E M P A T B E L A S

1021 Words
Tidak terasa sekarang saatnya aku dan Risky benar-benar berpisah. Risky sudah menaruh tasnya ke dalam mobil. Dia juga sempat pamit pada Biru. Sedangkan pada mama, Risky hanya pamit lewat w******p karena mama belum pulang. Rasanya aku tidak ingin menangis, tapi air mataku malah banjir dan aku tidak kuasa menghentikan perasaan sedih ini. Risky sendiri sedang menenangkanku. Dia mengelus punggungku dan sesekali mengecup keningku dengan lembut. Kalau saja aku tidak ada kewajiban di kota ini, aku akan ikut Risky. "Aku nanti pulang lagi, sayang." Ucap Risky dengan suara yang sangat lembut, berusaha menenangkanku. Bila diingat-ingat, aku sangat bersyukur sekali bisa diperlakukan seperti ini karena sebelumnya, aku tidak mendapatkan perlakuan hangat seperti ini. "Aku mau ikut kamu aja." ucapku lagi pada Risky, Risky terkekeh mendengar celetukanku yang tanpa dasar itu. Mendengar kekehan Risky, aku berhenti menangis dan menyadari sepenuhnya apa yang aku ucapkan. Aku pun menyeka air mataku dan ikut terkekeh. Kami melepas pelukan kami dan akhirnya tertawa bersama. "Kamu beneran mau ikut aku?" tanya Risky sambil meledekku. Aku mengatakan bahwa aku ingin ikut bersama Risky, padahal aku sendiri di sini masih banyak urusan. "Kalo aku sih dengan senang hati, ya, kamu ikut sama aku. Aku bakal bawa kamu." ucap Risky lagi. Aku hanya tercengir. "Mau ikut, tapi aku kan harus kerja." Jawabku. "Iya, kita kembali ke rutinitas masing-masing dulu ya. Nanti kita ketemu lagi. Aku bakal ke sini lagi." ucap Risky menjanjikan bahwa ia akan kembali menemuiku. Aku pun mengangguk, lalu Risky mengelus rambutku. "Aku pamit pulang, doain aku ya biar selamat sampai tujuan." ucap Risky pamit. "Iya, pasti. Kamu shareloc live location, ya." aku meminta Risky mengirimkan live location seperti yang selalu Risky lakukan ketika akan berangkat menemuiku atau pulang setelah bertemu denganku. Tujuanku meminta Risky mengirimkan live location adalah agar aku bisa memantaunya dari jauh, bukan, bukan memantau dengan artian posesif. Tapi aku bisa melihatnya sudah sampai mana, dan aku akan merasa sangat tenang karena setidaknya aku tau Risky akan baik-baik saja dalam perjalanan. Itu lah yang aku maksud. Dan Risky mengerti akan hal itu. Pernah suatu hari saat aku belum meminta Risky untuk mengirimkan live locationnya, Risky pulang dan aku tidak tau dia sudah sampai mana. Lalu saat dia sudah di pertengahan perjalanan, aku mendapatkan telepon dari Risky. Aku kaget karena itu sudah tengah malam dan waktu yang sudah berlalu masih belum cukup untuk dia sampai ke rumah. Dia seharusnya sampai pada satu jam lagi, tapi kenapa Risky sudah biusa menelponku? Aku benar-benar takut ada yang terjadi padanya, jadi saat aku mengangkat teleponnya, aku merasa panik. Risky, di seberang sana, malah terdengar santai dan menyapaku dengan penuh suka cita. Ternyata Risky mampir di sebuah pom bensin dan singgah di mini market untuk membeli minuman energi. Syukur lah, aku kira ada apa. Dan aku tidak mau lagi mengalami hal seperti itu, jadi untuk jaga-jaga, lebih baik Risky mengirimkan share live locationnya padaku agar aku tidak terkena serangan panik. Kini notif w******p ku menunjukkan bahwa Risky sudah mengirimkan apa yang aku minta tadi, dan setelah itu kami berpelukan sekali lagi sebelum Risky benar-benar pulang. Aku turun dari mobilnya dan melambaikan tanganku padanya. Tidak apa-apa, Neida. Tidak apa-apa. Ini hanya sementara. Nanti juga kalian akan bertemu lagi. Risky kan bilang dia akan ke sini lagi. "Aku berangkat, ya." ucap Risky padaku. Karena aku tidak mau menahan dia dengan lama lagi, aku pun mengangguk dan merelakan Risky pulang sementara melakukan kewajibannya di sana. Setelah kami berdua saling melambaikan tangan, Risky pun akhirnya melajukan mobilnya dan seiring berjalannya waktu, aku tidak bisa melihat mobil Risky lagi. Aku pun masuk ke dalam rumah tanpa lupa menutup gerbang rumahku. Aku segera masuk ke kamar dan membersihkan sisa make upku dan setelah itu cuci muka untuk melakukan serangkaian skincare malamku. Dan iya, tentu saja aku menangis lagi. Rasanya tidak mungkin jika aku tidak menangis. Aku membuka pesan Risky dan melihat maps yang dia share padaku. Ya Tuhan, tadi dia dekat sekali denganku, tapi sekarang malah jauh lagi. Aku berniat mengirimkan pesan singkat padanya hanya untuk mengutarakan betapa senangnya aku beberapa hari ini karena kita berdua menghabiskan waktu bersama. Aku juga berterima kasih padanya atas semua yang dia lakukan untuk ulang tahunku. Dia bersedia meluangkan waktu dan tenaga hanya untuk ulang tahunku, dan aku sangat menghargai itu semua. *** Paginya aku terbangun dengan mata sembab. Saat terbangun, aku melamun dulu sebentar, lalu saat sadar, aku langsung mencari ponselku yang tertindih di bawah bantal. Ketika aku hendak mengecek notifikasi, ternyata ponselku mati. Sepertinya baterai ponselku habis karena aku lupa mengechargenya. Aku langsung mengecek ponselku sesaat setelah bangun tidur karena aku ketiduran semalam. Aku hendak menunggu Risky sampai rumah, tapi aku malah ketiduran. Dan sekarang aku tidak bisa melihat kabar Risky karena ponselku mati. oleh karena itu aku pun langsung charge ponselku dan menunggu beberapa menit sampai setidaknya baterai ponselku terisi sepuluh persen hanya untuk menyalakannya. Saat batre ponselku sudah cukup untuk aku menghidupkan kembali ponselku. Aku pun langsung melakukannya. Setelah cool down beberapa detik, notifikasi-notifikasi masuk. Salah satunya adalah w******p dari Risky. Dia memberitahuku bahwa dia sudah sampai rumah pada jam 2 malam dini hari. Dia juga mengucapkan selamat tidur ketika aku tidak membalas. Tentu saja aku tidak membalas karena tidur, Risky sudah sangat mengenalku jadi dia pun langsung mengucapkan selamat tidur. Aku baru saja hendak membalas pesannya ketika tiba-tiba nomor tidak dikenal menelponku. Aku tidak langsung mengangkatnya, aku bahkan berencana tidak mengangkatnya. Aku tidak takut bahwa itu custku karena custku tidak akan menelponku ke nomor pribadi. Aku sendiri sudah punya nomor telepon khusus kerja. Saat notifikasi telp sudah selesai, aku pun melanjutkan pesanku pada Risky, mengucapkannya selamat pagi dan meminta maaf bahwa aku semalam ketiduran, bahkan lupa charge ponsel sampai baterainya habis. Selama limat menit, Risky pun membalas pesanku. Aku baru saja hendak membalas pesan Risky saat tiba-tiba satu notifikasi pesan di aplikasi w******p pop up di layar ponselku. Itu nomor yang tadi, dia memanggil namaku. Neinei. Itu adalah isi pesannya. Neinei? Kenapa dia memanggilku dengan sebutan itu? Bahkan sebutan itu adalah sebutan orang-orang yang sangat akrab denganku. Aku pun membalas pesan Risky terlebih dahulu lalu membuka pesan si nomor tidka dikenal. Aku mengintip ke profile whatsappnya dan betapa kagetnya aku mendapati nama dari profile w******p itu. Heri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD