Zoya ingin menjadi model

1136 Words
Malam itu Zoya sudah memikirkan banyak hal tentang apa yang akan dilakukannya, dia kembali menjadi Zoya di usia belasan tahun, tapi dirinya memiliki ingatan yang masih sangat baik sebagai Zoya yang telah berusia tiga puluh tahun. Akan sangat sia-sia jika dia tidak melakukan perubahan apapun. Perubahan pertama yang dia pikirkan, adalah mewujudkan mimpinya lebih awal. Papanya meninggal saat dia baru lulus SMA, maka sampai saat itu tiba, dia akan melakukan apapun yang akan membuat papanya bangga. Fokusnya sekarang adalah melakukan apapun sebaik mungkin, sebagai seorang putri tunggal. Tok! Tok! "Sayang, apa mama boleh masuk?" "Iya, Zoya ada di balkon!" Mamanya Zoya masuk dan melihat sang putri dibalut selimut tebal yang hanya memperlihatkan kepalanya saja. Senyumnya mengembang, karena bahkan diusia ini Zoya masih seperti anak kecil baginya. Dia belum rela jika anak itu terlalu cepat dewasa. "Jika dingin, kenapa malah berada di luar?" Shana ikut duduk di ayunan itu, di sebelah putrinya. Zoya tidak punya alasan yang bisa dikatakan. Duduk di ayunan membuatnya merasa seperti muda lagi. Karena Zoya remaja suka duduk di ayunan ini. Tidak ada salahnya dia kembali mengingat kebiasaan tersebut, karena sekarang dia kembali menjadi Zoya di usia remaja. "Menyenangkan dari pada duduk di dalam!" Zoya membuka selimutnya, dan berbagai selimut itu dengan mamanya. "Kamu ini, oh ya, tadi guru bahasa Inggris-mu menelpon mama. Katanya kamu tidak mengumpulkan tugas, ada apa, nak?" Shana tahu ada yang tidak beres, karena pelajaran bahasa Inggris sangat dikuasai oleh Zoya. Zoya menatap mata mamanya. Dia takut mamanya marah. "Zoya akan mengumpulkannya!" Shana melihat putrinya seperti sengaja menunda untuk mengumpulkannya. Karena Zoya tidak mengatakan alasannya. "Tadi gurumu juga memberitahu mama, kalau kamu adalah kandidat terbaik yang dia pikirkan untuk ikut olimpiade bahasa Inggris. Dia memintamu untuk ikut seleksi, karena pemilihannya seharusnya dilakukan dengan adil diantara para siswa. Meskipun begitu, gurumu yakin kamu tetap akan menjadi yang terbaik dan mengalahkan kandidat lainnya!" Mendengar hal tersebut, Zoya tidak terlihat terkejut. Dia hanya menundukkan kepalanya, berpikir keras untuk menciptakan alasan. "Sayang, apa ada anak di sekolah yang mengganggumu? Kenapa, kamu agak aneh akhir-akhir ini. Katakan saja, mama tidak mau anak mama menyembunyikan sesuatu dari mama!" Zoya mengerutkan keningnya, dalam hidupnya dia belum pernah merasakan dirundung oleh anak lain. Karena cantik dan pintar, semua teman-temannya jadi menyukainya. Jika pun ada yang tidak suka padanya, tidak akan ditunjukkan secara terang-terangan. "Mama berpikir terlalu berlebihan. Zoya hanya bertumbuh menjadi dewasa, mama tahu kan kalau prosesnya itu melelahkan!" "Apakah benar begitu? Lalu bagaimana dengan tawaran gurumu barusan. Kamu akan ikut olimpiade itu kan?" Shana tertawa dengan keluhan putrinya tentang menjadi dewasa, tapi dia masih ingin mendengar pendapat Zoya tentang olimpiade tersebut. "Mama, Zoya sangat suka dengan hal tersebut. Tapi ada tujuan lain yang ingin Zoya capai. Jika ikut olimpiade, Zoya akan sangat disibukkan dengan persiapan dan prosesnya. Sedangkan Zoya sangat ingin melakukan sesuatu yang lain!" Zoya memakai kesempatan itu untuk membicarakan rencananya pada mamanya. Meskipun mungkin tidak akan mudah mendapatkan persetujuannya, Zoya masih ingin berusaha. Melihat mamanya masih mendengarkan, Zoya menghirup napas dalam-dalam. Kemudian memegang kedua tangan mamanya. "Mama, Zoya ingin menjadi model lebih awal. Bolehkah jika Zoya memulainya dengan ikut kursus!" Zoya bisa saja langsung menjadi model, karena Zoya di usia dua puluh lima tahun sudah menjadi model kelas internasional. Semua hal tentang berjalan di catwalk, dia sudah sangat paham dan baik dalam hal itu. Tapi, untuk memulainya, setidaknya dia harus ikut kelas khusus lebih dulu sebagai Zoya di usia remaja. Shana memperlihatkan ekspresi ketidaksetujuannya. Karena meskipun mereka akan mendukung apapun rencana Zoya, setidaknya Zoya harus menyelesaikan sekolahnya lebih dulu, baru mereka akan membicarakan tentang menjadi model sembari Zoya memasuki dunia perkuliahan. "Jangan pikirkan hal itu dulu, kenapa harus terburu-buru?" Shana memegang wajah putrinya, dan mencoba memahami apa yang sedang dipikirkan oleh putrinya. Zoya menggeleng. Dia tidak punya banyak waktu, jika menunggu dirinya menyelesaikan sekolah menengahnya, mungkin papanya tidak akan melihatnya berjalan di catwalk. Karena itu yang yang terjadi pada Zoya yang dulu. "Ma, Zoya janji nilai sekolah Zoya tidak akan terganggu. Kenapa Zoya tidak bisa memulainya lebih awal? Ada anak yang masih SD juga sudah memulai kelasnya di dunia modeling. Di usia Zoya saja sudah sedikit terlambat!" Zoya mencoba meyakinkan mamanya, dia tahu orangtuanya akan sangat sulit dibujuk. Shana masih tidak akan setuju. Masa remaja seharusnya dinikmati dengan bersekolah dan bersenang-senang, jika Zoya sudah mulai konsen dengan dunia modeling, dia khawatir akan menganggu sekolah Zoya juga. Dan yang pasti akan melelahkan untuk Zoya melakukan dua hal berbeda dalam waktu bersamaan. "Bagaimana kamu melakukannya? Bagaimana dengan les lainnya? Kamu juga akan memiliki sedikit waktu untuk bersantai nantinya. Jangan terburu-buru sayang!" Shana tidak akan melakukan tawar-menawar lagi. Dia tetap tidak akan setuju dengan ide itu. "Mama!" Zoya mencoba memikirkan cara lainnnya. Dia tetap harus masuk ke dunia modeling secepatnya. Hingga dia akhirnya memikirkan sesuatu yang lain. "Bagaimana jika Zoya berhasil jalan di catwalk dalam waktu dua bulan. Jika dalam waktu itu Zoya belum berhasil, Zoya akan berhenti dan fokus pada sekolah!" Shana tertawa karena mendengar pemikiran putrinya. "Sayang, tidak ada hal yang instan seperti itu. Butuh waktu untuk berproses, itulah kenapa mama bilang untuk lebih baik fokus pada sekolahmu dulu!" Zoya tahu dia terdengar seperti anak-anak yang sedang membual. Ayolah, dia sebenarnya bukan anak-anak yang asal bicara, karena dia sudah pernah melewati proses panjang sebagai model di kehidupannya dulu. "Ma, Zoya tahu! Tapi bagaimana jika Zoya bisa melakukannya? Maukah setidaknya mama memberikan Zoya kesempatan?" Shana menciumi wajah putrinya. Dia tidak bisa menolak, saat putrinya sudah memohon dengan wajah memelas seperti itu. Tapi keputusan bukan hanya ada di tangannya saja. Dia harus bicara dulu pada suaminya. "Mama akan bicarakan dengan papamu, kamu tahu ini bukan keputusan yang bisa diambil begitu saja!" Shana memerhatikan wajah cantik putrinya. Dia jadi berpikir kalau keanehan Zoya akhir-akhir ini karena memikirkan masalah tersebut. "Anak mama ternyata memang sedang berproses menjadi dewasa!" Shana kembali menciumi wajah putrinya, dia tidak menyangka putrinya telah memikirkan hal seperti itu di usianya. "Mama akan melihat, Zoe Pyralis sebagai model terkenal. Maukah mama menunggu, setidaknya, mama dan papa harus melihat Zoya berjalan di catwalk dan duduk di kursi paling depan!" Lagi-lagi Zoya seperti sedang membual. "Baiklah!" Shana hanya mengiyakan, karena cukup bagus jika anak-anak sudah mengetahui apa keinginannya. Padahal Zoya mengatakan dengan serius. Karena saat dia sudah dikenal oleh semua orang dari berbagai negara, dia dikenal sebagai model cantik yang kesepian tanpa memiliki keluarga lagi. Dia baru mencapai puncak kesuksesan di dunia modeling pada usia dua puluh lima tahun, dan saat itu dia telah menjadi yatim piatu. Zoya ingin merubah jalan hidupnya, meskipun dia mungkin tidak bisa mengubah takdir kematian seseorang, tapi dia ingin merubah kisah hidupnya. Dia ingin memiliki kesempatan membuat mama dan papanya bangga padanya. "Mama dan papa harus setuju. Karena Zoya akan memperlihatkan kepada dunia, Zoe Pyralis adalah putri dari pasangan Shana dan Zian Pyralis!" Zoya memeluk mamanya menyembunyikan wajahnya yang hampir menangis. Melanjutkan ucapan dalam hatinya, "Bukan Zoe Pyralis, model yatim piatu yang kesepian!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD