan juga beberapa wanita yang ada di sana. “Katamu ini acara pria, lalu mengapa wanita-wanita itu juga ada di sini?” tanya Jess dengan suara yang tak dipelankan sama sekali. “Maaf, Jess. Kami lebih dulu di sini daripada dirimu. Kau bukan kelompok kami dan hanya anak baru di sini,” sahut Maria — salah satu dari empat wanita itu. “Hei, berhentilah,” ujar Greg dan menarik tangan Jess agar duduk di sebelahnya. Jess mencebik dan memang kelakuannya masih seperti anak kecil karena ia merupakan anak satu-satunya. Meskipun pintar, Jess selalu berusaha masuk ke dalam obrolan yang terkadang tak masuk di levelnya. Beberapa teman-teman Greg ada yang sama sekali tak sesuai levelnya, dan sifat dominannya membuat dirinya terkadang menyela pembicaraan yang dianggapnya konyol padahal itu hanyalah sebuah candaan bagi teman-teman Greg. “Dia menyebalkan sekali. Bagaimana bisa Greg menyukainya?” bisik Maria pada Alex. “Dia calon dokter dan dari keluarga yang selevel dengan Greg,” sahut Alana di sebelah Maria. “Aku melihatnya seperti perempuan bodoh yang manja,” ucap Maria. Alex dan Alana tampak tertawa pelan dan itu terlihat oleh Jess. Jess tahu bahwa ia sedang dibicarakan dan ia tak suka dengan hal itu. “Greg, kita pulang saja. Aku bosan di sini karena obrolan mereka sama sekali tak bermutu,” ucap Jess menyindir Maria. “Kau bisa meminta supirmu menjemput,” sahut Greg yang membuat Jess tak suka. “Kau pacarku, bukan? Jadi kau yang harus mengantarku,” ucap Jess yang sedikit membentak. Greg mengerutkan keningnya karena tak suka dengan jawaban Jess.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD