Maria langsung mati kutu begitu tahu yang dihadapinya adalah ibu dari Greg.
“M-maaf, aku tak tahu jika anda ibu dari Greg. Aku berpikir bahwa anda …”
“Jika aku ibu Jess lalu kau akan bersikap tak sopan pada orang tua, begitu?” potong Thalia.
“A-aku tak bermaksud begitu. Jess yang memancingku dan perlu Aunty tahu bahwa Jess memiliki perangai yang buruk. Greg saja tak tahan dengannya dan selalu mengatakan aka putus dengan Jess karena sikapnya yang menyebalkan,” ucap Maria.
Jess kesal mendengar ucapan Maria dan ia menggenggam tangannya sendiri untuk menahan emosinya agar tak meledak di depan Thalia.
Jess memundurkan langkahnya, tapi Thalia memegang tangannya.
“Jess, jangan dengarkan kata-kata jahatnya.” Thalia melihat tajam ke arah Maria.
“A-ku tak mengada-ada, Aunty. Semua juga tahu bagaimana karakter buruk Jess,” ucap Maria.
“Diam!!” bentak Thalia pada Maria.
Maria memundurkan langkahnya lalu pergi dari sana bersama dua temannya.
Wajah Jess terlihat sendu dan Thalia memeluknya.
“Jangan dengarkan dia. Greg tak mungkin mengatakan hal itu. Dia pasti menyukai Greg dan membencimu, jadi dia ingin menjatuhkanmu dan membuatmu down.”
“Thank you, Mom.” Jess akhirnya tersenyum.
Ia lega karena setidaknya ia memiliki kubu yang sangat kuat dengan Thalia sebagai pembelanya jika Greg sampai memutuskannya.
Setelah menemani Thalia berbelanja, Jess pun ikut pergi ke mansion Keluarga Uvarov karena nanti akan makan malam bersama.
*
*
Malam menjelang, Greg pun baru datang sampai di mansionnya. Di halaman depan, ia disambut oleh Jess.
Greg turun dari mobilnya dan kemudian Jess langsung berlari ke arahnya lalu memeluknya.
“Kau sibuk hari ini?” tanya Jess.
Greg mengangguk dan tersenyum lalu mengecup bibir Jess. Kemudian mereka bergandengan tangan berjalan bersama masuk ke dalam mansion.
Makan malam itu pun dimulai setelah kedatangan Greg. Suasana semakin ramai karena Jess selalu bercerita hal -hal menarik yang pernah ia alami.
Kedua orang tua Greg selalu terhibur jika Jess menghabsikan waktunya di mansion mereka. Meskipun terkadang menyebalkan, tapi Jess adalah sosok gadis yang selalu menghormati orang yang lebih tua darinya.
Itu karena didikan baik dari ayah ibunya sejak Jess kecil. Kedua orang tua Jess sangat menghormati nenek Jess hingga akhirnya itu dijadikan contob bagi Jess bagaimana cara memperlakukan orang tua.
*
*
Setelah makan malam, Jess diantar pulang oleh Greg dan sebelum itu Jess minta diantar ke rumah temannya terlebih dulu untuk mengambil sebuah flashdisk tugas kuliahnya.
“Ini bukan rumah Anna,” ucap Greg.
“Ya, aku tak sekelompok dengannya untuk tugas kali ini,” jawab Jess dan turun dari mobil sedangkan Greg menunggu di dalam mobil.
Jess berjalan ke arah rumah temannya dan memencet tombol bel pintu rumah itu.
CEKLEK
Pintu terbuka dan tampak keluar seorang pria yang lumayan tampan serta berkaca mata.
“Hei, Jess. Ayo masuk dulu, aku akan mengambilkan flash disk nya,” ujar Aston dengan wajahnya yang berseri.
“Aku tunggu di sini saja,” jawab Jess.
“Oke.” Aston tersenyum lalu masuk kembali ke dalam rumahnya.
Tak berapa lama, Aston keluar lagi sembari membawa flash disk dan juga satu buku tebal yang kemudian memberikannya pada Jess.
“Itu buku yang kau cari sebulan lalu. Aku menemukannya di perpustakaan umum. Jess, besok jangan sampai kau tak masuk ke kelas praktikum,” kata Aston mengingatkan.
“Ya, terima kasih, Aston. Kau selalu membantuku. Kau pria yang baik, Aston. Bye.” Jess kemudian berbalik pergi.
“Jess, bagaimana tawaranku waktu itu?” tanya Aston.
Jess berhenti melangkah dan melihat ke arah Aston.
“Aku belum memikirkannya.”
“Kehadiran kita pasti akan ditunggu anak-anak panti itu, Jess. Kuharap kau akan datang ke acara sosial itu,” kata Aston.
Jess tersenyum pada Aston.
“Baiklah, Aston. Aku tak bisa menolak permintaan orang sebaik dirimu. Bye,” jawab Jess akhirnya.
“Thank you, Jess,” sahut Aston dengan wajah senangnya sembari tersenyum lebar.
Aston menyukai Jess sejak pertama masuk kuliah. Dan Jess cukup berteman baik dengannya karena Aston adalah mahasiswa paling pintar di angkatan mereka.
Aston bahkan sering membantu Jess jika ada tugas yang tak terlalu dimengerti oleh Jess.
Dan ketika hubungan Jess dan Greg tersiar, itu membuat Aston patah hati. Cinta dalam diamnya pada Jess masih terjaga dengan baik di dalam hatinya.
Ia berusaha menerima hal itu dan ia sangat berharap suatu saat Jess dan Greg putus. Apalagi Aston mendengar kabar bahwa Greg akan kuliah ke Oxford. Itu artinya Jess dan Greg terpisahkan oleh jarak yang sangat jauh.
*
Greg melihat raut wajah Aston ketika memandangi Jess. Mata siapa pun pasti akan bisa menebak bahwa Aston menyukai Jess.
Ya, siapa yang tak akan menyukai Jess? Populer, pintar, cerdas, cantik, dan berasal dari kaluarga kaya.
Jess memiliki standar sempurna yang diinginkan oleh semua pria.
Jess masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangannya pada Aston.
“Dia siapa?” tanya Greg sembari memutar mobilnya.
“Aston.”
“Kalian sekelas?” tanya Greg.
“Ya, dia murid terpintar di angkatanku dan aku sering meminta bantuannya jika ada tugas. Dia sangat baik,” jawab Jess dengan memuji Aston.
Lalu Greg tak bertanya lagi.
“Greg, bisakah kita berhenti sebentar?” tanya Jess.
“Untuk apa?” tanya Greg.
“Aku hanya ingin membaca buku ini sebentar. Aku ingin memastikan apakah ini benar buku yang kucari atau bukan. Jika bukan, maka aku akan mengembalikannya langsung pada Aston.” Jess mengambil kacamatanya di dalam tas.
Greg menghentikan mobil mewahnya di pinggir jalan yang berbatasan dengan sebuah lapangan rugby.
Lalu Greg membuka atap mobilnya dan membuat Jess tersenyum.
“Thank you,” ucap Jess dan mulai membuka bukunya.
Jess memeriksa dengan teliti setiap sub bab di buku tebal itu. Ada materinya yang memang dicarinya untuk membantunya belajar mengenai salah satu mata kuliahnya yang cukup sulit baginya.
Greg menatap ke arah Jess yang tampak serius membaca bukunya. Percaya atau tidak, Greg sangat suka jika melihat Jess dan mode serius seperti itu dan justru membuat Jess terlihat seksi.
Meskipun lebih sering menyebalkan, tapi Greg selalu melihat sisi positif dari seorang Jessamine.
Tak lama kemudian, Jess mengambil ponselnya dan menelepon Aston. Jess menyalakan mikrofonya karena ia masih sambil membaca bukunya.
“Aston, apakah ada buku yang lain? Kurasa buku yang ini kurang lengkap,” kata Jess.
“Ya, besok akan kucari di perpustakaan. Bagaimana jika kita besok sama-sama ke perpustakaan? Setelah itu kita bisa makan siang di cafe,” jawab Aston dan Greg menatap ke arah ponsel Jess.
“Oke, tak masalah. Besok kita ke perpustakaan bersama, tapi aku akan makan siang bersama Anna besok,” kata Jess.
“Aku akan bergabung dengan kalian. Tak masalah, kan? Mungkin kita bisa sembari membahas bukunya,” sahut Aston.
“Oke, thank you, Aston.”
“Kau masih suka dengan matcha, bukan? Besok aku akan membawakannya untukmu. Ibuku yang membuatnya,” kata Aston.
“Tidak, Aston. Tak perlu repot-repot. Oke, bye.”
Jess langsung mematikan ponselnya.
“Dia menyukaimu,” ucap Greg tiba-tiba.
“Ya, aku tahu,” jawab Jess santai.
“Kau sengaja bersikap baik padanya karena kau memanfaatkannya?” tanya Greg.
“Tidak, aku tak pernah memaksanya mendekatiku, Honey,” Jawab Jess yang kembali membaca bukunya.
Lalu Greg menutup buku Jess dan memegang tengkuk lehernya kemudian memagut bibirnya.