"Apa kamu sesibuk itu sampai nggak angkat telpon kakak?!" Tayra baru sampai di rumah. Ia bahkan baru menginjak ubin ke dua dari pintu. Tapi cicitan dan dumelan Cenilaa langsung menghiasi gendang telinganya.
"Ada apa?"
Cenilaa menghela napas, mencoba menyetok kesabaran. "Jangan ke mana-mana malam ini. Kita ada family dinner."
"What kind of?"
"Jangan banyak tanya. Pokoknya kamu siap-siap aja malam ini. Kakak udah pesan gaun buat kamu. Dan satu lagi, don't try to make any excuse, Tay. Kakak benar-benar berharap kamu tidak merusak malam ini." Kemudian Cenilaa berlalu.
Tayra menghela napas. Belum selesai omelan Cenilaa dicernanya, sosok lain pun muncul. Membuat Tayra mendesah kencang.
"Jangan pasang muka cemberut, Tay. Mami ketemu kamu itu sekali seabad, tapi kamu sama sekali nggak terlihat bahagia."
"I am happy, mom. Don't you see?" Tayra paksa seulas senyum di bibirnya. Ia hempaskan diri ke sofa.
"Wait, what is that?" Erika temukan sesuatu yang aneh pada putri bungsunya itu. Tayra mengerutkan kening.
"What?"
"Is that hickey?"
Tayra melotot, bergegas bangkit. "I have to go."
"Tayra, i don't give you any permission to have a boyfriend, ok! Don't ever try! Tayra!"
...
"Erbian sialan!" Tayra mencoba menghilangkan kissmark di lehernya. Tapi percuma, tidak berhasil. Yang ada lehernya justru memerah. Tayra rendam dirinya di bathup. Ia butuh membersihkan diri. Tepatnya memusnahkan jejak Erbian di sekujur tubuhnya.
Sepertinya Cenilaa tidak main-main soal makan malam keluarga itu. Papi mereka yang hanya Tayra jumpai sekali seabad itu bahkan hadir malam ini. Ya, Tayra khusus malam ini sudah mewanti dirinya sendiri untuk manut saja. Menurut. Ia tidak akan kabur. Kapan lagi dia akan baik pada kakak perempuan setannya itu. Dan, James juga hadir. Wow, ini benar-benar akan jadi makan malam keluarga yang sempurna. Ya, andai saja satu sosok itu tidak hadir. Mengacaukan mood Tayra. Tidak hanya itu, ia pun merasa seperti tengah terjebak.
Bagaimana mungkin Erbian bisa ada di sini? Di rumahnya. Tidak hanya itu. Pria itu datang bersama segerombolan orang yang Tayra duga adalah keluarga laki-laki itu. Keluarga Erbian di rumahnya! Wow!
Salah satu dari mereka Tayra merasa mengenal suaranya. Yap. Itu laki-laki yang tadi tiba-tiba muncul di apartemen Erbian. Siapa dia? Dan, kenapa dia terlihat sangat mesra dengan Cenilaa?
Tayra masih menunggu drama ini selesai. Meski ia akan tahan atau tidak. Tayra sepertinya akan mengingkari janjinya untuk tetap ada sampai acara selesai.
"Kenapa lo di sini?"
Tayra melotot. "Harusnya gue yang tanya."
"Ini rumah lo?" tanya Erbian nampak agak terkejut.
"Bukan! Rumah majikan gue!" Dengus Tayra. "Sana jauh-jauh. Jangan ngomong sama gue. Pura-pura aja nggak kenal!"
Erbian menurut kali ini.
Tayra rasanya sudah ingin pergi. Acara ini benar-benar memuakkan. Apalagi interaksi yang terjadi di meja makan itu. Ia geli melihat bagaimana mesranya hubungan antara keluarganya dan keluarga Erbian. Lalu apa ini? Kenapa mereka merayakan ulang tahun kakek Erbian di rumahnya? Apa mereka tidak punya rumah sendiri? Tayra mulai melantur bodoh karena kesal.
Sepertinya hanya dia yang tidak menikmati acara ini. Eit tunggu, ada orang lain. Hmm, apa Erbian juga tidak nyaman? Laki-laki itu terus memeriksa ponselnya sejak tadi.
"Are you ok?" Bisik James.
Tayra menoleh pada abangnya itu. "Not really. Aku rasanya mules."
"Apa ini semacam trik melarikan diri? Kamu bahkan nggak makan apa-apa gimana bisa mules?"
Tayra memutar bola mata. James sulit dibohongi. Meski mereka tidak terlalu akrab, tapi setidaknya hubungan Tayra dan James tidak seburuk dengan Cenilaa. James menyayangi Tayra meski waktu yang mereka habiskan bisa dihitung dengan jari.
Tapj Tayra tidak bohong soal mules. Ia memang rasanya seperti ingin muntah melihat interaksi di sekelilingnya itu.
"Ya, Tayra baru kembali. Sebenarnya dia nggak mau balik, tapi dia udah terlalu lama di luar, jadi kita putuskan untuk membawanya kembali. Semuanya sangat merindukan dia."
Tayra menahan gejolak dalam perutnya mendengar penuturan Erika. Ian, sang ayah pun membenarkan. Tayra tak pernah mendengar kebohongan yang lebih besar dari ini. Merindukan? Benda apa itu?
"Tayra sudah besar. Apa seumuran dengan Erbian?"
Keduanya saling tatap.
"Sepertinya iya. Bukankah kalian harusnya saling kenal? Kalian satu kampus, kan?"
Tayra menyipitkan mata lalu mendatarkan ekspresi.
"Entahlah, sepertinya kami pernah bertemu," ujar Erbian. Rasanya Tayra ingin melempar piring pastanya ke wajah tampan Erbian.
"Maklum ya, Erbian, Tayra ini memang sedikit pemalu. Dia susah untuk mulai bicara dengan orang baru."
Erbian menaikkan sebelah alis. "Ya, sepertinya begitu. Tayra sepertinya orang yang pemalu. Mungkin karena dia punya suara desahan yang bagus." Pada kata desahan, Erbian sengaja pelankan suaranya.
Di samping Erbian, Argio, sang kakak laki-laki tampak mengerutkan kening sekilas. Ia perhatikan lamat-lamar Tayra dan Erbian. Argio merasa ada sesuatu yang tidak beres.
...
Ini pasti lelucon. Tayra memuntahkan isi perutnya ke westafel. Untung dia bisa kabur. Tayra putuskan untuk tidak kembali ke depan. Tidak akan ada yang sadar karena semuanya tengah berpesta merayakan rencana pertunangan antara Argio dan Cenilaa. Yap. Mereka bertunangan. Hebat kan? Kakaknya dan kakak Erbian bertunangan. Wow. Bisakah sesuatu jadi lebih buruk dari ini?
Tayra mendesah lelah. Hanya makan sedikit dan kini seluruh isi perutnya pun sudah keluar.
"Kamar yang bagus."
"Astaga!" Tayra melotot setelah mendapatkan kembali kesadaran. "Erbian! Lo ngapain di sini?!"
Erbian yang tengah berbaring di ranjang Tayra menoleh santai. "Kamar lo nggak ada romansa ceweknya sama sekali. Padahal gue udah bayangin b******a di dalam kamar dipenuhi nuansa perempuan."
"b******k!" Tayra lempari Erbian dengan heelsnya tapi meleset.
"Main kasar."
"KELUAR!"
"Jangan teriak, ntar orang tua lo denger."
Tayra mengepal tangan. "Keluar sebelum gue teriakin!"
Erbian malah duduk santai di ranjang. "Coba aja."
Tayra sudah siap berteriak tapi Erbian lebih dulu menariknya dan membungkam bibirnya dengan ciuman. Keduanya berakhir di atas kasur.
"Lepasin! b******k! Abi!"
"Ini pose yang sempurna kalau kita ketangkap orang tua lo atau orang tua gue. It'll be a nice moment. Tapi kira-kira apa yang bakal terjadi sama kakak lo dan abang gue?"
"Dasar gila!"
"Daripada lo marah-marah mending kita main aja. Gimana? Lebih enak."
"Tayra kamu di dalam sayang?"
Erbian yang sudah hampir mencium Tayra langsung menoleh ke arah pintu. Pun Tayra, sama terkejutnya.
"Tay, kalau nggak enak badan mami panggilin dokter ya."
Tak lama suara itu hilang. Tayra dan Erbian saling pandang.
"AWAS!" Tayra dorong Erbian dari atas tubuhnya.
***