Haji Sanusi terlihat semakin marah pada Anin. Karena dianggap menghalangi serta mepengaruhi Dimas agar menolak perintahnya untuk mencuci mobil Rangga. Namun Anin sepertinya sudah terlanjur sakit hati dan kesal atas sikap dan perkataan Haji Sanusi yang sama sekali tidak pernah menganggap Dimas dengan baik, dan selalu merendahkannya. Lagi pula, Haji Sanusi selalu saja memaksa Anin untuk berpisah dengan Dimas dan menikah dengan Romi.
Tangan Haji Sanusi terlihat mengepal saking marahnya. Wajahnya begitu merah padam terbalut emosi yang sudah mulai membakar tubuhnya, namun pada dasarnya Haji Sanusi pun tidak berani untuk meluapkannya kepada Anin dan Dimas berlebihan. Karena sudah pasti Samsiah akan mengadukannya pada Sugara dan pada akhirnya kerugian akan di terima oleh Haji Sanusi seperti yang sudah – sudah.
“ Bah, Pak Romi sudah datang,” ucap Rangga yang tiba – taba datang kedapur Bersama seorang laki – laki cukup tampan dengan mengenakan pakaian serba bagus dengan cincin menghiasi hampir seluruh jari tangannya. Di pergelangan tangan kanan, tampak melingkar gelang emas sebesar ibu jari kaki yang begitu mengkilat.
“ Abah, sehat?” sapa laki – laki itu yang tiada lain adalah Romi. Pemuda kebanggaan Haji Sanusi yang sampai saat ini terus – terusan dijodohkan degan Aindya, dan memaksa Anin untuk bercerai dengan Dimas.
“ Wah, den Romi. Abah kira tidak jadi datang, abah senang sekali akhirnya den Romi jadi datang. Dari tadi Anin sudah menunggu kedatangan den Romi yang katanya mau ngajak Anin jalan – jalan untuk membeli baju,”
Mata Anin seketika terbelak saat mendengar perkataan Haji Sanusi yang mengatakan kalau dirinya tengah menunggun Romi, “ Abah, tolong jangan mengada – ngada. Sejak kapan aku menunggu mas Romi, dan siapa juga yang akan mau diajak oleh laki – laki seperti mas Romi,” ucap Anin kesal.
“ Anin!!! Kamu jangan bikin malu abah, dan jangan bersikeras untuk menolak kebaikan den Romi. Ingat kamu sudah pasti tidak akan memiliki baju bagus untuk acara nanti, dan Suami kamu tentu saja tidak akan sanggup mebelikan kamu, jadi abah minta sama kamu, sebaiknya sekarang kamu pergi Bersama den Romi, dan jangan perdulikan suami kamu yang miskin itu,” bentak abah sambil menunjuk kearah Dimas yang tiba – tiba menghentikan kerjanya memarut kelapa.
Mata Dimas terlihat tajam menatap kearah Romi seperti burung elang yang ingin mencengkram mangsanya. Dan hal ini baru ditunjukan oleh Dimas yang selama ini terlihat sabar dan selalu mengalah.
“ Kenapa kamu melihat saya seperti itu?” tanya Romi kesal karena tatapan Dimas terasa beda dan menakutkan.
“ Tidak apa – apa, apa ada larangan seorang suami memandang laki – laki yang terus mengejar istrinya?” jawab Dimas kali ini dengan begitu tenang dan tanpa rasa takut sedikit pun.
“ Aku tidak akan berhenti untuk menyelamatkan Wanita secantik Anindya dari tangan laki – laki miskin kaya kamu, yang tidak mampu memberi kebahagiaan padanya,” ucap Romi sambil melangkah mendekat kearah Dimas yang kali ini sudah berdiri tegak dengan tangan sedikit terkepal.
Dimas memang terkenal sabar, tapi bukan berarti akan membiarkan orang lain mencoba mengambil apa yang menjadi haknya. Kali ini demi mempertahankan harga dirinya atas Anin, Dimas terpanggil untuk mempertahankan dengan cara apa pun.
“ Dimas!!! Kamu pikir kamu siapa? Kamu tidak pantas bertingkah seperti itu dihadapan Den Romi, kamu itu hanya orang miskin yang tidak berguna Dimas. Apa yang dikatakan den Romi itu benar, kamu memang laki – laki yang tidak mampu membahagiakan istrinya. Jadi sebaiknya sekarang kamu mengalah dan segera jatuhkan talak pada Anin,” sentak Haji Sanusi dengan nada sangat marah.
“ Kamu dengar Dimas. Tentu saja aku bisa melakukan apa pun untuk bisa menlepaskan Anin dari tanganmu yang tidak berguna itu. apa kamu akan marah Dimas? Dan kamu akan memukuli saya? Tentu saja saya tidak akan melawan dan saya akan membiarkan kamu menghajar saya,” ucap Romi sambil terus mendekati Dimas.
Romi sengaja memancing amarah Dimas agar berbuat anarkis padanya, sehingga akan mudah bagi Romi untuk menjebloskannya kedalam penjara. Dengan demikian, Anin akan lebih mudah didapatkannya.
Namun Dimas bukanlah orang bodoh. Dia sadar apa yang sedang dilakukan oleh Romi, Dimas hanya tersenyum sambil menepuk bahu Romi dengan pelan. “ Kamu pikir aku akan terpancing oleh provokasimu? Kamu salah Romi, aku tidak akan berbuat sejauh itu. aku hanya minta sama kamu untuk berhenti mengganggu rumah tanggaku Bersama Anin, karena sampai kapan pun, aku tidak akan menceraikan istriku, terkecuali dia yang memintanya,”
“ Sungguh laki – laki tidak tahu diri, seharusnya kamu malu dengan ketidak mampuanmu sebagai suami Dimas. Anin berhak Bahagia,” sentak Zaini ikut nimbrung.
“ Kata siapa Anin tidak Bahagia? Anin Bahagia dengan bang Dimas, dan sampai kapan pun Anin tidak akan pernah minta cerai dari bang Dimas,” jawab Anin sambil mendekat dan berdiri disamping Dimas, tangannya melingkar bergelayut di lengan Dimas.
Semua mata melotot kearah Dimas dan Anin yang berdiri saling berpegangan. Bahkan Romi kini hatinya terasa terbakar karena cemburu melihat kemesraan yang di tunjukan oleh Dimas dan Anin. Namun walau bagaimana pun juga, Romi tidak bisa berbuat apa – apa, karena sudah jelas mereka berdua adalah pasangan sah yang diakui oleh agama dan juga Negara.
‘ Sialan kamu Dimas, sengaja kamu mempermalukan aku disini. Lihat saja, aku tidak akan pernah berhenti dan akan mencari cara untuk memisahkan kalian berdua. Aku tidak akan menyerah sampai Anin menjadi milikku,’ umpat Romi dalam hatinya.
“ Anin!!! Pakai otak kamu, jangan terus – terusan bertindak seperti orang bodoh. Kamu harusnya sadar kalau laki – laki itu sangat tidak pantas buat kamu,” sentak Haji Sanusi geram.
“ Abah…sampai kapan abah akan terus – terusan mengganggu rumah tangga Anin dan Dimas. Ingat ya bah, mereka itu sudah dewasa, dan sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Iya sudah bilang, jang campuri urusan rumha tangga mereka lagi. Dan buat kamu, sebaiknya pergi dari sini, karena kehadiran kamu hanya akan merysak ketentraman keluarga kami,” bentak Samsiah kesal karena Haji Sanusi masih terus bersikeras memaksakan keinginannya.
“ Kamu tidak berhak mengusir tamu abah Samsiah, ini rumah abah, kalau kamu tidak suka adanya den Romi disini, sebaiknya kamu pergi sekarang,” usir Haji Sanusi tidak terima karena Samsiah mengusir Romi.
Mendengar perkataan Haji Sanusi, Samsiah pun langsung berdiri “ Baik, kalau memang itu yang abah mau, Iyah akan pergi dari sini. Nindy ayo kita pulang,”
Dengan begitu tegas, Samsiah langsung pergi keluar dari dapur diikuti oleh Nindya yang menggendong Saffa karena Samsiah meminta agar Saffa tetap Bersama Nindy.
“ Ayo kang, kita pulang, sepertinya keluarga ini sudah tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,” ajak Anin sambil menarik tangan Dimas mengajaknya pergi.
“ Tapi, neng, bagaimana dengan masakannya? Ini kan belum selesai? Sementara sebentar lagi mang Sugara dan keluarganya akan datang,” jawab Dimas bingung.
“ Gak usah dipikirin, biarkan mereka yang meneruskan,” jawab Anin sambil terus menarik tangan Dimas.
Tanpa bertanya lagi, Dimas pun akhirnya mengikuti Anin keluar dari dapur.
“ Kalian mau kemana, Anin! Jangan pergi atau kamu tidak akan pernah abah akui sebagai cucu lagi,” teriak Haji Sanusi marah karena Anin dan Dimas pun memilih pergi.
“ Terserah abah, dan tolong jangan ganggu kami lagi,” jawab Anin tanpa menoleh kebelakang.
Sementara Romi wajahnya merah padam karena marah. Keinginanya untuk bisa mengajak Anin jalan – jalan hari ini pun kembali gagal. Bahkan bukan itu saja, kali ini Dimas mulai menunjukan taringnya yang mampu membuat Romi sedikit ketakutan.
“ Gimana ini bah? Masakan belum selesai, sementara kak Anin malah pergi,” ucap Reva kebingungan.
“ Abah sih, malah mengusir Samsiah, jadi Anin pun ikut – ikutan pergi,” sambung Zaini.
“ Tadinya abah ingin Samsiah pergi agar si Anin tidak ada yang membela lagi, dan kita bisa dengan leluasa menekat si Dimas agar mau menjatuhkan talak pada Anin. Abah tidak tahu kalau akhirnya jadi seperti ini,” jawab Haji Sanusi kebingungan.