Break??

970 Words
Greg membuka pintu kamar Jess perlahan dan melihat gadis itu tertidur di balik selimutnya. Sebenarnya Greg tak ingin memarahi Jess, hanya saja sikap posesif Jess dari ke hari semakin menjadi. Dan Greg sepertinya harus memutuskan Jess sebelum dia benar-benar akan kuliah di Inggris karena dia tak akan bisa menjalani hubungan tak sehat seperti ini. Greg ingin lebih fokus dengan kuliahnya dan tak memikirkan hal lain yang justru akan membuyarkan konsentrasinya dalam mengejar cita-citanya. * * Pagi menjelang, Greg belum melihat Jess keluar dari kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul delapan dan Greg sebenarnya akan pergi ke suatu tempat bersama Samantha—temannya yang kemarin kemari—hari ini. Karena tak kunjung bangun, akhirnya Greg masuk ke dalam kamar Jess. "Jess, bangunlah.” Greg menuju ranjang dan melihat selimut yang dipakai Jess sudah turun sampai pinggang Jess hingga punggung Jess terlihat jelas. Jess tidur dengan posisi tengkurap dan wajahnya menoleh ke arah kanan. Lalu Greg menarik selimut itu ke atas leher Jess hingga wanita itu merasakan kehadiran Greg. "Hei, morning," bisik Jess sembari mengerjapkan matanya. Wajah Jess yang polos tanpa riasan membuat wanita itu terlihat seperti remaja berusia lima belas tahun. "Bangunlah," ucap Greg. "Pergilah jika kau ingin pergi. Aku masih ingin tidur. Aku benar-benar lelah.” Jess menutup kembali matanya. Lalu Greg mengusap wajah imut Jess hingga membuat Jess membuka matanya kembali. "Kita putus?" tanya Jess lirih. "Kita akan membicarakan hal ini nanti," jawab Greg. "Aku tak mau. Aku tak mau putus darimu," kata Jess dan kemudian membenarkan posisinya menghadap ke arah Greg. Gadis cantik itu membenarkan letak selimutnya agar tubuhnya tak terlihat oleh Greg. "Bangunlah, kita akan makan pagi di cafe seberang.” Lalu Jess mengangguk saja dan akan menjadi penurut hari ini. "Aku akan menunggu di luar.” Greg berbalik pergi dari kamar. Jess kemudian membuka selimutnya dan berjalan ke arah kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Jess pun keluar dari kamar mandi lalu membuka kopernya. Ia mengacak-acak kopernya karena tak ingin membuat Greg menunggu lama. Hanya sepuluh menit saja Jess sudah berpakaian dan merias wajahnya dengan riasan tipis saja. Lalu dia segera keluar dari kamar dan menemui Greg. "Ayo.” Jess langsung menggandeng tangan Greg. Mereka berdua keluar dari apartemen dan berjalan ke arah cafe yang ada di seberang jalan. Setibanya di cafe, mereka langsung memesan makanan dan menyantapnya segera. Setengah jam kemudian, mereka pun selesai menghabiskan makanannya. Setelah itu mereka kembali ke apartemen karena Greg ingin membicarakan tentang hubungan mereka. "Kau pulang pakai pesawatku saja nanti siang. Aku sudah menyiapkannya," kata Greg. "Kau mengusirku?" tanya Jess sembari mengerutkan keningnya. "Jess, aku di sini bukan untuk bermain-main.” "Ya, sampai-sampai kau mengundang teman wanita masuk ke dalam apartemenmu. Apakah kalian akan bersenang-senang jika aku tak datang semalam? Apakah kau sudah bercinta dengannya?" Jess mulai emosi. "Jess!!" bentak Greg. "Aku tak bisa membayangkan jika kau menetap di Inggris nanti. Kalian pasti akan selalu bertemu setiap hari.” Emosi Jess sudah tersulut. "Samantha adalah kekasih temanku. Dan semalam temanku akan kemari tapi aku menyuruhnya tak kemari karena Samantha telah pulang. Kami tak hanya berdua di sini," sahut Greg. "Tapi aku tak suka dengan wanita itu. Dia terlihat menyukaimu," kata Jess dengan keyakinannya. "Jess, aku ingin kita putus. Kau sama sekali tak dewasa dan kurasa kita harus break dulu.” "Aku tak mau!!" teriak Jess. "See?? Lihatlah sifat agresifmu ini. Kau toxic, Jess. Dan aku berkali-kali memberi kesempatan padamu, tapi kau sama sekali tak berubah. Kau bertindak semaunya tanpa memikirkanku sama sekali. Kau egois, Jess. Kau tak mencintaiku, tapi kau mencintai dirimu sendiri!” Jess kemudian menangis karena ia tak ingin putus dari Greg. "Jess, please ... Mengertilah aku sekali saja. Aku lelah dengan hubungan ini. Aku butuh bernafas lega sebentar saja. Selama ini aku sesak bersamamu.” Greg tak akan mengalah lagi untuk kali ini. "I hate you!!" teriak Jess emosi. Jess kemudian masuk ke dalam kamarnya dan menangis sejadinya di sana. Greg benar-benar tak main-main kali ini dan keputusannya untuk putus dari Jess harus dilakukan apa pun yang terjadi. Dia tak akan luluh dengan tangisan Jess lagi atau pun janji-janji manis Jess lagi. * * * Jess menatap ke arah jendela pesawat pribadi milik keluarga Uvarov. Matanya menatap kosong ke arah awan putih yang dilewati pesawat. Ya, Jess akhirnya mengikuti perintah Greg karena mungkin Greg membutuhkan waktu. Mungkin dengan hal ini, Greg akan mempertimbangkan tentang hubungan mereka lagi. Jess ingin belajar tak menjadi egois dan lebih mementingkan kebahagiaan Greg. Ia berusaha berpikir lebih bijak lagi karena selama ini ia bersikap sangat kekanakan. Jess tahu bahwa sejak awal dirinya lah yang mengejar Greg dan memaksakan hubungan ini. * * Tiga bulan berlalu, Greg sudah keluar dari kampusnya dan menetap ke Inggris. Greg bahkan tak pulang sejak waktu itu karena ia mengurus semuanya melalui online saja dan bantuan dari keluarganya. Greg mengganti nomer teleponnya dan itu membuat Jess tak bisa menghubunginya lagi. Keluarga Greg pun sedang tak berada di New York hingga membuat Jess tak bisa menanyakan tentang kabar Greg pada ibunya. Hidup Jess menjadi sangat kesepian dan dia menjadi lebih pendiam ketika putus dari Greg. Jess melampiaskannya ke kuliahnya dan belajar tanpa memikirkan kesehatannya. Bahkan Aston yang ingin mengambil alih tempat Greg pun seperti tak memiliki kesempatan sama sekali karena hati Jess sudah tertutup untuk siapa pun kecuali Greg. * Hingga suatu siang, membuat kehidupan Jess berubah total. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan helikopter ketika mereka akan mendatangi sebuah acara bakti sosial di sebuah daerah terpencil. Jess yang kala itu sedang kuliah tampak langsung shock dan pingsan di kelas. Aston dan Linda membawanya ke klinik dan menunggunya hingga gadis itu sadar. Linda tampak menangis di sebelah Jess karena ia tahu betapa hancurnya perasaan Jess saat ini. "Aku akan selalu bersamamu, Jess. Jangan khawatir," ucap Linda sambil memegang tangan Jess. "Dia akan baik-baik saja, Linda. Kita akan menjaganya.” Aston memegang bahu Linda. Linda hanya mengangguk saja dan mengusap air matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD