Bab. 6 Ketahuan Hamil

1523 Words
Azura sudah berada di bus untuk menuju ke kampung halamannya, walaupun banyak hal yang Melvin larang tetapi Azura tetap teguh untuk melakukan hal itu. Azura tidak ingin menjadi pusat perhatian satu kampung, sudah cukup namanya cenderung buruk karena neneknya selalu menyebar hal yang tidak benar tentang dirinya. Azura tidak pernah mengerti, seharusnya keluarga saling menyimpan aib keluarganya sendiri tetapi kini yang terjadi malah sebaliknya, tidak ada hal yang Azura lakukan tetapi neneknya seolah-olah menyebar fitnah bahwa Azura bekerja sebagai wanita tidak benar di kota. Sakit hati Azura jika mengingatnya tetapi dia tetap menahan diri karena masih ada ibunya di sini, dia sangat ingin membawa pergi ibunya karena dia tidak tega ibunya dijadikan pesuruh oleh keluarga ini. "Maafkan aku Bu," batin Azura menangis tiap kali memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan ibunya. Pukul sebelas pagi kini Azura sudah sampai di kampungnya, dia berjalan menuju rumah karena tidak ada satu orang pun yang tahu jika dirinya saat ini pulang ke rumah. Jantung Azura berdebar dengan kencang, ketika dia semakin dekat dengan rumahnya. Azura merindukan ibunya, dia tidak bisa berkomunikasi karena Ibunya tidak memiliki ponsel. Memang segala hal terjadi begitu menyedihkan tapi dia tidak bisa melakukan apapun selain menerima segala hal yang terjadi dengan hati yang ikhlas. "Ibu," panggil Azura ketika sudah sampai di depan rumah. Ibunya duduk di kursi tepat di bawah pohon rindang yang dulu digunakan Azura sebagai tempat bermain. Ibunya terlihat semakin kurus dan tidak ada rona merah di pipinya. "Azura," Ibu Azura lalu memeluk anaknya dengan erat. Dia sangat merindukan anaknya, dia bertahan selama ini hanya untuk Azura dan karena itulah dia tidak ingin jika Azura tersiksa hidupnya karena tinggal bersama dengan mertuanya yang kejam. "Ibu sangat kurus, maafkan Azura Bu," ucap Azura meminta maaf karena dirinya sungguh tidak bisa lagi menahan air matanya. Azura tidak sanggup mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padanya, dia tidak ingin jika ibunya semakin khawatir atas kondisinya di kota. "Anak pembawa sial, rupanya pulang. Kalian berdua memang sama-sama tidak berguna," maki Nenek Azura yang baru saja keluar rumah. "Jangan dengarkan, kamu masuk saja terlebih dahulu." Ibu Azura menggenggam tangan Azura dan membawanya masuk. Sudah cukup dia yang mendapat caci maki setiap hari, dia tidak akan tega melihat anaknya mengalami hal yang buruk seperti dirinya. Dia bertahan untuk anaknya dan ketika segala pertahanan yang dibuatnya runtuh dia tidak akan bisa lagi untuk tinggal diam, selama ini dia banyak bersabar karena Azura masih membutuhkan keluarganya untuk masa depannya kelak tapi semakin hari perbuatan mereka sungguh tidak manusiawi, jika dia berpikir kembali dia bahkan tidak tahu apa salahnya hingga semuanya menjadi seperti ini. "Ibu, aku tidak tega melihatmu seperti ini." Azura menangis di pangkuan ibunya. Ayahnya bahkan tidak bisa melakukan apapun, melihat Ibu Azura yang terus di rendahkan dan diperlakukan tidak baik sikap ayahnya hanya diam seakan tidak peduli. Azura tahu ibunya pasti menyimpan luka dalam hatinya, tapi selama ini dia berusaha untuk kuat karena baginya mempertahankan pernikahan ini lebih baik karena dia tidak ingin anaknya hidup tanpa orang tua yang lengkap, semua hanya demi Azura. "Jika ibu tidak sanggup, Ibu bisa pergi bersama Azura." Azura memohon pada ibunya. "Tidak, Ibu tidak mau jika merepotkan mu. Ibu tak apa," ucap Ibu Azura yang bernama Prasasti. "Ibu, Azura tidak repot sama sekali. Azura tidak ingin jika pada akhirnya Ibu hidup tidak bahagia di sini, apa yang ibu harapkan dari sini? tidak ada hal yang bisa membuat ibu bahagia, hanya kesedihan yang ibu dapatkan. Walaupun bersama Azura akan hidup lebih hemat setidaknya Azura tidak perlu mengirim uang untuk nenek, alasan Azura mengirim uang karena ibu masih disini." Azura mengatakan hal itu pada Prasasti. "Azura, Jika ibu tidak disini lantas siapa yang akan mengerjakan semuanya?" tanya Prasasti. "Ibu hanya diperlakukan sebagai pesuruh di sini, Azura bahkan tidak tega melihat ibu yang harus bekerja keras untuk menyelesaikan segala hal demi keluarga ini, tapi apa? mereka bahkan selalu menginjak-injak harga diri Ibu. Tidak ada yang mengerti sama sekali," ujar Azura yang tidak suka dengan keteguhan hati ibunya untuk tetap tinggal di keluarga yang sama sekali tidak membuatnya merasa nyaman. "Azura," ucap lirih Prasasti yang semakin membuat hati Azura sedih. Azura sebagai anak hanya ingin membuat ibunya bahagia, dia tidak ingin jika ibunya di siksa dan diperlakukan tidak baik di rumah ini. Memang ibunya dari orang yang tidak mampu, keluarga ibunya tidak sebanding dengan keluarga ayahnya karena itulah perlakuan nenek sangatlah berbeda dari menantunya yang lain. Nenek selalu membebankan pekerjaan rumah dan dapur pada ibunya sedangkan menantu yang lain di layani dengan sepenuh hati. Ayahnya bahkan tidak melakukan apapun, hal inilah yang semakin membuat Azura menjadi kesal pada ayahnya. "Besok, anak dari adik ayahmu akan dilamar oleh seseorang. Kamu masih disini kan? Ibu tidak bisa jika tidak ada yang membantu," ucap Prasasti sangat berharap pada anaknya. Azura mengangguk, dia seolah memiliki ikatan batin pada ibunya. Dia seolah tahu jika ibunya di sini merasa keberatan dengan segala hal yang harus dilakukan. Ibu Azura meminta anaknya untuk istirahat lebih dahulu karena malam nanti mereka harus bersiap memasak agar besok tidak terlambat menyiapkan segala hal yang di butuhkan. "Kamu istirahat dulu, ibu mau ke dapur." Azura menggelengkan kepalanya, Azura bergegas menaruh tas bututnya dan mengikuti ibunya ke dapur. Azura lelah tapi dia lebih tidak sanggup jika melihat ibunya mengerjakan semuanya sendiri, Azura berjanji dia akan membuat ibunya bahagia dan meninggalkan keluarga ini. Azura tidak peduli dengan ayahnya, lagi pula Azura dan ibunya disini juga tidak ada yang peduli, ibunya sakit pun dirasakan sendiri dan mereka menganggap bahwa ibu Azura hanya pura-pura saja agar tidak melakukan pekerjaan rumah yang biasa dilakukannya. "Ya begitu harusnya, ibunya babu anaknya pun juga babu." Sindir Claudia, dia adalah wanita yang akan dilamar esok hari. Perkataan itu memang sangat menyakitkan tetapi Prasasti meminta anaknya untuk diam, lebih baik diam dibandingkan masalah semakin runyam. Itulah yang Prasasti katakan sejak awal, disini dia hanya bertingkah seperti orang bisu, melakukan segalanya dengan diam karena sudah muak dengan segala kekerasan yang dia dapatkan. Azura bahkan masih melihat luka lebam di kaki dan tangan ibunya, dia tahu semua ini adalah perbuatan nenek dan ibunya hanya diam seolah hal ini tidak ada masalah dengan dirinya. Ibunya orang yang terlampau sangat sabar, hal yang membuat Azura tetap berjuang adalah melihat ibunya, dia orang yang sabar dan terus bertahan dalam segala kondisi yang ada. "Claudia akan dinikahi lelaki kaya, tidak seperti kamu yang hidup dengan bantuan orang yang tidak benar." Sindir Nenek Azura dengan sangat pedas. "Hahaha, dia itu apa? tidak sebanding dengan aku yang cantik ini." Claudia dan neneknya akhirnya pergi keluar setelah puas mengatakan hal yang kejam itu. Prasasti menunduk sedih, dia tidak suka anaknya di ejek seperti ini. Claudia tidak secantik itu, wajah Azura lah yang lebih cantik tetapi dia tetap polos dan tidak merias wajahnya jika di rumah seperti ini, Claudia akan semakin marah jika ada orang lain yang melebihi dirinya, dia orang yang serakah dan Azura harap dia tidak akan lama merasakan kebahagiaan karena keserakahan yang dia miliki. "Ibu, aku lebih mantap mengajak ibu ke kota besok. Aku sudah muak mendengar ibu di rendahkan seperti ini," ucap Azura. "Azura, Ibu tidak bisa." Prasasti kembali menolak. Azura menangis, dia mengupas bawang merah sembari menangis karena ibunya selalu menolak apa yang dia tawarkan, niat baik Azura adalah ingin ibunya bahagia dan merasa tenang tetapi ketika Azura menawarkan pun ibunya tetap menolak dan memilih untuk berada di sini dan menerima segala hal buruk yang terjadi. "Jangan menangis," Prasasti ingin mengusap bahu Azura tetapi lebih dahulu mertuanya yang datang dan menarik rambut panjang Azura dengan kuat. Prasasti membantu Azura agar lepas dari cengkraman mertuanya, dia tidak tahu apa yang terjadi kenapa Azura diperlakukan tidak baik seperti ini. Sejak awal Azura dan dirinya diam tapi kini mertuanya sungguh keterlaluan membuat Azura merasa kesakitan. Prasasti tidak masalah jika mertuanya memperlakukan dirinya dengan keras tapi dia tidak akan membiarkan anaknya merasakan hal yang sama seperti apa yang dia rasakan. "Apa maksud Ibu?" tanya Prasasti pada ibu mertuanya. "Memang kau sialan, membuat malu keluarga. Anakmu jual diri, lihatlah berita ini memberitahu jika dia hamil!" Nenek memperlihatkan berita yang ada di ponselnya. Prasasti terkejut melihat wajah anaknya yang terpampang nyata, di duga dihamili oleh pemilik perusahaan tempat Azura bekerja. Azura hanya menangis, sakit di kepalanya tidak sebanding dengan rasa sakit melihat pandangan kecewa yang ada di wajah ibunya. Neneknya terus memukulnya, bahkan kini tubuhnya terasa remuk tak tersisa. "Azura, apakah itu benar?" tanya Prasasti yang kini melindungi tubuh anaknya dari pukulan ibu mertuanya. "Maafkan Azura Bu," ucap Azura. "Dasar wanita sialan, kau menjual tubuhmu dan membuat keluarga ini malu. Memang kau dan ibumu sama saja, kalian selalu membuat keluarga ini malu dengan tingkah kalian." Nenek murka dan terus memukul Azura. Azura melihat ayahnya di pintu dapur, tidak ada yang dia lakukan selain memandang. Azura berharap terlalu berlebihan jika ayahnya akan menyelamatkan dirinya karena pada kenyataannya ayahnya hanya memandangnya dan pergi dari sana. Lelaki itu sungguh tidak bertanggung jawab dan hanya mengikuti apa yang orang tuanya katakan. "Pergi dari sini," usir Linda. Claudia datang dan berbisik pada neneknya, dia tidak ingin Azura dan ibunya pergi sebelum acaranya berlangsung, mereka tidak ingin mempekerjakan orang lain untuk membantu menyiapkan makanan, mereka tidak ingin keluar uang lagi karena itulah mereka memanfaatkan Prasasti sebagai seorang pembantu di keluarga ini. "Memalukan,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD