Mengganti Popok

1239 Words
"Darah! Kenapa bayinya nangis terus?" tanya Shaga memasukin kamar Aura. "Anu ... itu bos. Dia bangun tidur, popoknya penuh. Saya mau gantiin, tapi dia juga sepertinya ingin s**u. Jadi saya bingung," sahut Aldara. "Kenapa gak minta bantu mbok Ira?" tanya Shaga mendekati tempat yang tidur Aura. "Mbok lagi pergi, ini jadwalnya ke pasar. Bos bisa bantu saya?" "Bantu apa?" "Bantu, gantiin popoknya biar saya yang bikin s**u. Sebentar aja kok gak lama," jawab Aldara sedikit bingung karena Aura semakin menangis. "Kamu gila? Mana bisa saya ganti popoknya, biar saya yang bikin susu." "Jangan, Bos. Kalau salah takaran nanti Aura bisa sakit perut, sudah Bos buka saja popoknya terus balut kain nanti saya yang pakein. Saya bikin susunya," ucap Aldara langsung beranjak. Shaga tidak sempat membantah, Aldara keluar dari kamar karena peralatan untuk membuat s**u ada di ruang samping kamar. Shaga yang kebingungan mencoba mengingat bagaimana Aldara atau mbok Ira membuka popok, dia menarik ke bawah popok yang dikenakan Aura. Ternyata tidak hanya pipis, tapi Aura juga buang air besar meskipun tidak banyak. "Uweek! Kamu eek ya Aura? Dasar si Darah, katanya cuma pipis saja. Mana bau lagi," gerutu Shaga sambil memegang ujung popok dan juga hidungnya. "Darah!" pekik Shaga sambil terus memegang ujung popok dengan dua jarinya. Mendengar teriakan Shaga, Aura menangis semakin menjadi. Shaga semakin bingung dibuatnya, dia hendak memanggil Aldara tapi takut meninggalkan Aura sendiri. Sambil menahan napas, Shaga melepas jarinya di hidung lalu tangannya menutupi Aura dengan popok dan menepuk-nepuk pahanya agar Aura diam. "Cup-cup, Anak cantik. Jangan nangis lagi ya, Tante Darah lagi bikin s**u, nanti dia ganti popoknya sekalian ya." Shaga berusaha menenangkan Aura tapi bayi itu masih saja menangis. "Ada apa, Bos?" tanya Aldara yang berlarian kembali ke kamar. "Ya ampun apa ini, Bos. Ngapain popoknya dipegangin begitu? Bos taruh saja di tempat sampah itu," sambung Aldara melihat Shaga masih memegangi popok Aura. "Berisik, harusnya aku yang marah. Kamu bilang dia cuma pipis, tapi lihat ternyata dia juga eek. Mana bau lagi, aku bingung mau di taruh di mana. Cepat ambil ini," sungut Shaga kesal. "Duh gini aja repot, Bos. Tuh tinggal masukin ke keranjang sampah, apa harus saya juga yang taruh ke sana? Kan kepalang tanggung," sahut Aldara semakin membuat Shaga kesal. "Dasar tidak profesional, begini juga masih minta di bantuin. Saya itu bayar kamu mahal," ketus Shaga beranjak dan meletakan popok bayi ke dalam keranjang sampah "Lah memang saya bukan tenaga profesional, Bos. Apa Bos lupa saya ini karyawan di kantor, salah sendiri kenapa pilih saya merawat bayi ini. Soal gaji ya wajarlah, Bos butuh sama saya karena sulit mencari baby sitter waktu itu. Anggap itu sebagai ucapan terima kasih buat saya," jawab Aldara. Shaga terdiam dan langsung menuju kamar mandi, mencuci tangannya karena jijik setelah memegang popok bekas Aura. Aldara memberikan s**u terlebih dahulu, agar Aura tidak menangis lagi. Saat Shaga keluar Aura sudah diam dan asik menghisap dot susunya. "Bersihin dia dulu, itu di dalam selimutnya kena eek semua." "Kok bisa gimana cara Bos bukanya, apa gak di bersihin dulu pakai popoknya?" tanya Aldara. "Ya gak lah, mana ngerti saya begitu. Untung aja aku bukain," sahut Shaga. "Ya sudah, tolong pegangin botol dotnya dulu. Nanti kalau lepas dia ngamuk lagi, saya mau bersihkan dia dulu." "Apa?! Kamu suruh saya pagi!" bentak Shaga kesal. "Owe ... owee," tangis Aura kembali pecah karena terkejut dengan suara Shaga. "Duh, Bos. Jadi nangis lagi kan, bisa gak kalau ngomong yang pelan saja. Cup-cup, anak pinter diam ya." Aldara mencoba mendiamkan Aura kembali Shaga hanya bisa diam tidak berani bersuara keras lagi. "Ya sudah, sini saya bantu pegangin." Meski terlihat kesal akhirnya Shaga menuruti keinginan Aldara, sementara itu Aldara menyiapkan peralatan untuk membersihkan Aura juga popok dan pakaian bersihnya. Baskom kecil berisikan air hangat khusus untuk membersihkan bagian tubuh Aura yang kotor juga sudah Aldara sediakan. Kini dia duduk di bawah Aura bersiap membersihkan bayi mungil itu. Aldara membuka selimut yang terkena kotoran Aura, begitu dibuka Shaga langsung menutup hidung dan menahan mualnya. "Ya ampun, Bos. Bagaimana cara Bos membuka popok bayinya, ini kenapa sampai kaki Aura kena kotoran." Aldara mengomeli saat melihat kaki Aura. "Ya aku tariklah, seperti lagi membuka celana. Kan itu bentuknya seperti celana, bagaimana lagi cara membukanya. Perasaan saat kamu apa mbok Ira membuka popok juga begitu," kilah Shaga merasa benar dengan apa yang dilakukannya. "Mana ada begitu, Bos. Kalau mau membuka apalagi yang ada kotorannya dirobek bagian sampingnya, terus angkat sedikit kakinya agar mudah menarik popoknya. Dikira lagi pakai celana main tarik aja," gerutu Aldara kesal. "Salah kamu sendiri, menyuruh orang yang tidak tau caranya. Itu gunanya saya bayar kamu mahal, karena saya tidak bisa melakukannya. Kalau saya bisa mengurus bayi, saya akan urus sendiri sampai ada baby sitter yang bisa disediakan yayasan. Jadi berhenti mengomeliku," jawab Shaga tak kalah kesalnya terap sambil menutup hidungnya. "Jadi maksudnya, saya cuma diminta membantu sampai ada baby sitter dari yayasan?" "Ya tidak, soalnya kami sudah membatalkan permintaan itu. Artinya kamu yang harus merawat bayi ini, makanya kamu harus terus belajar caranya melakukan semua tanpa bantuan orang lain. Di luar sana banyak kok ibu-ibu yang bisa mengurus bayinya sendiri, bahkan dengan beberapa anak lainnya. Belum lagi mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah, sedangkan kamu hanya merawat bayi satu saja kerepotan." "Ya mereka bedalah, Bos. Mereka memang sudah harus bertanggung jawab dengan pilihan mereka untuk menikah dan melakukan semua itu. Beda sama saya, yang dipaksa melakukan semua ini. Padahal saya masih gadis," sahut Aldara tak mau kalah. "Ya anggap saja ini latihan, suatu saat kamu sudah terbiasa kalau berkeluarga. Iya kalau suamimu kaya, kalau tidak dan kamu harus mengerjakan semua sendiri bagaimana? Jadi bersyukurlah aku memintamu merawat bayi ini, setidaknya kamu akan sedikit lebih pintar. Sudah cepat bersihkan dia aku mau keluar, sebentar lagi kedua orang tuaku datang. Pastikan bayi ini tidak menangis, dia juga harus wangi. Mana tau kedua orang tuaku mau menemuinya, jangan sampai dia masih beraroma kotorannya itu." Shaga yang biasanya bicara formal tiba-tiba merubah gaya bicaranya menjadi lebih santai dengan menyebut dirinya 'aku', tapi karena repot mengurus Aura Aldara tidak menyadarinya. "Terserah Bos saja, atur mana yang bikin Bos senang. Jangan ajak saya bicara lagi, kalau ingin saya cepat membersihkan Aura dan membuatnya wangi kembali." Aldara langsung menutup mulutnya dan berkonsentrasi membersihkan Aura, selesai membersihkan Aura Aldara mengendus sekitar kaki Aura yang terkena kotoran. Ternyata masih tersisa aroma tidak enak, padahal dia sudah membersihkan dengan air dan tisu basah. "Akh, dia masih bau. Sepertinya aku harus memandikannya lagi, tolong jaga dia sebentar, Bos. Saya mau menyiapkan air mandinya," ucap Aldara. "Lagi dan lagi, entah sampai kapan selesai mengurus bayi ini. Cepatlah sana saya harus keluar," jawab Shaga kesal. Aldara hanya mengangkat alisnya, percuma menjawab Shaga, karena yang ada hanya akan membuatnya semakin lama. Aldara segera masuk ke kamar mandi, untuk menyiapkan perlengkapan mandi Aura. Selesai menyiapkan semuanya, Aldara kembali masuk ke kamar. Shaga masih memegang botol s**u yang sudah kosong. "Bos itu sudah kosong, Aura bisa kembung kalau menghisap botol kosong." Aldara bergegas mendekati mereka dan menarik dot dari bibir Aura. "Lah mana aku tau, aku pikir tidak masalah yang penting dia diam." "Sejak tadi Bos selalu bilang 'mana aku tau', terus taunya kapan. Makanya belajar sedikit-sedikit tentang mengurus bayi, apa yang boleh dan tidak. Bagaimana cara mengganti popok, jadi tidak hanya bisa bilang tidak tau." Aldara mengomel sambil mengambil Aura dan menggendongnya. "Kamu makin lama makin cerewet, lama-lama aku bisa gila mendengar ocehanmu yang terus mengomel seperti ibu-ibu. Sudah aku mau keluar," sungut Shaga dan keluar dari dalam kamar Aura.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD