Sari melihat Raksa di kursi penonton, saat dia akan menyapa, teman-temannya sudah lebih dulu menariknya dan duduk di kursi penonton terdepan. Menoleh sekali lagi, Sari memperhatikan ada sosok lain yang sangat dikenalnya, duduk di kursi paling belakang. Memejamkan matanya sebentar, Sari tidak tahu kenapa laki-laki itu masih ingin menonton. Padahal dia sudah bilang untuk tidak perlu menonton.
"Ada apa?" tanya temannya mengikuti arah pandangan ke kursi penonton di belakang. Hingga dia menemukan sosok tampan Raksa. "Eh, itu Raksa. Dia juga nonton, Sar. Ganteng banget gak sih, padahal cuma lagi diem. Apalagi kalau senyum!"
"Masih juga gantenan cowok gue!" jawab Sari bangga sambil kembali mengarahkan pandangan ke depan, dimana semua pemain telah memasuki lapangan.
"Ye, itu karena dia cowok Lo. Lagian, dia memiliki banyak kesibukan. Meskipun dia perhatian, tapi perhatiannya langka. Ya kan?" sahut temannya yang lain, melihat sambil menilai sosok Navo yang saat ini terlihat sedang bicara dengan Lander.
"Lo kayaknya tahu banget tentang cowok gue?" sindir Sari pada teman dekatnya tersebut. Meskipun apa yang dikatakannya memang tidak salah.
Navo anak seorang Gubernur, dia pintar dan aktif dalam berbagai kegiatan. Tidak ada kekurangan yang bisa ditemukan dari Navo, dia memiliki segalanya untuk tipe pria idaman para wanita, kecuali waktu. Saat dirinya meminta waktunya untuk sekedar bertemu di luar jam sekolah, Navo selalu memiliki alasan untuk menolak. Kecuali kalau Navo sendiri yang berkeinginan untuk bertemu. Itulah kenapa ada sosok laki-laki lain yang bisa masuk dalam hubungan mereka, dan membuatnya harus membohongi Navo.
"Bukan gitu, jangan salah paham!" ucapnya agak gugup, karena Sari terlihat menatapnya sinis.
"Apa sih kalian, kan tadi gue lagi bahas kegantengan Raksa. Ngapa malah jadi Navo. Oh, gimana kalau kita ajak dia duduk bareng di sini!" Berharap kedua temannya itu menyetujui idenya.
Sari langsung menggoyangkan jari telunjuk di depan wajah temannya. "No! Jangan malu-maluin. Kayaknya dia lagi nunggu seseorang!"
Ketiganya langsung kembali menoleh ke belakang. Dimana Raksa memang terlihat agak gelisah beberapa kali melihat ke arah pintu masuk lapangan. Tapi pandangan Sari bukan hanya pada Raksa, dia melihat pada laki-laki yang duduk di bagian paling belakang yang juga sedang menatapnya.
"Dia katanya kan adiknya Zoya, lagi nunggu cewek itu kali!" bicara sambil diam-diam mengambil foto Raksa. Berniat membagikannya pada teman-temannya yang tidak menonton ingin membuat mereka iri.
Sari jadi cemberut, dia semakin tidak suka dengan Zoya karena itu. Dia berniat menanyakan kebenaran tentang orang yang waktu itu memergokinya dan memotretnya. Tapi sekerang, dia agak gengsi untuk bicara dengannya. Merasa tidak terlalu suka dengan pencapaiannya.
"Zoya anak tunggal. Raksa mungkin seperti Gerald, laki-laki yang dimanfaatkan Zoya! Karena cewek itu merasa cantik!" Sari mengatakannya dengan nada kesal. Tidak berniat menutupi fakta, bahwa dia tidak menyukainya.
Kedua teman Sari jadi saling memandang, kemudian tidak lagi melanjutkan pembahasan. Mereka kembali fokus melihat ke lapangan. Dimana terlihat permainan hampir saja dimulai.
"Lander, Navo!" teriak salah satu teman Sari bersemangat.
Karena teriakannya yang sangat keras, beberapa orang jadi melihat ke arahnya. Sari menyuruh temannya untuk tidak terlalu menarik perhatian. Karena permainannya saja belum dimulai. Jadi terlihat agak memalukan.
Navo mendengar teriakan tersebut, dia melambaikan tangannya pada kekasihnya. Pada pertandingan semifinal ini untuk bisa melaju ke final, dia cukup percaya diri timnya akan menang dan akhirnya membawa kemenangan. Karena timnya bisa dikatakan cukup kuat.
Sari membalas lambaian tangan kekasihnya. Sampai dia sadar jika seseorang yang duduk di bangku penonton paling belakang bisa melihat apa yang dilakukannya. Dan dia tahu, hal tersebut bisa menyakitinya. Itulah kenapa sebelumnya dia meminta agar laki-laki itu tidak perlu datang. Membuatnya berada dalam dilema.
Diantara drama pasangan kekasih itu, ada seseorang yang agak terlambat datang dan langsung mencari keberadaan laki-laki tampan di sana. Saat akhirnya menemukannya, dia langsung berjalan ke arahnya dan duduk di sebelahnya.
"Menungguku?" bisik Zoya di dekat telinga Raksa.
Raksa langsung menoleh, dan tersenyum lebar, melihat Zoya benar-benar datang. Dia pikir, Zoya lupa dengan janjinya yang akan menemaninya menonton pertandingan di semifinal. Jikapun Zoya tidak datang, Raksa tentu akan mengerti.
"Kamu yang terbaik! Apa ini?" Raksa menyentuh rambut Zoya yang diikat rumit di kedua sisinya.
Zoya memegang ikatan rambutnya. "Ini diikat oleh Tisa, namanya kepangan. Kami berbicara banyak, sebelum gue datang ke sini!"
"Oh, sangat cantik!" Raksa memuji, dia paling menyukai Zoya setelah Zian dan Shana. Mereka keluarga yang sangat dia hormati.
"Terimakasih. Katakan, apakah sekarang Lo senang?" Zoya sudah datang, meskipun dia tidak ingin datang. Bahkan tadi Tisa juga seperti tidak setuju dia datang menonton pertandingan ini, karena semua orang bisa saja berpikir dia datang khusus untuk menonton Lander bermain.
"Senang. Kamu memang kakakku yang paling cantik!" Raksa menaruh tangannya di sandaran kursi, menunjukkan penjagaannya untuk Zoya. Karena ada beberapa penonton laki-laki melihat ke arahnya.
Zoya memutar bola matanya jengah dengan panggilan kakak. Mereka sama-sama anak tunggal, dan usianya juga sama, tapi Raksa terus memanggilnya kakak.
Tanpa mereka ketahui, ada orang yang diam-diam mengambil foto Zoya dan Raksa yang sedang menonton pertandingan. Mengirimkannya ke grub, dan membual tentang Zoya sengaja datang untuk menonton Lander. Dan memperkuat spekulasi, jika Zoya masih suka Lander, apalagi setelah tersebar berita jika Lander tidak berpacaran dengan adik kelas seperti yang dikabarkan sebelumnya.
Ada banyak pro dan kontra. Anak laki-laki cenderung membenci Lander. Karena Zoya layak mendapatkan yang lebih baik. Zoya seperti putri raja, sedangkan Lander diibaratkan dengan seorang kasim oleh mereka. Yah, penggemar Zoya semakin banyak, bahkan beberapa mulai mengkritik Lander dengan agak sarkasme untuk mengolok-olok Lander yang mereka anggap freak.
—
Pertandingan berlangsung cukup cepat, tim Lander berhasil menang dengan 83 poin. Tim yang diketuai oleh Lander akan bertanding sekali lagi untuk merebutkan juara. Tapi pertandingan baru akan dilangsungkan setelah siang nanti.
Sari menemani kekasihnya yang sedang makan siang, sedangkan dua temannya yang lain sedang membeli minuman keluar. Keduanya duduk berdekatan, mengabaikan teman satu timnya yang juga ada di sekitar.
"Wah, Zoya datang menonton. Dia sangat cantik, seperti Barbie diantara para penonton. Bagaimana mungkin gue gak liat tadi?" beritahunya pada temannya yang lain, setelah dia melihat foto yang dikirimkan seseorang di grup. Lagipula, penonton hari ini memang sangat ramai, dia merasa rugi, tidak mengetahui Zoya ada diantara penonton.
Pembahasan Zoya tentu langsung menarik perhatian yang lain, setelah foto cantiknya dalam balutan gaun indah, tersebar mengejutkan semua orang di sekolah mereka. Zoya menjadi salah satu model yang tidak kalah menawan dengan model lain di acara tersebut.
Lander tidak tertarik untuk melihat foto yang disebutkan, apalagi teman-temannya langsung begitu antusias, membuatnya semakin tidak ingin melihat. Tapi secara tidak sadar, dia langsung mengarahkan pandangan ke sekitarnya. Hanya sedikit yang masih bertahan di kursi penonton, karena pertandingan baru akan berlanjut satu jam lagi. Semua orang pasti sedang mencari makan atau minum sebelum pertandingan kembali dimulai.
"Apa-apaan, kenapa gue gak liat ini sebelumnya. Tadi Raksa hanya menonton sendirian, tiba-tiba saja ada cewek itu!" Sari agak terkejut, karena dia tidak tahu ada Zoya juga.
Lander mendengarnya, dia semakin muak mendengar pembahasan tersebut. Beranjak dari duduknya, Lander akan menemui pelatihnya. Tapi lagi-lagi, dia mencoba menemukan Zoya juga. Bagaimana gadis itu ternyata menontonnya, tapi dengan laki-laki bernama Raksa.
_