"Papa berangkat!" Arei mencium setiap inci wajah Tamara, seolah tak membiarkan ada bagian yang terlewat, dan itu masih disaksikan oleh mama dan istri pertamanya. "Hati-hati, Pa!" "Iya, Sayang!" Arei sudah ingin bergegas menindak, tetapi ucapan sang mama mengurungkan niatnya. "Istrimu ada dua, Rei. Apa salahnya memperlakukan mereka dengan adil?" sahut Sinta. "Tanya dia sendiri. Kenapa aku gak pernah melakukan seperti yang aku lakukan pada Tamara. Sebagai suami aku enggan karena istrinya gak mau disentuh!" tandas Arei. Kemudian ia benar-benar pergi. Ekspresi Sarah pun kesal sehingga tatapan rasa kesal itu ia layangkan untuk Tamara. Jangankan dirinya, Sinta pun terlihat sinis. "Astaga, aku tertekan. Baiklah Tamara jalani hidup santai seperti dulu. Ini rumahmu, rumah suamimu, ma