Lander mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah lagi. Dia sangat terburu-buru, karena Zoya sudah menunggunya di dekat gerbang.
"Lo kayaknya mulai cocok dengan Zoya. Kalian bahkan berangkat dan pulang bersama!" Navo meledek, padahal semua juga tahu alasan Lander mengantar-jemput Zoya, karena itu memang bentuk pertanggungjawaban yang disuruh guru.
"Gak usah bacot!" Lander melirik tajam pada Navo.
Seperti itulah Lander. Sangat jarang ada yang mau mengejeknya, karena malas mendengar tanggapannya. Lander orang yang tidak bisa diajak bercanda, dan itu sangat menyebalkan bagi teman-temannya. Hanya Navo yang masih mau melakukan candaan dengannya, karena Navo sudah berteman dekat dengan Lander, sejak mereka sama-sama baru pertama masuk sekolah itu.
"Iye, gitu aja marah!" Navo masih tertawa, meskipun sangat garing. "Sari juga nungguin gue, coba aja cewek gue deket dengan Zoya, mereka gak harus nunggu sendiri-sendiri. Aneh, gak bisa akur, padahal sama-sama cantik!"!
Semua juga tahu kalau lagi-lagi Navo hanya bercanda. Karena temen-temen yang lain terlihat tersenyum, hanya Lander yang masih hanya diam sambil memasukkan baju kotor yang digunakannya latihan tadi.
"Gue balik dulu, kalian jaga fisik dan mental. Gue yakin dengan kemampuan kita barusan, kita akan menang. Kalian main dengan bagus. Good job!" Lander mengatakannya sebagai ketua Tim, melakukan eye contact dengan masing-masing anggotanya. Menimbulkan rasa percaya diri pada tim juga termasuk tugasnya. Dan Lander selalu bisa membuat orang merasa yakin.
"Siap!" jawab mereka kompak.
"Lo juga, kita akan ada olimpiade. Jaga kesehatan!" Navo menepuk lengan Lander, menunjukkan bentuk perhatiannya sebagai teman.
Mengangguk, Lander langsung pamit pergi lebih dulu. Dia sedikit berlari sambil mengenakan jam tangannya. Biasanya tidak ada yang menunggunya pulang seperti ini, saat ada yang menunggunya, membuatnya merasa tidak terlalu nyaman. Dia tahu menunggu itu tidak enak, itulah kenapa dia terburu-buru.
Langkahnya telah membawanya sampai di depan gedung sekolah, melihat Zoya masih menunggu di dekat gerbang. Tapi gadis itu terlihat bicara dengan orang dan terlihat seperti kesal. Setelah memperhatikan sambil melangkah mendekati mereka, Lander baru paham kalau orang itu adalah Sari.
"Ada apa?" Lander langsung mendorong Sari, karena menurut pengamatannya, Sari bicara dengan suara agak keras dan juga terlihat seperti sedang menekan Zoya.
"Gak papa!" jawab Sari dengan marah, dia langsung berbalik pergi untuk menjemput kekasihnya. Karena Lander ada di sini, artinya kekasihnya sudah selesai.
Lander menipiskan bibirnya, dia melihat pada Zoya yang masih berwajah kesal. "Kalian bertengkar?"
"Gak! Gak guna ribut sama tu cewek!" Zoya memang malas ribut dengan Sari. Itulah kenapa dia hanya mendiamkan kemarahan Sari. Karena dia sudah bukan anak-anak lagi untuk meladeni gadis itu. Tetap tenang, meskipun kesal.
Mengerutkan keningnya, Lander merasa seperti Zoya meremehkan Sari dari cara bicaranya. Sebenarnya selama beberapa hari ini, dia juga melihat sikap Zoya agak berbeda. Lebih dewasa dan tidak meledak-ledak. Bahkan tidak berusaha merayunya meskipun mereka sering dekat. Seperti bukan Zoya.
"Itu taksi kita, ayo!" Lander berjalan di belakang gadis itu, saat mereka melangkah menuju mobil pesanannya. Setelah selesai latihan, tadi dia langsung memesan taksi online, agar setelah dia ganti pakaian, taksinya juga sudah sampai.
Zoya menurut, saat Lander mengambil tongkat di tangannya, dan membantunya masuk ke mobil. Menggeser duduknya, dan berbagi tempat duduk di bagian belakang bersamanya.
Dia sedang merenungkan ucapan Sari barusan. Gadis itu mengatakan dirinya adalah gadis manja yang menempeli Lander seperti lintah. Lander adalah laki-laki sempurna dengan kecerdasan dan juga kemampuannya dalam bidang olahraga. Laki-laki itu selalu melakukan yang terbaik sebagai pelajar. Sari meremehkannya, hanya karena mencurigainya sebagai orang yang memergokinya. Karena hanya dia yang tersisa di sekolah, selain anak basket yang sedang berlatih saat itu.
Zoya sengaja tidak mengelak atas tuduhan Sari. Karena ingin membuat gadis itu terus merasa panik. Yah, membuat gadis itu hidup dengan tidak tenang, adalah balasan yang sangat setimpal atas sikapnya barusan.
Selagi melihat Zoya hanya diam saja sambil menatap jalanan. Lander diam-diam memotretnya. Menurutnya ekspresi serius di wajah cantiknya sangat bagus. Tidak tahu kenapa dia melakukannya, Lander hanya reflek melakukannya.
"Kita mampir dulu ke minimarket pak!" pinta Lander pada Sopir taksi.
"Mau cari apa?" Zoya yang merespon, karena dia sudah sangat ingin pulang ke rumah.
Lander hanya meliriknya sekilas, sebelum menjawab dengan nada datar. "Gue males nanti mampir lagi. Ada beberapa barang yang harus gue beli!"
Zoya menghela napas panjang. Dia tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa setuju saja. Tidak tahu apa yang ingin laki-laki itu beli, sebenarnya dia juga belum pernah pergi ke minimarket seumur hidupnya.
Saat sopir telah menghentikan mobil di depan minimarket, Lander langsung turun, dia meminta Zoya menunggu di mobil. Tapi saat dia mumutari mobil, ternyata Zoya malah ikut turun.
"Apa ada es krim di jual di sini?" tanya Zoya sambil melihat ke arah Minimarket.
Lander tersenyum sarkasme. Dia tahu dari pertanyaan tersebut, kalau Zoya tidak pernah menginjakkan kakinya ke dalam minimarket. Benar-benar anak orang kaya yang menyedihkan.
"Lo pengen es krim. Ayo gue beliin, karena Lo udah nunggu gue latihan!" Lander akan berbaik hati, karena dia tahu Zoya dalam suasana hati yang tidak baik. Sedikit menghibur dengan hal kecil seperti itu adalah kebaikannya.
Zoya melangkah di belakang Lander dengan tongkat menyangga sebelah lengannya. Dia mulai terbiasa dengan tongkat itu, jadi tidak lagi kesulitan. Melihat Lander membukakan pintu untuknya, dia buru-buru melangkah masuk.
"Lo langsung pilih es krim di sana. Ambil apapun yang Lo mau!" Lander menunjuk pada tempat es krim pada bagian depan, dan meninggalkannya.
Zoya menuju tempat es krim. Dan melihat ada banyak es krim di jual di tempat tersebut. Melihat begitu banyak aneka rasa es krim, dia merasa sangat senang. Jika tahu di Minimarket juga dijual es krim aneka rasa dan merek, dia akan sering datang nanti. Di dekat komplek perumahan juga ada Minimarket yang berhadapan dengan gerbang jalanan komplek. Zoya pikir hanya jajanan yang dijual di toko seperti ini.
Dia mencari wadah untuk membawa es krim ke kasir. Kemudian memasukkan lebih dari sepuluh jenis rasa yang berbeda-beda. Dia langsung membawanya ke kasir, meletakkan di atas meja kasir.
"Jangan diitung dulu mbak. Saya menunggu teman saya yang akan bayarin!" Zoya mencegah kasir yang akan menyentuh es krimnya. Dia bisa membayar, tapi karena Lander menawarkan akan membayar, dia tidak mau rugi. Bagaimanapun, mendapatkan gratisan juga terasa menyenangkan.
"Lander! Cepetan!" Zoya berteriak, dia menunggu di depan meja kasir. Hanya bisa melihat wajah Lander di balik rak yang cukup jauh darinya.
Lander tidak menjawab, tapi hanya butuh beberapa detik, laki-laki itu sudah berdiri di sebelah Zoya. Melihat es krim yang dipilih Zoya cukup banyak. Bibirnya terangkat membentuk senyum tipis, karena ternyata Zoya masih menunggunya untuk membayar itu semua. Benar-benar tidak akan menyia-nyiakan kebaikannya.
_