Jess berusaha tak masuk ke dalam restoran karena ia sudah berjanji pada Greg bahwa ia tak akan berulah lagi.
Tapi rasa penasaran dan cemburunya itu sangat membuatnya kesal dan ingin rasanya memukul seseorang.
Jess mondar mandir di depan mobilnya sambil melihat ke arah Greg dan wanita itu. Mereka berdua tampak tertawa bersama dan sikap Greg sangat berbeda jika bersamanya.
Lalu Jess akhirnya kembali ke dalam mobil dan mencoba menelepon Greg. Tak sesuai bayangannya, ternyata Greg menerima teleponnya dengan cepat karena ia pikir tadi Greg akan mematikan ponselnya.
Ada rasa sedikit lega karena hal itu, tapi Jess masih penasaran dengan jawaban yang akan disampiakan oleh Greg nanti.
“Halo, Honey. Kau di mana? Aku sedang di kampus dan ingin menemuimu,” ucap Jess berbohong.
“Kau di kampus? Aku sedang keluar. Salah satu staf perusahaan Daddy datang ke kota ini, jadi aku menemuinya di restoran,” jawab Greg jujur.
Jess terdiam dan senyumnya mengembang puas karena mendengar jawaban itu. Greg tak berbohong dan ia bersyukur tak mengikuti emosinya tadi.
“Bolehkah aku menyusul ke sana?” tanya Jess.
“Tak perlu. Aku hanya sebentar. Lima belas menit lagi aku selesai dan akan kembali ke kampus lagi,” jawab Greg.
“Baiklah, aku menunggu di kampus saja kalau begitu." Jess tersenyum.
“Aku masih sibuk di kampus. Pulanglah, nanti sore aku akan ke rumahmu."
“Benarkah? Baiklah, aku akan menunggumu,” sahut Jess.
“Hmm, bye."
“I love you.".
“Me too." Greg menutup sambungan teleponnya.
Jess tersenyum dan melihat kembali ke arah Greg yang kembali berbicara dengan wanita itu.
Jess berusaha menepis kecemburuannya dan percaya pada Greg.
Lalu Jess pun menuju salon dan ia ingin perawatan hari ini karena nanti Greg akan ke rumahnya.
Hatinya cukup bahagia hari ini karena Greg tak berbohong padanya. Sesampainya di salon, Jess pun masuk ke dalam sana dan ternyata ia bertemu dengan Maria — teman Greg.
Maria dan Jess sama-sama tak menyapa karena mereka memang tak berhubungan baik sejak awal.
“Aku ingin ruangan VIP,” ucap Jess pada manajer salon itu.
“Baik, Nona Jessamine,” jawab sang manajer yang sudah sangat mengenal Jess karena Jess dan ibunya sering ke sana sejak Jess masih berumur 10 tahun.
“Cih,” sindir Maria dan seakan meremehkan Jessamine.
Jess tak mempedulikan hal itu, tapi ia sengaja menyenggol sebuah nampan berisi perlengkapan salon hingga jatuh mengenai bahu Maria.
Jess cepat-cepat pergi ketika suara berisik itu membuat semua pengunjung salon melihat ke arah Maria.
“Awas kau nanti,” geram Maria dengan suara pelan karena ia tahu bahwa itu adalah ulah Jess.
*
Jess masuk ke dalam ruangan VIP dan mulai mengganti bajunya dengan baju khusus.
Jess di sana hampir tiga jam lamanya hingga jam makan siang pun tiba. Tadi ia sudah memberitahu teman-temannya bahwa ia tak jadi menemuin mereka karena sedang ke salon.
“Dia selalu saja membatalkan janji secara sepihak,” gerutu Anna setelah melihat pesan Jess.
“Sudahlah, ayo kita jalan-jalan sendiri,” ucap Linda menarik tangan Anna.
“Dia semakin lama semakin menyebalkan, Linda. Aku heran mengapa kau masih bertahan berteman dengannya selama bertahun-tahun. Aku berteman dengannya karena dirimu saja,” jawab Anna.
“Dia gadis yang baik, Anna. Sangat baik. Itu lah yang selalu kutahu karena aku sejak kecil bersamanya,” ucap Linda.
“Untuk menjadi pesuruhnya? Dia benar-benar Nona muda yang suka memerintah,” jawab Anna.
“Anna, please, jangan menjelekkannya. Dia teman kita. Beberapa kali kita ditolongnya untuk membayarkan dulu uang kuliah kita. Dan dia meminjamkan apartemennya untuk kita, Anna,” ucap Linda.
“Ya ya ya, sudahlah ayo kita bersenang-senang saja sekarang,” sahut Anna yang tak mau membahas Jess lagi.
*
*
Pukul satu siang, Jess baru keluar dari salon dan langsung menuju restoran yang ada di sebelah Salon.
Jess makan siang sendirian di sana sampai akhirnya ada seorang pria yang duduk di depannya.
“Halo, Nona cantik. Kau sendirian? Bolehkah aku menemanimu?” tanya pria itu tapi Jess bersikap cuek pada pria yang lumayan tampan itu.
Tapi di mata Jess hanya Greg lah yang tertampak dan yang menempati ruang hatinya.
“Waah, aku suka wanita angkuh sepertimu. Sangat menantang bagiku,” ucap pria itu lagi dan Jess hanya mengunyah makanannya dan bahkan tak melihat ke arahnya.
Pria itu tampaknya sedikit kesal karena Jess tak menganggapnya ada. Pria itu kemudian memegang tangan Jess tapi gadis itu langsung menyiramkan minuman di gelas ke wajahnya.
Pria itu mengumpat dan menghampiri Jess tapi Jess menodongkan pisau makannya ke arah pria yang tampak marah itu.
“Jangan coba-coba,” ucap Jess.
Lalu beberapa security datang menghampiri mereka dan melerai perselisihan itu. Pria itu pun dibawa ke ruang security karena telah mengganggu Jess.
Jess juga menelepon pengacara keluarganya untuk memberi pelajaran pada pria yang tak sopan padanya.
“Dasar manusia tak berguna,” ucap Jess menyindir pria yang ada di depannya itu.
Pria itu tampak menyalang marah dan kemudian Jess keluar dari ruangan security dan pergi dari sana.
Karena keributan tadi, membuat Jess tak perlu membayar tagihan makanannya akibat security tak becus menjalankan tugasnya.
*
*
Kini Jess sedang dalam perjalanan pulang dan ia tak ke mana pun lagi karena dua jam lagi Greg akan datang ke rumahnya.
Satu jam kemudian, Jess tiba di rumah mewahnya. Baru saja melangkah masuk, Kess mendengar suara pertengkaran dari dalam kamar orang tuanya.
Kedua orang tuanya tak pernah bertengkar seperti itu sebelumnya dan itu membuat Jess kaget saat ini.
Jess mendekati kamar orang tuanya dan menguping di depan pintu.
Jess mulai mendengar apa yang menjadi perdebatan kedua orang tuanya dan ini berhubungan dengan rumah sakit.
“Seharusnya aku tak membantu adikmu masuk ke rumah sakit itu jika pada akhirnya dia akan merugikan kita,” bentak Aron.
“Dia belum tentu bersalah, Sayang. Tak mungkin John seperti itu.
“Jika dia benar-benar memiliki campur tangan dengan mafia obat itu, maka aku juga akan terseret. Karir dokterku dipertaruhkan!” bentak Aron lagi karena merasa sangat frustasi.
“Aku yakin kau tak akan kena imbasnya karena kau tak melakukan apa pun. Kau bersih, Sayang. Kau tak ada hubungannya dengan mafia obat itu." Jennifer memeluk Aron yang tampak tertekan itu.
Jess memundurkan kakinya lalu berbalik pergi. Jess berjalan ke arah tangga dan naik.
Kemudian Jess menoleh kembali ke bawah. Ia melihat kedua orang tuanya keluar dari kamar dan tampaknya akan keluar dari rumah.
Jess berharap masalah ayahnya akan cepat selesai karena Aron sangat mencintai pekerjaannya dan bukan semata karena uang karena Aron sudah sangat kaya tujuh turunan dari warisan orang tuanya.