Jess
Jess masuk ke dalam kamarnya dan kemudian duduk di kursi meja belajarnya.
Meskipun ia terlihat cuek, tapi ia sebenarnya cukup peduli pada masalah apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Jess memang anak yang manja tapi ia tak sampai hati untuk mengabaikan permasalahan yang terjadi pada keluarganya.
Jess mengirim pesan pada sang ibu dan menanyakan di mana ibunya berada saat ini. Setelah menunggu lama, Jess tetap tak mendapatkan balasan pesan dari ibunya.
Lalu Jess menelepon Greg, tapi pria itu justru mematikan ponselnya. Ia berpikir mungkin kini Greg masih sibuk dengan urusannya. Kemudian Jess memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang sembari menunggu kedatangan Greg yang mungkin sebentar lagi akan datang.
*
*
Dua jam berlalu, Greg belum juga datang. Orang tua Jess pun belum terlihat kembali ke rumah. Jess menelepon sang ibu tapi wanita paruh baya itu tak mengangkat teleponnya.
"Di mana mereka?" gumam Jess yang mulai khawatir ke mana ibu dan ayahnya pergi.
Lalu Jess keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu. Di saat ia akan menuju ke pintu depan, kedua orang tuanya masuk ke dalam rumah.
"Mom, Dad ..." Jess menghampiri kedua orang tuanya.
Jennifer dan Aron melihat ke arah Jess. Jennifer berhenti melangkah, berbeda dengan sang ayah yang langsung menuju masuk ke kamarnya.
"Ada apa, Mom? Semua baik-baik saja?" tanya Jess pada ibunya.
"Ya, semua baik-baik saja," jawab Jennifer tersenyum dan Jess tahu bahwa itu adalah senyum kegundahan.
"Aku sangat mengenal kalian berdua. Ada yang tak beres dan aku tahu itu," ucap Jess.
"Kami baik-baik saja, Sayang. Hanya ada sedikit masalah di rumah sakit," kata Jennifer.
"Masalah apa? Katakan padaku," jawab Jess.
"Hei, kami masih bisa mengatasinya dan kau cukup belajar saja. Jadilah Dokter bedah terbaik dan banggakan Daddy serta Mommy, oke?" saht Jennifer tersenyum dan berjalan kembali menuju ke arah kamarnya menyusul sang suami.
Jess hanya terpaku di tempatnya dan ia berharap apa yang dikatakan sang ibu benar adanya bahwa masalah mereka tak sebesar yang ia duga.
Beberapa menit kemudian, Jess mendengar suara deru motor dari halaman rumahnya dan ia tahu bahwa itu adalah suara motor milik Greg. Gadis itu tersenyum dan menuju ke arah pintu untuk menemui sang pujaan hati.
CEKLEK
Jess melihat ke arah Greg yang membuka helmnya. Gadis cantik itu tersenyum senang melihat pria yang dicintainya datang.
Jess turun ke tangga beranda dan menghampiri Greg lalu memeluknya.
"Mengapa lama sekali?" tanya Jess.
"Hmm, ada beberapa urusan lain. Ada yang ingin kubicarakan," ucap Greg.
Jess melepaskan pelukannya dan mendongang ke arah wajah Greg.
"Ada apa?" tanya Jess.
"Kita bicara di dalam saja," jawab Greg.
"Oke, kita bicara di kamarku saja," ucap Jess dan menarik tangan Greg.
Mereka berdua jalan bersama dan masuk ke dalam rumah. Jess masih menggandeng tangan Greg hingga mereka melewati kamar kedua orang tua Jess yang tampak hening.
"Di mana orang tuamu?" tanya Greg.
"Mereka di kamar," jawab Jess tersenyum tipis dan berjalan menuju ke tangga untuk naik ke lantai dua.
Jess melihat ke arah pintu kamar orang tuanya dan hampir saja tersandung jika saja Greg tak memegang pinggangnya.
"Hei, fokuslah," ucap Greg.
Jess mengangguk saja dan kembali menyusuri tangga bersama Greg.
Setibanya di kamar, mereka duduk di balkon kamar Jess.
"Katakan ada apa?" tanya Jess langsung.
"Aku akan lulus dan kau tahu itu," jawab Greg.
"Ya, lalu?" tanya Jess.
"Aku akan meneruskan kuliahku selanjutnya di Stanford," jawab Greg akhirnya.
Jess tak menjawab apa pun dan hanya menatap Greg.
"Jika kau tak keberatan kita bisa menjalani LDR. Tapi jika kau tak mau tak masalah. Mungkin kita harus mengakhirinya," ucap Greg.
"Apakah itu mudah bagimu, Greg?" tanya Jess yang melihat sikap santai Greg ketika mengatakan hal itu.
"Kita sedang dalam proses mengejar apa yang kita inginkan, Jess. Kau tahu bahwa aku ingin memulai perusahaanku sendiri dan tak mengandalkan perusahaan keluargaku. Aku ingin merasakan perjuangan itu," jawab Greg.
"Kau juga ingin fokus pada sekolah kedokteranmu yang pastinya memiliki mata kuliah yang cukup sulit, bukan? Jika kita bisa fokus dengan hal itu, maka kita akan bisa mencapai apa yang kita mau. Kita bisa bertemu lagi nanti," ucap Greg.
"Jadi kau ingin berpisah denganku?" tanya Jess karena akan pergi ke Inggris?" tanya Jess.
"Tidak, bukankah aku memberimu pilihan? Kita bisa menjalani hubungan jarak jauh. Tapi intensitas komunikasi kita tak akan selancar ini lagi nantinya," jawab Greg memberi penjelasan pada Jess.
"Baiklah, kita akan menjalani hubungan itu meskipun jarak akan memisahkan kita untuk sementara. Aku bisa menjalaninya," ucap Jess akhirnya dan kemudian memeluk Greg.
"Apakah kau mencintaiku, Greg? Aku mencintaimu, tapi kau tak pernah mengatakan hal itu padaku secara gamblang," ucap Jess.
Greg tak segera menjawab dan hanya diam saja.
"Baiklah, aku tahu jawabanmu. Setidaknya kau memberi kesempatan padaku untuk bisa dekat denganmu," kata Jess yang kemudian melepaskan pelukannya.
Lalu ponsel Jess berbunyi dan gadis itu segera mengambilnya ke dalam. Greg beranjak dari kursi dan mengikuti Jess masuk ke dalam kamar.
Jess mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan telepon itu.
"Ada apa, Anna?" Jess menatap Anna.
"Kau sudah melihat pesan yang kukirimkan?"
"Belum, tunggu aku akan melihatnya," jawab Jess.
"Oke, nanti akan kutelepon lagi." Anna menutup sambungan teleponnya.
Lalu Jess melihat pesan yang dikirimkan oleh Anna tadi.
Ia melihat berita di mana inisial nama ayahnya tersangkut dengan penjualan obat ilegal dan membelinya dari mafia obat.
Dan disebutkan juga bahwa sepuluh dokter yang terlibat akan diberhentikan sementara dari rumah sakit, dan itu termasuk nama ayahnya meskipun nama itu hanya dituliskan inisialnya saja.
Jess tahu bahwa itu nama ayahnya karena rumah sakit yang disebutkan adalah rumah sakit tempat ayahnya bekerja sebagai wakil direktur rumah sakit itu.
Tangan Jess gemetar dan Greg melihat perubahan di raut wajah Jess.
“Hei, ada apa?” Greg menangkup pipi Jess.
Lalu Jess memberikan ponselnya pada Greg. Pria itu kemudian melihat berita yang ada di ponsel Jess.
“Aku mendengar mereka bertengkar tadi. Dan Daddy tak bersalah, Greg. Aku yakin Daddy tak akan melakukan hal ini,” ucap Jess yang matanya sudah berkaca-kaca.
Greg kemudian memeluk Jess.
“Tenanglah. Pengacara di tim hukum Daddy akan membantu Uncle Aron." Greg mencoba menenangkan Jess.
Keluarga Greg adalah keluarga terpandang yang memiliki hampir semua lini bisnis termasuk kantor hukum.
“Daddy akan baik-baik saja, bukan? Aku takut jika Daddy terpuruk karena hal ini,” sahut Jess yang masih berada di pelukan Greg.
“Ya, kau jangan khawatir. Tim hukum kami yang akan mengurusnya." Greg masih menenangkan Jess.