Chapter 7

974 Words
Selamat membaca Brandon tersentak kaget. Ia tidak tau apa yang ia rasakan, tapi saat melihat wanita itu menangis membuatnya merasakan sesuatu yang aneh. Entahlah? ______________________________________ "Sialan!!!" Umpatnya kasar. Brandon beranjak dari tubuh Sahara dan duduk di tepi ranjang. Ia mengusap wajahnya frustasi. "Arrggghhhhhh!" teriaknya serak. "Lain kali aku tidak akan berhenti, walaupun kamu nangis darah sekalipun!!" Tukasnya dengan nada tinggi. Setelah mengatakan itu, Brandon langsung pergi. Ia membanting pintu kencang dan tidak lupa menguncinya agar Sahara tidak bisa kabur lagi. Sahara memejamkan matanya lama. Ia tidak pernah menduga jika nasibnya akan seperti ini. Kenapa ia harus bertemu dengan iblis itu? Seharusnya ia menolak beasiswa itu, mungkin nasibnya tidak akan seperti ini. Sahara menerawang ke depan dengan tatapan kosong. Apa sekarang hidupnya akan terus menjadi pemuas nafsu b***t laki-laki itu? Sungguh ia tidak terima harga dirinya diinjak-injak seperti sampah olehnya. Ia harus bisa membuat laki-laki itu bertekuk lutut kepadanya. Seakan dia sangat membutuhkan dirinya. Sahara mengepalkan tangannya kuat. Ia pasti akan membalas perbuatan Brandon dengan cara yang lebih menyakitkan. Brandon membanting semua barang yang ada di meja kerjanya. Ia tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya? Bukankan ia bisa berbuat sepuasnya pada wanita itu tanpa harus memikirkan perasaan dia. Tapi kenapa tubuhnya seakan mendesaknya untuk berhenti melakukan perbuatan bejatnya saat wanita itu menangis? ***** Jam sudah menunjukkan pukul 01.12. Brandon mengambil kunci di kantongnya dan memutar kuncinya perlahan agar tidak menimbulkan suara. Setelah pintu terbuka. Ia mengendap-endap masuk ke dalam kamar Sahara. Ia sama sekali tidak bisa tidur dan entah kenapa ia malah menuju ke kamar wanita itu. Kamar Sahara sangat gelap karena itu Brandon menyalakan lampunya. Ia terkejut saat melihat Sahara tidur dengan baju tidur transparan. Bahkan lingerie dan bh hitamnya terlihat sangat jelas. Tentu saja Sahara tidak ada pilihan lain. Karena yang ada di lemari hanyalah baju-baju tipis yang teramat sangat sexy. Brandon menelan ludahnya. Matanya semakin berkabut saat melihat Sahara bergerak, karena itu membuat bajunya semakin terangkat dan memperlihatkan paha mulusnya. Ia mendekati Sahara perlahan. Tangannya mulai masuk ke dalam baju perlahan dan meraba d**a Sahara. Ia meremasnya gemas. Sahara sontak terkejut dan membelalakan matanya lebar seakan bola matanya nyaris keluar dari tempatnya. "Apa yang kamu lakukan?!!" Brandon menyeringai. Ia menaikkan tangan Sahara ke atas kepala dan menggenggamnya kuat dengan tangan satu. "Menikmati tubuhmu!!!" Tukasnya serak. "Lepas!!! Aku tidak sudi disentuh b******n seperti mu!!!" Teriaknya dengan nada tinggi dan terus memberontak sekuat tenaga. "Diam Jalang!!!" Bentaknya kasar. "Sepertinya kamu memang lebih menyukai caraku yang kasar ya?" Brandon tersenyum sinis. Ia melepas baju tidur Sahara kasar dan meremas-remas d**a sintal Sahara kencang. Tangannya semakin turun ke bawah dan menyelinap masuk ke dalam lingerie tipis yang dipakai Sahara. Ia memasukkan jari tengahnya kasar ke organ intim Sahara. "Aaaaaaaa!!!!! Sa___kit!!!" Teriaknya kesakitan. Sahara sudah bergerak tidak karuan karena organ intimnya benar-benar sangat perih. "Stop!!! Aku mohon hentikan!!" ucapnya parau sambil menggigit bibirnya kencang. Brandon menyeringai. Ia melumat bibir Sahara ganas dan mengigitnya sampai berdarah. Sahara meringis menahan sakit. Karena miliknya sudah mengeras dari tadi, ia memasukkan miliknya tanpa aba-aba. Napas Sahara sempat tertahan seakan ada benda tajam yang menghunusnya. Milik Brandon sangat besar, jauh berbeda dengan milik Sahara yang sempit. Dan itu membuat organ intim Sahara terasa panas dan lecet saat Brandon memompanya kencang. Saat mencapai klimaks Brandon mengeluarkan spermanya di dalam daan mencabut paksa miliknya. Sahara mengengam tangannya kuat-kuat. Ia merasakan tubuhnya remuk. Bahkan saat ia bergerak sedikit saja, organ intimnya terasa nyeri, dan perih. Tanpa rasa bersalah Brandon pergi begitu saja dan meninggalkan Sahara yang kesakitan. Ingin sekali Sahara membunuh laki-laki b******n itu. Bahkan dia lebih pantas di sebut iblis. Ia berusaha bangkit dari ranjang, walaupun sesekali ia meringis karena kesakitan. "Awwww!!" Rintihnya saat mencoba berdiri. Sahara sangat jijik dengan tubuhnya sendiri dan sekarang ia harus membersihkannya. Ia berjalan tertatih-tatih. Sepanjang jalan ia selalu memegang tembok untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh saat berjalan. Di dalam kamar mandi Sahara tidak henti-hentinya berteriak dan memukul tembok sebagai pelampiasan. Wanita mana yang rela di perlakukan seperti p*****r? ***** 2 Minggu kemudian. Sahara sudah tidak tahan lagi. Ia benar-benar sangat frustasi. Setiap hari batinnya selalu tertekan dan tersiksa. Bagaimana tidak? Setiap harinya b******n itu selalu memperkosanya secara brutal. Bahkan dia tidak peduli jika milik Sahara terluka dan mengeluarkan darah karena permainannya yang sangat kasar dan tidak manusiawi. Setiap menatap pintu. Sahara selalu ketakutan, ia memeluk tubuhnya erat. Keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhnya, bahkan tangannya gemetaran. Ia tidak bisa tenang. Setiap detik, menit, dan jam selalu merasa resah, dan gelisah. Ia sangat takut saat melihat pintu kamarnya terbuka. Apa lagi saat melihat wajah Brandon, itu sama seperti berhadapan dengan malaikat maut. Ketika mendengar suara pintu dibuka. Jantung Sahara seperti berhenti berdetak. Ia memeluk lututnya erat dan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Brandon benar-benar berhasil merusak mental dan psikis Sahara. Tiba-tiba ia merasakan sakit di kepalanya karena rambutnya ditarik secara paksa ke belakang. "Aaaaaa!!!!" Teriaknya kesakitan. "Hari ini aku ingin mulutmu yang memuaskanku, Jalang!!" Tukasnya tersenyum sinis dan menatap Sahara dengan tatapan merendahkan. Sahara mengeleng-gelengkan kepalanya pelan. Apakah Brandon tidak mempunyai hati nurani? Bahkan Sahara seperti sudah tidak mempunyai harga diri lagi. Tiba-tiba Brandon membuka celananya dan mengarahkan kepala Sahara kasar ke miliknya yang sudah berdiri tegak. "Ahh__hh ahhhh! Faster b***h!!!" desahnya sambil memejamkan matanya karena sangat menikmati. Brandon tidak peduli jika Sahara hampir tersedak. Ia memasukkan miliknya semakin dalam ke mulut Sahara. Sahara yang merasa mual dan ingin muntah, langsung mengigit milik Brandon dan bergegas berlari ke arah kamar mandi. "Aaaaaaaa!!!!" Teriak Brandon kesakitan. "Dasar wanita sialan!!!!!" Saat Sahara muntah pun bibirnya terasa perih. Tentu saja, karena milik Brandon tidak muat di mulut mungilnya dan itu membuat bibirnya sobek. Setelah mengeluarkan isi perutnya. Ia berkumur sekaligus mencuci muka. Sahara menatap dirinya di pantulan cermin. Rambutnya acak-acakan, tubuhnya semakin kurus, bundaran hitam di bawah mata mulai menghiasi wajahnya, dan juga bibirnya semakin bengkak. Itu seperti bukan dirinya. Sahara langsung terjatuh di lantai. Sungguh ia sudah tidak kuat lagi menghadapi semua ini. Ia menutup wajahnya dengan tangan. Sahara menangis sampai terisak-isak, ia benar-benar sudah tidak sanggup. Ia ingin segera bebas dari iblis itu, dan pergi jauh dari neraka ini. Kenapa beban hidupnya seberat ini? Ia lebih baik mengakhiri hidupnya daripada harus hidup seperti ini. "Ibu, A__yah. Maafkan Hara," ucapnya parau dan memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. "Aku tidak punya pilihan lain," ucapnya putus asa. Sahara mengusap air matanya kasar. Tekadnya sudah bulat. Ia harus melakukannya untuk terbebas dari penderitaan ini. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD