Citra berjuang melahirkan kedua buah hatinya. Tanpa ada suami di sampingnya. Tak ada yang membisikkan kata penyemangat di telinganya. Tidak ada lengan yang bisa jadi tempat ia berpegangan. Dan, setelah proses bersalin selesai. Tidak ada yang mengucapkan terima kasih sambil mengecup keningnya. Berbagai rasa berkecamuk di dalam hati Citra. Tangis berusaha ditahan, sedu sedan coba tak diperdengarkan. 'Tuan ... anak-anakmu sudah lahir, tanpa ada bapaknya bersama mereka. Bukan suara azan dari mulutmu yang bisa mereka dengar. Bukan sentuhan lembut bapaknya yang yang mereka rasakan. Aku ikhlas, Tuan. Ikhlas berpisah, dan tak memiliki kesempatan bertemu denganmu lagi, demi ketenangan hidup kami. Juga demi ketenangan rumah tangga Tuan.' Citra mengusap wajahnya yang basah oleh air mata. Dokter su