Part 02. Baru Sadar

1323 Words
Suasana pagi hari ini matahari bersinar sangat cerah, cahaya mentari mulai menyinari bumi. Tuan Indrawan sudah bersiap untuk berangkat ke kantor, pria dewasa itu terlihat sangat rapi menggunakan pakaian formalnya. Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh pagi namun Langit tak juga terlihat pagi ini. Tuan Indrawan mulai berjalan menuju ke kamar anak laki-laki satu- satunya yang ia miliki, sejak Langit Sekolah Menengah Atas ia di tinggal pergi ibunya untuk selamanya, istri tuan Indrawan menderita sakit jantung dan tak bisa di selamatkan lagi saat Langit duduk di kelas sebelas. Sejak saat itulah Langit menjadi pribadi yang sering mencari hiburan di luar rumah bersama teman- temannya saat pulang sekolah. Tuan Indrawan sering marah pada Langit hingga akhirnya saat Langit lulus sekolah SMA ia mulai tak pernah ada di rumah, Langit remaja sering pergi kerumah temannya dan juga sering menginap di sana. Tuan Indrawan sangat marah pada Langit hingga mau atau tidak mau Langit harus kuliah di Luar Negeri agar tak bisa bertemu lagi dengan teman- temannya. Awalnya Langit sangat menentang keputusan ayahnya tapi Langit remaja tak bisa lagi menolak keputusan ayahnya, walau bagaimana-pun Tuan Indrawan adalah ayahnya dan satu-satunya orang tua yang Langit miliki karena ibunya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Langit mulai menuruti kata ayahnya dan tak menentang ayahnya lagi, namun di Luar Negeri ia selalu mencari hiburan bersama teman-teman barunya tanpa pengawasan Tuan Indrawan, Langit sangat senang hingga ia tak mau pulang ke Indonesia kalau tidak ada kepentingan. Tuan Indrawan kini sudah sampai di depan pintu kamar Langit. Pria dewasa itu mulai mengetuk pintu kamar anaknya. Tok Tok Tok! Tuan Indrawan mengetuk pintu itu berulang kali namun tak juga ada jawaban dari dalam. "Lang!" Tuan Indrawan mulai memanggil anaknya. Namun masih tidak ada suara yang terdengar dari dalam. "Lang bangun sudah siang!" Tuan Indrawan memanggil lagi, tetapi masih tak ada jawaban dari Langit. Tuan Indrawan kini mulai masuk ke dalam kamar anaknya tapi kamar itu kosong tak ada Seorangpun yang ada di kamar ini. "Kemana Langit?" Tuan Indrawan bicara sendiri. Lalu pria dewasa itu mulai mengambil ponselnya dan mulai mencari nomor milik Langit. Setelah nomor ponsel Langit ketemu pria dewasa itu menekan tidak tombol hijau dan mulai menghubungi nomor Langit. Pertama tak ada jawaban dari seberang sana, nomernya aktif namun tak juga di angkat oleh Langit. Tuan Indrawan mulai terlihat sangat gelisah, ia mencoba lagi menghubungi nomor anaknya, panggilan kedua tak juga ada jawaban dari sana. Hingga panggilan ke tiga, ke empat dan seterusnya tak juga dapat jawaban dari Langit. Pria dewasa itu mulai curiga pada Langit, apa mungkin Langit kembali seperti dulu saat bersama dengan teman-teman lamanya, apa mungkin ia menginap di rumah keluarga Wijaya, karena memang kemarin Tuan Indrawan menyuruh Langit untuk pergi kerumah keluarga Wijaya karena mereka baru pindah ke Jakarta hari itu dan sorenya Langit langsung pergi kesana. Kini Tuan Indrawan mulai menghubungi keluarga Wijaya dan akan mencoba menanyakan Langit pada keluarga adik kandungnya. Ya Tuan Wijaya adalah adik kandung Tuan Indrawan mereka ada dua saudara yang berbeda profesi, Tuan Wijaya berprofesi sebagai Dokter sedangkan tuan Indrawan meneruskan perusahaan keluarga besarnya dan juga bisnis kuliner. [Halo selamat pagi mas, ada apa tumben pagi-pagi telepon?] terdengar suara Tuan Wijaya dari seberang sana. "Halo selamat pagi Wijaya, apa Langit ada di sana?" tanya Tuan Indrawan pada adik kandungnya. [Langit pulang tadi malam mas, ada apa ya?] "Tidak ada apa-apa, Langit belum pulang ke rumah sejak kemarin," Tuan Indrawan mulai menjelaskan semuanya pada tuan Wijaya adiknya. "Saya akan mencoba menghubungi Langit lagi, nomernya aktif tapi tidak di angkat anak itu," Ucap Tuan Indrawan kemudian pria dewasa itu mematikan sambungan teleponnya dan mulai lagi menghubungi Langit namun tak juga ada jawaban dari seberang sana. Tuan Indrawan mulai curiga dengan sikap anaknya setelah beberapa hari ini berada di Indonesia kini mulai lagi jarang berada di rumah. Pria dewasa itu kini dapat pesan dari sekretarisnya dimana isi pesan itu memberitahukan kalau rekening bank atas nama Langit sudah habis isinya tak tersisa begitupun dengan kartu kredit atas nama Tuan Indrawan yang