Hari ke-12, Zoya hari ini akan melakukan pemotretan. Dia sarapan pagi bersama para model lainnya. Perlakuan mereka terhadapnya sangat beragam, ada yang menyukainya, ada yang membencinya, ada yang menganggapnya remeh. Tapi Zoya tidak peduli, sama seperti mereka, ada beberapa orang saja yang dia sukai. Kadang mereka keluar berbelanja bersama di waktu luang, kadang pergi jalan-jalan di sore hari. Dia memiliki kegiatan yang padat, tapi juga memiliki waktu yang menyenangkan.
"Kakak sudah mendapatkan info siapa yang akan jadi pasanganku di pemotretan nanti?" Zoya bertanya pada maneger-nya, masih sambil mengunyah makanan.
Manager Zoya adalah seorang wanita usia dua puluhan, punya pengalaman beragam sebelum bekerja sama dengan Zoya. Karena Zoya masih sangat muda, wanita itu menganggap Zoya sebagai adiknya.
"Yah, tentu saja. Aku harus tahu, karena saat foto kalian dicetak di majalah, di sematkan di media sosial official mereka, dan banyak lagi. Itu artinya reputasinya akan mempengaruhimu. Dan kamu tahu? Dia adalah model dewasa dari Korea, badannya atletis, dia juga sering menjadi model pakaian dalam merk terkenal. Tidak ada yang buruk dari reputasinya, masalahnya adalah kenapa Elen memasangkanmu dengan model pria yang usianya jauh di atasmu?" ujar maneger yang sebelumnya dia juga sudah menanyakannya pada Elen. Usia Zoya masih terlalu belia, takutnya Zoya akan tenggelam dalam maskulinitas model itu.
Zoya mengerutkan keningnya, dia kemarin tidak ikut sesi perkenalan, karena terlalu lelah. Jadi tidak tahu laki-laki seperti apa yang dimaksud. "Kau pinta fotonya, kak?"
"Sebentar!" Dia melakukan pencarian di google dengan mengetikkan namanya.
"Ini, dia tampan, tapi bukankah kamu tidak akan cocok dengannya?"
Mengerti kekhawatiran maneger, Zoya juga merasa tubuh remajanya, wajahnya, tidak akan menarik lagi jika dipasangkan dengannya. "Woo-Jae, Baiklah kita lihat saja nanti. Elen pasti sudah memikirkan konsepnya. Lagi pula, aku hanya harus berpose agak s*****l, yang penting tidak menunjukkan senyum, aku juga bisa terlihat menarik nanti!"
"Baiklah, habiskan makananmu. Oh, apakah kamu akan mulai update di sosial media sekarang? Elen memintamu aktif di sosial media juga kan, sebelum runway?"
Mengangguk, Zoya memiliki paling sedikit followers dan dia juga jarang mengunggah fotonya. Setelah runway, namanya akan dikenal dan Elen ingin dia aktif dalam masa itu. "Nanti saja, foto aku saat aku di set pemotretan!"
Zoya jarang menghubungi orangtuanya atau teman-temannya di Indonesia, karena ada perbedaan waktu. Indonesia memiliki waktu lebih cepat dari London. Saat dia sedang istirahat makan siang, maka di Indonesia sudah petang. Zoya benar-benar sibuk, dan dia bahkan lebih suka menikmati waktunya untuk mengobrol dengan teman modelnya, untuk penyesuian. Orangtuanya biasanya menghubungi maneger jika ingin tahu keadaannya.
Setelah sarapan, Zoya kembali ke kamarnya untuk bersiap pergi ke tempat pemotretan. Di sebuah hotel yang cukup jauh dari tempatnya menginap. Set kali ini di luar ruangan, jadi Zoya dan teman-teman modelnya harus bersahabat dengan matahari yang cukup terik, juga pohon-pohon dan air kolam. Nuansa alam digunakan untuk mendukung pakaian yang akan mereka promosikan.
Zoya sangat mengantuk, dia sempat tidur saat sedang di make up. Karenanya Elen membiarkan Zoya mendapatkan giliran terakhir. Gadis cantik itu bahkan selalu berhasil meluluhkan hati Elen.
Saat Zoya sedang tidur di sofa memeluk bantal, saat itu model laki-laki yang akan menjadi rekannya datang. Sebenarnya niatnya untuk melakukan perkenalan, Elen memintanya agar bersikap lebih lembut, karena gadis itu tidak seperti model-modelnya yang lain. Membuatnya penasaran, dan saat akhirnya datang menemuinya, dia mengerti maksud Elen.
"Wait a minute!" Maneger saat itu sedang bermain ponsel saat seorang laki-laki masuk. Dia Mengenalinya, karena telah melihat profilnya. Tapi saat dia berniat akan membangunkan Zoya, laki-laki itu memberikan gerakan tangan agar dia tidak membangunkannya.
Mereka mengobrol sedikit, selanjutnya maneger di panggil oleh Elen. Dia agak ragu meninggalkan Zoya bersama model itu. Tapi tempat di sekitarnya ramai, tidak mungkin juga laki-laki itu akan macam-macam. Izin padanya untuk pergi sebentar.
Woo-Jae memperhatikan wajah cantik Zoya, terlihat riasan yang belum selesai, bahkan rambutnya masih dalam ikatan sederhana. Merasa agak malu, pemotretan kali ini dia akan melakukannya bersama anak remaja yang bahkan belum tamat SMA. Tertawa kecil, Woo-Jae diam-diam mengambil foto selca ya menunjukkan seorang gadis tengah tertidur nyaman memeluk bantal, dan dirinya yang tersenyum lebar.
Bagi Woo-Jae ini pertama kalinya dia tidak bisa berkata-kata melihat rekannya. Sungguh, dia merasa ini lucu, karenanya dia mengunggah foto tersebut ke sosial medianya. Memberikan caption. "사랑스러운 미녀!" Artinya gadis cantik yang menggemaskan. Dan menambahkan tag, dia mencari nama Zoya Pyralis, tapi tidak menemukannya, dan yang ada di pencarian adalah Zoe.Py, Woo-Jae membuka profilnya dan ternyata itu memang aku Zoya, dia salah pada penulisan nama yang pertama.
Setelah puas melihat dan mengamati, dia keluar dari sana. Kesan pertama yang dia dapatkan dari model muda itu adalah menggemaskan. Tidak tahu bagaimana nantinya dia akan berpose dengannya, dia berharap Zoya adalah model yang profesional atau mungkin dia akan kerepotan nantinya.
—
Zoya masuk ke set dan melihat rekannya. Mengangkat tangan untuk hifive, kemudian mereka saling menyapa dan memperkenalkan diri secara santai. Zoya mengenakan atasan cantik crop top yang menampilkan bahu dan perutnya, tapi Elen kemudian memberikan jaket denim untuk melengkapi penampilannya, bawahannya juga rok denim. Agar mengimbangi maskulinitas Woo-Jae, Elen meminta Zoya sedikit menurunkan jaketnya, menampilkan bahunya.
Satu hal lagi yang tadi diminta Elen, yaitu Zoya memotong rambutnya jadi pendek, untuk menampilkan bagian lehernya. Zoya sudah setuju, karena dulu dia juga memiliki rambut pendek.
Woo-Jae terkejut dengan penampilan rekaman saat pertama melihatnya memasuki set pemotretan. Matanya ikut melengkung saat dia tersenyum, sangat cantik dan dia pikir Zoya tidak bisa hanya dikatakan menggemaskan saja. Tapi Zoya sangat menakjubkan.
Saat pemotretan, Zoya dan Woo-Jae baru mengerti maksud dari Elen memasangkan mereka. Seperti pasangan muda dan sedang berkencan. Kalau Elen bilang, anggap saja mereka sedang mengambil foto untuk sebuah film. Karakternya terserah bagaimana Zoya dan Woo-Jae akan tampilkan.
Semua orang di sana sangat takjub dengan pemikiran Elen. Apalagi fotografer-nya, dia tahu Elen selalu memiliki baju yang bagus untuk dipamerkan, tapi selain itu Elen seperti sedang bercerita melalui karyanya, dan fotografer bertugas menciptakan karya itu terlihat seperti nyata. Dari banyaknya model yang telah melakukan pemotretan tadi, semua orang paling suka kedua model di depan sana. Mengenaskan dan memiliki rasa yang dirindukan oleh setiap orang. Jatuh cinta. Semua orang bertepuk tangan setelah semuanya selesai, karena setiap orang telah berkerja keras dan memaksimalkan usaha.
"Thanks for the hard work!" ucap Zoya pada Woo-Jae dan para kru juga semua orang yang terkait.
Zoya paling cepat melakukan bagiannya, dia langsung pulang setelahnya. Zoya sudah lapar, dia juga lelah.
Saat itu Elen mencarinya, dan ternyata Zoya sudah pulang bersama Maneger-nya. Padahal dia ingin mengajaknya makan malam. Bersamaan, Woo-Jae juga tidak menemukan keberadaan Zoya, dan diketahui Zoya sudah pulang ke Hotel.
Saat ada makan malam bersama, dan Zoya tidak ikut, mereka tidak akan terlalu memerdulikan, karena sudah tahu mungkin Zoya tidak terlalu menyukai. Beberapa kali saja Zoya ikut makan malam, dan sekali ikut ke klub malam. Selain itu Zoya lebih suka makan di hotel bersama Maneger-nya.