Challange With Aurora

1019 Words
Mario berjalan kembali masuk ke kamar. Seketika, ia dibuat terheran oleh Aurora. Padahal, masih dilanda kebingungan, Aurora malah dandan. “Mendingan bikin ide.” Jasmin tertawa puas melihat Aurora seakan-akan disalahkan oleh Mario. Tidak lama kemudian, mereka menyepakati bahwa segmen baru akan diisi dengan tantangan bersama Aurora. Sistimnya adalah kolaborasi dengan tantangan berupa menjawab soal tentang ilmu apa pun, kalau tidak bisa menjawab ada konsekuensi untuk memakan cabai satu biji. Setelah itu, mereka akan memenuhi permintaan salah satu subscriber untuk collab bareng salah satu penyanyi di Indonesia. Penyanyi yang telah memiliki satu mini album bersama partnernya. Mario mencoba untuk menghubungi manajer penyanyi itu. Ternyata, ia menyanggupinya setelah menunggu selama beberapa jam kemudian. Setelah mendapatkan kepastian, Mario mencari tempat yang nyaman untuk syuting. Untuk jadwal, pihak Aurora menyamakan dari pihak penyanyi. Aurora tahu pasti bahwa seorang penyanyi pasti memiliki kesibukannya sendiri. Rapat telah selesai sejak dua jam yang lalu. Mario pun telah pergi dari rumahnya. Kini, Aurora dan Jasmin tengah duduk di salah satu angkringan yang buka dua puluh empat jam. Mereka menikmati kopi s**u dan gorengan. “Ra, kayanya seru kalau kapan-kapan kontennya di angkringan,” celetuk Jasmin. Tiba-tiba ada Langit dan sahabatnya—yang kemarin bertemu di toko bunga—duduk di meja sebelah kanan meja Aurora. Sejak kedatangannya, Aurora tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Langit. Entah kenapa rasanya, hati Aurora selalu bergetar jika ada Langit di sekitarnya. Sesekali, Langit pun memandanginya. Bahkan, tidak dipungkiri sahabatnya itu juga sering tersenyum ke arah Aurora. “Kenapa?” tanya Langit yang mengerti jika Aurora sejak tadi memandanginya. “E-eh, gak apa.” Aurora mengalihkan matanya ke depan. Ia menikmati gorengannya kembali. Di sana, ia seakan mati kutu karena sikap dari Langit. “Ra, lu suka, kan, sama Langit?” “Apaan, enggaklah. Mana ada,” lirihnya. “Hati-hati, loh, Ra. Dulu waktu Langit deketin kamu pas di kantin, kamu kan gak suka banget. Tapi, kenapa sekarang malah sering menatap Langit?” lirihnya sambil menyeduh kopinya. “Sudahlah, pulang yok.” Aurora berjalan kembali ke mobilnya. Sedangkan, Jasmin membayar pesanan yang telah habis dinikmati kepada penjual angkringan. Tidak lama kemudian, mobil Aurora telah melenggang jauh ke jalan raya. Kring! Kring! Kring! Suara ponsel Aurora menggema dari balik tas kecilnya. Ternyata, ada sebuah pesan dari Mario yang mengabarkan bahwa jadwal syuting konten barunya. Lusa, mereka akan mengerjakan collab tersebut di jam dua siang. Aurora melenggang untuk kembali ke rumahnya. Di sana, ia mendapati orang tuanya yang sedang duduk menonton televisi. “Ma .... “ “Iya, ada apa?” jawab Nilam dengan suara yang sangat lembut. “Gak ada apa-apa. Cuman pingin manggil aja.” Aurora mencium pipi ibunya dengan penuh rasa sayang. Setelah itu, Aurora dan Jasmin berjalan menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya. Mereka ingin melepas penatnya. Akan tetapi, gagal karena tiba-tiba ada tugas dari guru. Benar-benar sekolah daring sedikit membuatnya merasa stres. “Dasar, kenapa gak dari pagi, sih. Ini sudah hampir sore.” Aurora membuka laptopnya untuk mengerjakan soal-soal itu. Sepuluh pertanyaan esai itu harus dijawab dengan diketik. Oleh karena itu, Aurora memilih memakai laptop agar lebih nyaman untuk mengetik. “Ra, gue copy paste .... “ “Gak mau. Lu harus kerjakan sendiri. Bukan karena apa, Jas. Gue takutnya pas masuk kelas, guru tanya ke lu tentang materinya dan akhirnya lu gak bisa jawab, apa gak malu?” Aurora dan Jasmin berkutat pada tugasnya masing-masing. Sampai akhirnya telah selesai dikerjakan sekitar pukul empat sore. Setelah itu, Aurora mandi lalu membantu Nilam memasak. Sedangkan, Jasmin masih tertidur sejak pukul tiga sore tadi. Tugasnya saja masih terbengkalai. Dua hari kemudian, Aurora, Jasmin, dan Mario telah datang ke salah satu kafe yang ada di daerah Cibubur. Mereka akan melakukan kegiatan yang memang telah direncanakan sebelumnya. Di sana juga telah hadir Agatha Pricilla sebagai bintang tamunya. “Hai, Kak,” sapa Aurora. “Hallo, kamu apa kabar? Ususnya masih sehat kan?” tanyanya diselingi senyuman yang begitu manis. “Sehat kok.” Aurora meminta Mario untuk mempersiapkan segala peralatan yang akan digunakan untuk kegiatan syuting. “Ra, si speaker ketinggalan!” teriak Jasmin yang sedang mengeluarkan peralatan dari tas. Pada akhirnya, agar lagu yang diputar itu bisa terdengar dengan sempurna, Mario mengatasinya dengan menggunakan mikrofon. “Welcome back to my youtube channel, Guys!” kata Aurora membuka kegiatan syuting kali ini. “Baik, hari ini kita akan melakukan syuting di segmen terbaru, yaitu; Challange with Aurora. Nah, untuk bintang tamu pertama kita hadirkan sesuai permintaan dari kalian. Kita sambut ... Agatha Pricilla!” “Hallo semuanya. Pastinya sudah kenal dengan diriku ini, ya.” “Baik, Kak. Jadi, akan ada beberapa lagu yang akan diputar. Kita berebutan untuk menjawab judul dan penyanyinya. Kalau salah, kita harus menikmati satu biji cabai. Untuk yang kalah, harus menikmati menu mukbang dari kami.” “Waduh ... Berat juga, ya, Bun,” jawabnya sembari memegang kepalanya. “Oke, lagu yang pertama .... “ Mario memutar satu intro lagu dari ponselnya. Seharusnya, lagu itu telah begitu hafal di dalam benak Agatha. “Wah ... Wah ... Gue tahu ini lagu, Guys. Jadi, ini itu lagu jaman gue masih anu. Judulnya ‘Sendiri lagi’ penyanyi ... Tentu saja gue dan kawan-kawan.” “Benar!” Kegiatan berlanjut sampai akhirnya dimenangkan oleh sang bintang tamu. Akhirnya, Aurora harus menikmati satu porsi makanan dengan porsi besar yang sekiranya bisa dinikmati oleh beberapa orang sekaligus. “Baiklah, memang Rora itu bagian mukbang. Bagian soal musik dan ilmu pengetahuan lainnya masih kosong. Ini ada tempe goreng di dalam sudah ada isi sambal masih ditambah cabai sebanyak ini, Guys.” Aurora menunjukkan piring berisi puluhan cabai merah itu. “Nih Guys, gak tipu-tipu.” Aurora melahap semuanya selama sepuluh menit. Di sana, ia tidak merasakan tanda-tanda tubuhnya yang akan berubah. Apa hanya karena melihat Langit menguap bisa membuat tubuhnya melebar dan kulit timbul bercak merah menyala? Setelah selesai syuting, Aurora dan Agatha bincang santai di kafe itu sembari menikmati suguhan yang telah dipesan oleh Jasmin. Dari perbincangan itu, Aurora mendapatkan nilai berharga untuk hidupnya. Bahwa seseorang yang telah mencapai puncak kejayaan, angin akan semakin kencang menerpanya. Kita sebagai manusia, harus bisa menghadapinya. Angin -angin itu menurutnya akan berlalu jika kita bersikap cuek.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD