Mendengar permintaan Tomy tentu saja Dhifa kaget. Apa dia bilang? Tiket pelaminan?Tomy mengada-ngada. Ia memang tak menginginkan pernikahan dengan Hanif. Tapi setidaknya pemuda anak mantan suami ibunya itu lebih baik tingkah dan perilakunya karena mudah diajak negosiasi dan bukan sosok pemaksa. Tidak seperti Tomy yang posessif dan sering mengatur. Dhifa tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia menikah dengan Tomy. Ia tak akan bisa menikmati kehidupannya. "Bagaimana? Kamu setuju?" Tomy menatap Dhifa lekat, tak sabar dengan jawaban yang akan diberikannya. Ia terlalu lelah menunggu. "Kenapa syaratnya harus itu? Kamu benar-bebar sudah gila." Dhifa tampak keberatan. Jika ada pilihan lain mungkin itu lebih baik. Ia menyesali keputusan dulu, mengapa Tomy tak dilaporkan kepada pihak berw