di berikan pada Langit setelah berada di Indonesia. "Kurang ajar sekali kamu Langit!" Tuan Indrawan mulai marah pada anaknya, pria dewasa itu mulai mengepalkan kedua tangannya, terlihat guratan dari wajah pria dewasa itu kalau ia sangat marah pada anak laki-lakinya. Tuan Indrawan mulai mengetik pesan untuk Langit agar segera pulang ke rumah karena ia akan menunggu sampai Langit pulang. ***** Di sisi lain Langit masih belum sadarkan diri, ia masih tertidur dengan sangat pulas karena gadis yang semalam bersamanya telah mencampurkan obat tidur ke dalam minuman milik Langit. Langit mulai membuka matanya perlahan, tangannya mulai memegang keningnya yang masih sedikit pusing. Laki-laki muda itu mulai sadar kalau ia semalam pergi bersama dengan seorang gadis cantik yang baru di kenalnya di klub malam bernama Dhealova. "Di mana Dhealova?" Langit mulai bangun dan mencari gadis itu keseluruh ruangan yang ada di kamar hotel itu namun ia tak juga menemukan seseorang yang ia cari. "Sial, dia sudah pergi." Langit mulai mengumpat, ia kini kembali ke sofa dimana ia terbangun tadi. Langit duduk dan mulai mengambil ponselnya yang ada di atas meja bersama dengan dompet miliknya. Laki-laki muda itu kini mulai membuka ponsel miliknya dan mata Langit membulat saat ia melihat begitu banyak panggilan tak terjawab dari ayahnya. Ia mulai membuka pesan yang dikirimkan oleh ayahnya kalau ia kini di tunggu di rumah. Langit mulai mengambil jaket miliknya yang ada di sofa dan memakainya, ia juga mengambil dompetnya lalu memasukkannya ke saku saku celananya tanpa mengecek dulu isinya. Setelah Langit melakukan cek out kini ia berjalan menuju mobil sport warna hitam miliknya yang terparkir di halaman hotel itu. Mobil milik Langit kini berjalan membelah jalanan Ibu Kota Jakarta. Di perjalanan ia masih belum tahu tentang apa yang sudah dilakukan oleh gadis yang baru saja di kenalnya, Langit masih bisa tersenyum saat melihat gadis cantik yang masih jual mahal padanya. Setelah dua puluh menit melakukan perjalanan kini akhirnya Langit sudah sampai di depan rumahnya Langit segera memarkirkan mobilnya di halaman. Ia mulai membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil miliknya. Saat Langit masuk ke dalam rumah tiba-tiba saja Tuan Indrawan menampar pipi anaknya. Plak! Satu tamparan kini mendarat di pipi Langit. Laki-laki muda itu masih belum mengerti kenapa tuan Indrawan tiba-tiba saja menampar pipinya. "Pa, apa yang Papa lakukan?" Langit bertanya pada ayahnya karena ia tidak mengerti apa yang telah terjadi. "Dari mana saja kamu Lang? Jawab Papa!" Tuan Indrawan mulai marah pada anaknya. "Langit semalam menginap di rumah om Wijaya Pa," Langit mulai membela dirinya. "Jangan bohong kamu Lang, Papa baru saja menelepon om Wijaya katanya kamu sudah pulang sejak kemarin malam, lalu dari mana saja kamu?" Tuan Indrawan marah karena Langit mulai berani berbohong pada ayahnya sendiri. "Langit ... Menginap di rumah teman Pa," Langit mulai sedikit jujur. Namun ia masih berbohong dan tidak berani mengatakan kalau ia menginap di hotel bersama seorang gadis. "Mana kartu ATM dan kartu kredit kamu?" tuan Indrawan mulai bertanya pada Langit. "Kenapa Papa menanyakan itu?" Langit segera mengambil dompetnya yang ada di saku celananya. "Ada di dompet Langit Pa," lanjut Langit menunjukkan dompetnya pada Tuan Indrawan. "Papa tanya kartu bukan dompet Lang, mana kartunya?" Tuan Indrawan masih menahan emosinya. Langit segera membuka dompet miliknya namun laki-laki itu terkejut saat melihat semua kartu miliknya hilang dan sudah tidak ada di dompetnya. "Pa, Langit..." Langit tak bisa lagi berkata apapun karena tuduhan ayahnya benar, Langit hanya bisa diam sambil menundukkan wajahnya. "Benar hilang kan Lang? Kamu harus di hukum kamu harus bekerja mulai hari ini!" Tuan Indrawan sangat marah pada anak laki-lakinya. "T-tapi Pa," Langit mulai protes. "Tidak ada tapi- tapian Lang kamu harus di hukum karena kamu sudah menghilangkan kartu itu, asal kamu tahu saja semua isinya sudah habis di ambil orang, kamu harus bekerja mulai hari ini, sekarang kamu mandi Papa tunggu di cabang baru cafe kita, nanti papa kirim alamatnya, Papa tunggu kamu secepatnya." Tuan Indrawan sangat pusing memikirkan anak satu- satunya itu, kini Tuan Indrawan melangkah pergi menuju keluar rumahnya meninggalkan Langit sendiri dengan sejuta pertanyaan. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD