E M P A T

2108 Words
“ Oke , sekarang waktu nya potong kue , ya . “ Seru mama ku sembari meraih pisau kue yang sudah satu paket dengan kue nya . “ Wah iya ya , mama nya Neida . Ini part yang Hesti tunggu – tunggu tauu . “ Ucap Hesti dengan riang yang mana langsung di balas dengan Rahma . Rahma mengejek Hesti karena sudah mengatakan itu pada mama ku . “ Yeee nnggak tau malu lu ih . “ Ejek Rahma yang langsung dibalas lagi oleh Hesti dengan juluran lidahnya . “ Weee. Biarin aja . Lo juga mau kan ? “ Tanya Hesti dan di jawab angguk kan oleh Rahma . “ Ya mau dong he he he .” Jawab Rahma sembari tercengir . “ Tuh kan tuh kan mau juga . “ Seru Hesti . Mama ku tertawa melihat kelakuan mereka berdua dan turun tangan untuk menyudahi perdebatan mereka . “ Udah udah . Kita semua memang menantikan potong kue ini kok . Nanti semua nya kebagian kok . “ Ucap mama ku dan langsung di respon oleh tepuk tangan dari Hesti dan Rahma . Melihat kelakuan Hesti dan dan Rahma , kami semua pun tertawa . Aku sangat bersyukur berada di tengah – tengah orang – orang baik ini . Walau pun hubungan kami tidak selalu mulus . Tapi itu lah kehidupan . Dan aku sangat bersyukur bisa mendapat kan hadiah orang – orang baik seperti mereka . Rejeki itu bukan hanya tentang uang , kan ? Mempunyai orang baik di sekeliling ku juga adalah sebuah rejeki . * F L A S H B A C K * Aku menatap lurus ke arah dinding kamar yang entah apa menarik nya . Hanya dinding ber warna biru muda polos tanpa tempelan poster atau hiasan dinding apapun . Satu – satu nya yang menempel pada dinding kamar di ruangan ini hanya jam dinding custom gambar logo klub sepak bola. Aku tidak ingat nama klub sepak bola apa, yang jelas warnanya biru tua... sangat matching dengan warna dinding kamar ini. Kini seolah – olah semua yang ada di kepala ku terasa kosong. Padahal sebelum nya aku memiliki banyak sekali kata yang ingin aku keluar kan . Kenapa sekarang mendadak tidak ada satu pun kata yang tertinggal ? Sebelum nya aku sudah menyiap kan dengan matang . Penuh keberanian untuk datang ke sini penuh perjuangan untuk datang ke sini . Rasanya sudah pasrah... Ponselku kehabisan baterai . Akan seburuk apa perjalanan pulang nanti di bis Transjakarta tanpa mendengarkan musik? Mendadak aku teringat earphone ku . Di mana aku taruh ear phone ku ? Apa aku sudah menaruh nya di dalam tas ? Atau apa kah terjatuh ? Walau pun tas ada di pangkuan ku , rasa nya malas sekali untuk mengecek nya . Biar saja lah . Kalau pun terjatuh, ponsel ku juga kehabisan baterai . Aku tidak akan bisa mendengar kan musik di perjalanan pulang . Di bis Transjakarta . Oh ! Kenapa aku tidak meminjam chargeran saja ? Ah tidak . Tidak . Aku malas sekali membuka percakapan dengan orang lain . Kenapa aku malah diam saja sekarang di sini ? Rasa kesal menyelimuti ku . Aku tidak mau emosi ku meledak di sini . Tahan . Sabar . Semua nya akan baik – baik saj a. Bukan kah semua nya memang baik – baik saja ya ? Oh, atau aku yang berusaha memaksa keadaan untuk baik - baik saja padahal kenyataannya tidak sama sekali ? Orang yang duduk di samping ku kini menghembus ka nasal rokok dari mulut nya dengan santai nya . Aku tidak suka asap rokok . Tapi entah kenapa aku malah berada di ruangan ini ber sama dengan orang yang makanan sehari – hari nya adalah asap rokok . Kenapa juga aku bisa bersama dengan orang yang sebetul nya bukan lah tipe ku sama sekali ? Dia alah segala bentuk red flag yang ada dan tidak aku peduli kan sama sekali . Betapa cinta bisa membuat ku bodoh seketika padahal aku adalah orang yang tidak pernah mau menjadi bud*k cinta sama sekali . Argh . Aku tidak tahan lagi . Aku harus bicara . Kalau tidak ada yang bicara mau sampai kapan diam saja seperti ini ? “ Jadi kit aini mau lanjut atau udahan aja ?” Tanya ku secara tiba – tiba sebagai pembuka percakapan . Akhir nya aku bisa menanya kan ini dengan to the point tanpa berputar – putar . Akhir nya aku bisa menanyakan hal yang selalu menjadi pertanyaan di kepala ku . Aku mengatakan itu karena memang aku tidak tahan lagi dan aku rasa aku memang harus menanya kan nya . Hening . Dia tidak menjawab pertanyaan ku dan hanya menatap ku dengan tatapan yang tidak bisa aku emngerti . Aku tidak pernah bisa mengerti orang ini dan sampai kapan pun aku tidak bisa mengikuti apa mau nya . Setelah lumayan lama tidak men jawab pertanyaan dari ku , dia mendeham kecil . Aku tau sekalli dan yakin sekali Heri tau tentang maksud dari pertanyaan ku dan aku tau yakin Heri pasti tau apa maskud dan tujuan ku untuk datang ke tempat nya ini . Seakan tidak cukup dengan perjuangan ku menempuh jarak empat puluh kilo meter , dia malah tidak mau di temui awal nya . Entah karena apa . Aku juga tidak tau alasan nya karena dia tidak memberi kan alasan pada ku sama sekali . Aku menunggu sekitar satu jam setengah di luar kos karena aku tidak tau kamar nya di mana sampai akhir nya dia berbaik hati menjemput ku di luar dan memperbolehkan ku masuk . Apa dia tidak cukup iba melihat orang yang kata nya dia sayang menempuh jarak lumayan jauh hanya untuk menemui nya ? Lucu sekali bukan ? Aku bahkan tidak tau di mana kamar nya , dan aku hanya tau di mana daerah kosannya. Walau pun begitu , aku tetap nekat untuk datang dan untuk menanyai tujuan kita berdua itu apa . Aku tidak mau menjadi cewek bodoh yang tidak juga diberikan kepastian . “ Ya akum au lanjut lah . Aku nggak mau udahan . “ Katanya dengan santai . Mau lanjut kata nya ? Hah ? Mendengar jawaban bulsh*t itu aku pun mengernyit protes lalu menatapnya dengan perasaan yang campur aduk . Rasa benci, rasa kesal, rasa ingin menampar, rasa bingung bercampur menjadi satu . Sumpah ya . Mau lanjut dia bilang ? Lantas bila ingin lanjut , kenapa dia mengacuh kan ku selama seminggu ? Kalau mau lanjut kenapa juga dia malah datang seenak nya ? Kalau dia mau lanjut dan tidak mau selesai dengan ku harus nya dia tidak melakukan itu . Seharus nya dia membukti kan bahwa dia sungguh – sungguh dan tidak mempermain kan ku . Mau lanjut dia bilang ? Hahaha . Dalam hati aku hanya bisa tertawa dan tersenyum penuh rasa sakit . Apa sih arti semua yang dia lakukan ? Banyak sekali pertanyaan – pertanyaan yang muncul di benak ku tentang jawaban nya yang tidak sinkron sama sekali dengan sikap nya . Apa sikap nya selama ini menggambar kan keinginan ny auntuk terus melanjut kan hubungan dengan ku ? Oh , tidak . Apa sikap nya menunjuk kan bahwa ia mengingin kan ku ? Oh tentu tidak juga . Lantas alasan apa yang setidak nya cukup kuat untuk menopang jawaban nya yang tidak ber dasar itu ? Apakah dia sadar bahwa apa yang dia ucap kan sama sekali tidak mendasar dan tidak ter bukti oleh sikap nya ? Aku ingin sekali menjambak rambut nya dan menangis sejadi – jadi nya . Apa sih yang ada di kepala orang ini ? Apa sih yang dia pikirkan dan apa sih yang dia rencana kan ? Apa sih arti dari semua yang dia lakukan . Aku benar – benar tidak mengerti dan tidak akan pernah mengerti dengan rentetan sikap yang tidak pernah sinkron dengan omongan yang dia ucap kan . Lanjut kata nya ? Hahaha . Aku sekali lagi tertawa dalam hati ku sendiri . Entah apa yang ingin aku rasakan sekarang . Apakah aku ingin tertawa ? Atau aku ingin menangis? "Lanjut gimana ? Kalo mau lanjut kenapa kamu malah begini ? Ngilang tanpa kabar, datang juga tiba – tiba . Gimana kita bisa lanjut ? Kita itu nggak bisa lanjut. Kamu tau itu , Her . " Ucap ku . Kalau dia mau lanjut , maksud nya itu dia mau menyiksa ku ? Begitu ? Dia mau menyiksa ku secara perlahan dan membunuh ku ? “ Ya ga gimana – gimana . Ya aku mau lanjut . “ Ucap nya lagi mengulang jawaban yang sama . Apakah benar dia mau lanjut ? Aku ingin sekali memberi kan persyaratan . Bila memang dia mau lanjut , dia harus melakukan persyaratan yang aku buat ; harus berkomunikasi dengan baik dan benar , tidak boleh menghilang tiba – tiba . Tapi aku tidak ada keberanian untuk emngatakan itu . Entah kenapa . Aku hanya takut dia menjawab tidak mau dan aku takut penolakan . Sebenar nya aku masih penasaran apakah kita memiliki konsep hubungan yang berbeda? Menurut ku , pasangan kita adalah tempat kita berbagi dan tempat kita pulang . Bukan tempat di mana kita butuh , selalu datang . Ketika tidak butuh baru dibuang . Tidak begitu . Tapi mungkin Heri begitu , mungkin yang Heri mengerti , hubungan itu seperti itu . Dia tidak mau berkomitmen untuk senang dan sedih bersama . Dia belum siap mempunyai hubungan . Mungkin dia akan cocok dengan orang lain , tapi bukan dengan ku . Mungkin sebaik nya aku yang harus keras pada pendirian ku dan tidak goyah dengan jawaban nya . “ Neida, aku mau lanjut . “ Ucap Heri lagi mengulang jawaban nya sekitar tiga kali . Lanjut apa hah ? Lanjut nyakitin aku maksud nya ? Lanjut untuk bodoh – bodohin aku ? Lanjut memperalat aku ? Lanjut make aku terus ngacuhin aku seminggu terus datang lagi buat make aku terus tinggalin lagi ? Iya ? Aku terdiam . Aku mengumpulkan semua rasa amarah ku untuk mengatakan apa yang ada di kepala ku tadi . “ Apa ? Lanjut ? Lanjut apa nya hah ? Lanjut nyakitin aku maksud nya ? Lanjut untuk bodoh – bodohin aku ? Lanjut memperalat aku ? Lanjut make aku terus ngacuhin aku seminggu terus datang lagi buat make aku terus tinggalin lagi ? Iya ?” Tanya ku mengeluar kan segala apa yang ada di kepala ku . “ Kamu tuh pernah nggak sih mikir sekali aja . Kalo misal aku h*mil gimana hah ?” Tanya ku lagi . Heri mengernyit . “ Nggak mungkin lah . “ Jawab nya lagi . “ Kita main aman kan . “ Lanjut nya membuat ku ingin menjambak nya . “ Nggak ada yang nggak mungkin , Heri !” Seru ku . Nada ku sudah mulai meninggi namun Heri masih terlihat santai dengan rokok yang dia hirup dan asap yang dia keluar kan dari mulut nya “ Ya kalo sampe h*mil , gug*rin . Beres kan ? “ Tanya nya dengan santai nya . Saat mendengar jawaban Heri , aku menganga . Rasa nya aku ingin sekali menampar mulut nya yang enteng sekali menjawab dengan jawaban gug*r kan kandungan . Dia pikir mudah ? Tapi walau pun begitu , aku tidak menampar mulut nya . Aku tidak mungkin tega melakukan itu . “ Heri , aku tanya ke kamu sekali lagi ya . “ Ucap ku lagi penuh dengan nada ancaman . “ Kamu mau lanjut atau udahan aja sama aku ?” Lanjut ku sekali lagi . Aku tau betul sebenarnya aku bisa mengakhiri hubungan ini tanpa menanyakan hal tersebut karena aku sendiri tau bahwa hubungan ini tidak akan berjalan dengan baik bila dilanjut. Tapi aku ini memang perempuan bodoh yang mengatas namakan perasaan sayang dan meninggalkan segala logika. Padahal aku tau betul dia tidak baik untukku. Lantas entah setan apa yang berhasil membujukku untuk terus bersama nya . . . Oh, mungkin karena dia sudah mengambil hal yang sangat berharga bagi ku . Tanpa sadar , aku menumpah kan air mata ku . Aku tau apa yang dia lakukan di belakang ku . Aku tau dia sedang mendekati perempuan lain di tempat kerja nya yang baru . Aku tau . Apa dia pikir aku sangat bodoh sampai – sampai aku tidak akan sadar dengan gerak – gerik nya yang sama percis seperti gerak – gerik nya saat ia mendekati ku dulu ? Pola nya sama . Dia tidak membeda kan itu . Dan apakah dia lupa bahwa dia bekerja di tempat yang sama dengan di mana teman ku bekerja ? * TO BE CONTINUED *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD