Bab. 5 Dipecatnya Sang Manager

1526 Words
Sudah tiga hari Azura di rawat, selama itupun Melvin menemani Azura tanpa ada bantahan sedikitpun. Adira bahkan meminta Melvin cuti di kantor selama Azura sakit, Adira tidak ingin jika Azura sendirian di saat calon pewaris ada di dalam perut Azura. "Kau tidak bekerja? aku sudah lebih baik dari sebelumnya." Azura memulai obrolan karena sejak dua hari lalu dia dan Melvin sudah terbiasa berbicara antara satu dengan yang lain. Walaupun awalnya sangat canggung, pada akhirnya mereka bisa berbicara dengan santai tanpa ada hal yang perlu di takutkan oleh Azura. Melvin meminta agar Azura berhenti kerja, dia tidak ingin Azura kelelahan dan pada akhirnya membuat anak yang ada di dalam kandungannya mengalami bahaya. Melvin menuruti segala hal yang neneknya katakan, walaupun dalam hati dia merasa gelisah karena melakukan hal ini tanpa persetujuan dari kekasihnya. Di lain sisi Azura tidak tahu jika Melvin memiliki kekasih, dia juga menyembunyikan fakta bahwa Azura memiliki kekasih yang mencintainya, dia tahu Rangga pasti akan sangat kecewa. Tapi apakah Azura bisa melakukan hal lain? dia tidak memiliki pilihan karena dia tahu Rangga tidak akan menerima dirinya apalagi dalam kondisi hamil yang bahkan bukan anaknya sendiri. Memikirkan Rangga kecewa terkadang membuat hati Azura terasa sakit, dia tahu dia salah tapi segala hal yang terjadi kini bukanlah kehendaknya sendiri. Melvin juga mungkin tidak bermaksud melakukan hal itu, karena tidak mungkin Melvin berminat pada dirinya yang hanya karyawan rendahan di perusahaan cabang miliknya. Dua orang yang merasa bersalah ini merupakan korban dari keegoisan yang Amel lakukan. Mungkin Melvin akan menyalahkan Amel jika wanita itu marah padanya, jika Amel tidak memberikan kado malam itu semuanya tidak akan terjadi seperti ini. Pernikahan akan tetap di langsungkan oleh neneknya, semuanya akan tahu jika Melvin dan Azura menikah dan Amel pasti akan menyesal jika dia mengetahui hal ini. Amel terlalu yakin bahwa Melvin tidak akan meninggalkan dirinya, dia merasa jika Melvin terlalu cinta mati padanya hingga hanya dia yang mampu membuat Melvin tak berdaya, kini segala hal yang terjadi berjalan sesuai dengan takdir Tuhan. Apa yang Amel rencanakan mungkin sirna dan dia tidak akan pernah menjadi nyonya Abraham sesuai dengan apa yang dia inginkan. "Aku libur, kau setelah ini akan tinggal dimana?" tanya Melvin. "Di Kos, aku tidak punya tempat tinggal lagi selain itu," ucap Azura. "Kau bisa tinggal di apartemen milikku, aku tidak ingin anakku hidup di kos kecil seperti punyamu."Arogansi Melvin mulai Azura rasakan, dia memang tidak bisa di bantah tapi jarang orang tahu jika Melvin teman bicara yang asik. "Aku ingin segera pulang dan ke rumah orang tua untuk memberitahu masalah pernikahan ini," ucap Azura. "Aku bisa menemanimu dan meminta ijin untuk menikah denganmu, lagi pula lokasinya tidak terlalu jauh dari sini." Melvin mengatakan hal itu dengan mudahnya. Bukan maksud hati untuk Azura menolak, dia hanya tidak ingin jika respon dari keluarganya membuat dirinya kecewa, Azura ingin mengatakan semua itu dengan perlahan dan sikap nenek yang angkuh itu sangat memalukan bagi Azura jika sampai keluarga Melvin melihatnya. "Aku akan memberimu waktu, hari kedua kau di sana aku akan menyusul sembari meminta restu." Melvin mengatakan hal itu seperti tanpa beban. Azura mau tidak mau pun mengiyakan, dia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya tapi dia percaya Melvin mampu menghadapi semuanya dengan baik. *** Adira kini marah, anak keduanya menolak keputusan tentang apa yang Adira katakan. Pernikahan Melvin memang terkesan tiba-tiba tapi Adira sudah sangat yakin jika ini yang terbaik untuk mereka. "Ibu Tidak tahu bibit bebet dan bobot dari wanita itu, kenapa ibu memilih orang yang tidak baik untuk mengandung anak dari Melvin?" Haikal tidak terima. Dia hanya tidak ingin jika Melvin segera menikah, dia hanya ingin Melvin menjadi bayang-bayang dan tidak memiliki hak apapun untuk menjadi pewaris yang sah. Sampai saat ini Haikal terus berusaha agar dirinya yang mewarisi tahta ibunya sebagai pemilik perusahaan ini, tapi kini dengan mudahnya Melvin akan merebut setelah dia menjadi CEO di perusahaan keluarga. Haikal tidak bisa menerima hal ini, apapun yang terjadi dia akan berusaha menggagalkan segalanya. Melvin tidak boleh menikah dan memiliki anak, jika dia melanggar maka Haikal akan melakukan hal buruk padanya. "Ibu memang selalu pilih kasih," ucap Haikal. Haikal pergi meninggalkan ibunya, Adira memang sengaja mengatakan hal itu. Dia tidak ingin Haikal terlalu berharap dengan apa yang tidak mungkin dia dapatkan. Adira sudah cukup kecewa dengan apa yang tega Haikal lakukan, karena itulah sampai saat ini Adira melindungi kepemimpinan yang seharusnya untuk Haidar, anak pertamanya. Tahta yang dia miliki hanya untuk Melvin, sebagai permintaan maaf karena Adira tidak bisa menjaga anaknya dengan baik. Adira sampai saat ini menyesal karena tidak bertindak lebih cepat, dia hanya sibuk bekerja setelah kematian suaminya. Adira bekerja hingga perusahaan berkembang sangat pesat selama ini, tetapi dia gagal menjadi seorang ibu, dia tidak bisa menjaga anaknya dengan baik, karena itulah dia hanya ingin menebus kesalahannya dengan menjaga Melvin dan melindungi apa yang seharusnya ayah Melvin miliki. Adira tidak akan membiarkan Haikal merebut apa yang seharusnya dimiliki oleh Melvin, ini merupakan hukuman yang Adira berikan pada anaknya. Dia tidak ingin Haikal terus memudahkan segala hal dengan kekerasan dan semua tingkah gila yang dia lakukan. Banyak hal yang tidak biasa dan Adira hanya terus berwaspada agar tidak terulang kembali hal yang tidak ingin dia ingat sepanjang masa. "Jangan lakukan apapun jika tidak ingin menyesal," *** Sore hari terjadi hal yang sangat urgent di perusahaan, Melvin ijin untuk melihat apa yang terjadi dan dia tidak menyangka jika karyawan yang dia percaya melakukan hal yang tidak bermoral padanya. "Apa yang kau lakukan! kau di pecat." Melvin marah dan meninggalkan Manager yang mencoba menggoda Melvin dengan sensual. Agis sebagai manager di perusahaan cabang itu tidak menyangka jika yang dia dapatkan hanya pecatan, dia pikir jika bos nya mudah di goda apalagi setelah melihat bos nya dengan begitu khawatir nya pada karyawan rendahan seperti Azura. "Sialan," umpat Agis lalu mengancingkan kemeja seksinya. Agis tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan jika dia di pecat, tetapi dia sadar jika dia sudah membuat Melvin buru-buru dengan alasan permasalahan urgent di perusahaan. Arogansi Melvin memang tidak pernah main-main dan kini Agis mendapatkan karma atas segala hal yang sudah dia lakukan pada Azura. Agis selalu melakukan hal buruk pada Azura dan wanita itu menerima segalanya dengan hati yang ikhlas dan kini Agis harus keluar dari perusahaan dengan tidak hormat karena terhasut ucapan Marsya yang dia pikir mampu membuat Agis menjadi nyonya besar keluarga Abraham. "Sialan, Mar." Umpat Agis pada Marsya. "Kenapa lancar?" tanya Marsya. "Ya, Lancar pecat nya. Sialan," Agis kembali mengumpat karena dia sangat kesal pada hari ini. Kelakuannya memang tidak benar dan dia melakukan segala hal itu dengan cara yang salah, dia seharusnya sadar jika ucapan orang lain yang dikatakan tentang Melvin adalah benar adanya. Hanya karena melihatnya khawatir pada Azura lantas membuat Agis gegabah dan merayunya, jika sudah begini apa yang bisa Agis lakukan? dia sudah nyaman berada di sini dan mencari pekerjaan sangat susah baginya. "Kau memohon lah, agar di ampuni." Marsya mengatakan hal itu dengan entengnya. "Kau juga harus tanggung jawab Mar, jika bukan karena mu mungkin aku tidak akan melakukan hal yang seperti ini," kesal Agis. "Lagian gue cuma kasih saran, jika di terima ya syukur kalau nggak ya tidak masalah, jika seperti ini kan gue juga tidak tanggung jawab. Pak Melvin seleranya tinggi, menolong Azura yang pingsan itu mungkin hanya iseng karena dia kesurupan, lelaki arogan seperti itu mana mungkin perhari pada orang lain? tidak akan mungkin." Marsya mengatakan banyak hal yang dia inginkan. Lagi-lagi Agis hanya bisa mendesah dengan lemas, kesalahan yang dia miliki tidak sepele dan Agis juga tidak memiliki muka untuk menghadap Pak Melvin yang masih murka kepada dirinya. Melvin orang yang tidak bisa menerima permintaan maaf, dia akan memecat orang itu sesuai dengan apa yang dia inginkan. segala kesalahannya adalah hal fatal dan mau tidak mau Agis harus menerimanya dengan baik. Agis mengemas barang-barang miliknya ketika atasannya memberikan surat untuk dirinya, Benar apa yang Orang lain katakan bahwa Melvin tidak akan mentolerir setiap kesalahan yang dilakukan oleh pekerjanya. Agis terlalu kelewat sudah melakukan hal yang buruk dan kini hanya penyesalan yang dia rasakan. "Kau keterlaluan," ujar atasan Agis. "Aku tahu akau salah, aku terlalu lupa diri." Agis mengatakan hal itu dan kini mulai menangis. Atasan Agis lalu meninggalkan ruangan ini, dia meminta Agis untuk segera bergegas karena Melvin tidak ingin melihat Agis berlama-lama di perusahaan miliknya. "Astaga, keterlaluan." Marsya memeluk Agis. Walaupun mereka hanya berteman sebentar tapi Marsya dan Agis lebih dekat, mereka sama-sama memiliki hobi yang sama yang mungkin menyakiti orang lain yang di sekitarnya. Marsya selalu ingin menang sendiri, kini melihat Azura yang sudah tidak datang berhari-hari membuat Marsya bosan karena tidak ada orang yang bisa dia kerjai dengan mudah. Azura memang termasuk orang baru di perusahaan ini karena dia sangat mudah di pengaruhi dan tidak pernah membantah. Azura terlalu malas berhubungan dengan orang lain karena itulah dia selalu mengikuti apa yang mereka katakan selama tidak membuat Azura mati. "Azura apa kabar ya, apakah dia juga di pecat?" tanya Marsya. "Aku tidak ingin membicarakannya, aku saja di pecat." Kesal Agis yang kini sudah siap dengan kardus tempat barang miliknya. Marsya memeluk Agis, dia merasa bersalah tapi dia tidak ingin di pecat juga karena Marsya masih membutuhkan pekerjaan yang menghasilkan lumayan uang untuk hidupnya. "Aku harap aku yang menggantikan dirimu,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD